Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tak Hanya Soal Kesetaraan Gender, Ini yang Dicari Perempuan pada Sosok Pemimpin
28 Januari 2024 12:59 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menjelang Pemilu 2024, sebuah data rekapitulasi dari Komisi Pemilihan Umum menunjukkan bahwa para pemilih yang mendominasi adalah gen Z (17-30 tahun) dan milenial (31-40 tahun). Melihat hal tersebut, Populix, perusahaan penyedia data dan layanan riset, meluncurkan studi bertajuk Expectation of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election.
ADVERTISEMENT
Dari studi tersebut, ternyata ada perbedaan dari pemilih gen Z dan milenial. Gen Z memiliki harapan tinggi pada calon pemimpin negara. Mereka cenderung enggan terikat dengan organisasi atau komunitas politik tertentu. Bagi generasi ini, pemimpin ideal adalah sosok yang netral, pro-rakyat, dan mampu menjadi perintis terobosan baru. Tak hanya itu, para gen Z juga mencari pemimpin yang dapat membawa perubahan positif, terutama yang berdampak langsung kepada anak muda.
Sementara itu, generasi milenial cenderung lebih pragmatis dan skeptis. Mereka melakukan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap rekam jejak para kandidat dan menganalisis dampak pemilu sebelumnya terhadap tanah air. Bagi mereka, pemimpin yang ideal adalah sosok yang mampu memajukan kondisi perekonomian, memberikan jaminan atas kehidupan profesional, dan kesejahteraan keuangan mereka.
Gen Z dan milenial juga menyoroti isu-isu yang kerap terjadi di tanah air dalam hal mencari pemimpin. Adapun masalah-masalah terbesar menurut para pemilih berdasarkan survei: pemberantasan korupsi (33%), peningkatan kualitas hidup (21%), menciptakan lapangan kerja (19%), dan meningkatkan standar pendidikan (12%). Dalam pemilu presiden, 24% responden menganggap ekonomi dan pembangunan sebagai isu utama, diikuti oleh korupsi (19%) dan pendidikan (11%).
ADVERTISEMENT
Ketika membahas kesempatan kerja dan peluang ekonomi bagi generasi muda, 83% responden berharap pemerintah dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Sebanyak 72% memandang pentingnya transparansi dan akuntabilitas pemerintah, dengan harapan agar pemerintah dapat bersih dari korupsi.
Kecenderungan Pemilih Perempuan
Lalu, bagaimana dengan para pemilih perempuan? Head of Social Research Populix, Vivi Zabkie, menuturkan bila melihat dari persentase, para pemilih perempuan (baik generasi muda maupun tua), sama-sama berada pada jumlah yang banyak. Itulah alasan mengapa setiap partai memiliki sasaran khusus untuk perempuan.
Dalam hal mencari pemimpin, tentunya kita sering mendengar anggapan bahwa perempuan (dari gen Z atau milenial), lebih percaya pada pemimpin laki-laki daripada pemimpin perempuan. Vivi menuturkan, apa pun generasinya, perempuan merasa kurang percaya diri dengan kemampuan leadership dari perempuan lain. Untuk itu, mereka lebih memilih untuk dipimpin oleh sosok laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Lalu, perempuan itu mencari pemimpin yang problem solving, yang bisa memecahkan masalah. Tidak hanya itu, para pemilih perempuan juga mencari pemimpin yang bisa berempati. Mereka juga [mencari pemimpin] punya skill komunikasi yang bagus. Jadi pemilih perempuan melihat dari segi leadership, problem solving skill, punya empati, lalu communication skill-nya. Itu yang paling banyak persentase dari yang kita survei.” ujar Vivi.
“Kemudian, ada pula perbedaan pemilih perempuan dan laki-laki dalam mencari sumber informasi soal pemilu. Kalau laki-laki cenderung banyak membaca survei soal opini publik, sedangkan perempuan itu nggak. Perempuan itu banyak [mencari informasi] di media sosial atau media massa,” tambahnya.
Tak lupa, bila melihat dari sisi isu, perempuan lebih tertarik pada pemimpin yang memiliki fokus soal proteksi sosial, toleransi, dan kesetaraan gender. Isu tersebut bisa menarik fokus mereka untuk menentukan pemimpin.
ADVERTISEMENT
Jadi, bisa disimpulkan bahwa para pemilih perempuan, baik generasi muda ataupun muda, sama-sama memiliki karakteristik tersendiri dalam hal memilih pemimpin, bila dibandingkan dengan laki-laki.