Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
The Future Makers Dwi Sasetyaningtas: Semangat Edukasi Perempuan soal Lingkungan
22 Maret 2021 13:33 WIB
ADVERTISEMENT
Suatu pagi di kawasan Depok, kumparanWOMAN datang menyambangi Dwi Sasetyaningtyas di kediamannya. Huniannya terasa asri dan sejuk, banyak ditanami oleh pepohonan dan tanaman hijau yang rimbun.
ADVERTISEMENT
Mendengar namanya, mungkin sebagian dari Anda masih kurang familiar. Namun, perempuan yang akrab disapa Tyas ini patut mendapatkan apresiasi karena dedikasi dan semangatnya dalam mengajak para perempuan untuk lebih mencintai lingkungan lewat Sustaination (Sustainable Nation).
Komunitas Sustaination ini didirikan Tyas pada 2018 lalu atas dasar miskonsepsi gaya hidup berkelanjutan yang terkesan mahal, aneh, sulit, membutuhkan banyak waktu, dan bergantung kepada pemerintah karena minimnya informasi yang tersedia. Maka dari itulah, Sustaination hadir untuk mengenalkan gaya hidup berkelanjutan untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Semangat Tyas dalam memberikan edukasi dan pemahaman terhadap gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan inilah yang membuat kumparanWOMAN tertarik menjadikan Tyas sebagai salah satu narasumber untuk program spesial The Future Makers Women’s Week 2021.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanWOMAN, Tyas bercerita bahwa ide tentang Sustaination lahir saat dirinya masih kuliah S-2 di Belanda. Ia yang mengambil kuliah sustainable energy technology ini memang sudah akrab dengan dunia sustainable. Terlebih, Tyas mengerjakan tesis yang membahas tentang renewable energy di Pulau Sumba yang akan dijadikan pulau dengan 100% renewable energi pada 2025 mendatang.
“Aku punya cita-cita kembali ke Indonesia ingin mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan renewable energy. Tapi karena keterbatasan, aku pikir sepertinya susah dilakukan sampai akhirnya aku lihat sampah di apartemen kami itu banyak banget dan aku rasa ini sudah saatnya aku melakukan sesuatu,” cerita Tyas pada kumparanWOMAN di kediamannya, Senin (8/3).
Atas dasar itulah, Tyas mulai banyak mencari tahu tentang gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dari situlah ia juga belajar tentang zero waste living atau gerakan minim sampah. Ibu satu anak ini ingin menerapkannya di Indonesia, namun sayang sumber edukasinya tidak terlalu banyak.
Sepulangnya ke Indonesia, Tyas yang saat itu baru resign dari pekerjaannya akhirnya memilih untuk blogging dan membagikan pengalamannya dalam melakukan gaya hidup berkelanjutan lewat pengolahan sampah di rumah. Ia banyak membahas tentang meminimalisir sampah dan membuat akun media sosial di Instagram bernama Sustaination yang menceritakan tentang perjalanannya memilih dan mengelola sampah.
ADVERTISEMENT
“Ternyata responnya bagus. Aku banyak berkenalan dengan teman-teman yang juga peduli lingkungan dan merasa tidak sendirian dalam melakuan ini. Akhirnya aku mulai serius menggarap Sustaination,” lanjut Tyas lagi.
Lewat Sustaination, Tyas ingin memberikan edukasi dan pemahaman soal dampak lingkungan yang timbul akibat tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan. Maka dari itu, salah satu hal yang paling mungkin dilakukan adalah melakukan pendekatan dengan membahas isu sampah di dalam rumah. Tyas ingin mengajak teman-teman yang tergabung di Sustaination untuk berpikir dari hulu ke hilir tentang pengolahan sampah sejak sebuah benda itu diproduksi hingga menjadi sampah .
Pentingnya peran perempuan dalam menciptakan gaya hidup berkelanjutan
Tyas mengatakan bahwa isu pengolahan sampah ini tak lepas dari peran penting perempuan dalam membahas isu lingkungan. Menurutnya, perempuan memiliki peranan besar di lingkungan keluarga, berperan sebagai contoh teladan yang baik untuk anaknya. Selain itu perempuan pun menjadi pengambil keputusan dengan segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga yang akan membawa pengaruh besar.
ADVERTISEMENT
“Pastinya, perempuan juga memiliki peran untuk meneruskan pesan ke generasi selanjutnya. Jadi kita menjaga bumi juga bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk keberlangsungan hidup manusia di masa depan. Apakah nanti anak cucu kita bisa mendapatkan lingkungan dan kondisi bumi yang sama dengan yang kita punya sekarang? Di situlah letak pentingnya sustainable lifestyle,” ujar perempuan yang hobi diving ini.
Tyas yang mulai menjalani gaya hidup berkelanjutan sejak tinggal di Belanda ini mengatakan bahwa kehidupan perempuan Indonesia sebenarnya jauh lebih ramah lingkungan. Hal ini bahkan sudah diterapkan sejak dulu oleh para perempuan di zaman dulu dan sudah menjadi bagian dari budaya tradisional.
Contohnya, sejak dulu perempuan Indonesia terbiasa membawa tas anyaman untuk berbelanja ke pasar, membeli tempe yang dibungkus daun pisang atau membungkus makanan dengan kotak anyaman dari daun pohon kelapa. Contoh lainnya, sejak zaman dulu penduduk desa sudah terbiasa untuk mengompos dengan membuat lubang di dekat pohon pisang yang berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah organik. Hal-hal inilah yang disebut sebagai sustainable living yang menurut Tyas jauh lebih ramah lingkungan .
ADVERTISEMENT
“Kalau kita lihat kan sejak dulu perempuan Indonesia sudah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, tapi karena adanya modernisasi di mana plastik mulai banyak digunakan dengan iming-iming lebih higienis dan praktis, pola pikirnya jadi berubah. Oke kamu kelihatan keren kalau belanja di supermarket pakai plastik. Nah, tapi sampah plastiknya ini tidak dipikirkan,” imbuhnya.
Ingin satu juta masyarakat Indonesia beralih ke gaya hidup ramah lingkungan
Sejak Sustaination didirikan tiga tahun lalu, Tyas memiliki mimpi besar untuk mengajak setidaknya satu juta masyarakat Indonesia, terutama para perempuan, untuk beralih ke gaya hidup sehat dan lebih ramah lingkungan.
Meski menurutnya itu terdengar cukup ambisius, tapi ia juga optimistis bahwa hal ini akan tercapai. “Harapannya, semoga Sustaination bisa menjadi teman, pusat informasi dan edukasi untuk kebutuhan teman-teman yang ingin beralih ke gaya hidup berkelanjutan dan bisa mengajak lebih banyak lagi masyarakat Indonesia untuk berani menyuarakan gaya hidup ramah lingkungan, seperti domino effect,” kata Tyas menambahkan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Tyas bercerita bahwa ia dan tim di Sustaination juga tengah membina Sustaination Community. Ia mengadakan kelas gratis setiap minggu yang membahas tentang zero waste living melalui Telegram. Kelas ini diperuntukkan bagi para newbie yang baru ingin memahami tentang gaya hidup berkelanjutan, sekaligus diarahkan agar mereka bisa menjadi lebih paham tentang detail gaya hidup ini.
Hingga saat ini, Tyas memiliki lebih dari 650 orang member yang tertarik mendengarkan kelas gratis. Sehari-hari, ia pun kerap membagikan tips dan bercerita tentang apapun seputar gaya hidup berkelanjutan.
“Aku ingin menciptakan komunitas biar ada temannya untuk menjalani gaya hidup ini. Sama seperti kita diet, maunya kan ada pertemanan sehat. Nah, kalau ini jadi pertemanan ramah lingkungan biar lebih semangat menjalaninya,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat ini, Tyas pun berencana mengembangkan Sustanation Institute yang sejak lama direncanakan bersama sang suami. Bisa dibilang, ini adalah mimpinya untuk lebih mengedukasi orang-orang tentang gaya hidup ramah lingkungan sekaligus sebagai lembaga riset untuk hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup berkelanjutan.
“Aku melihat sepertinya belum ada lembaga riset yang spesifik membahas tentang sustainable living. Ini adalah mimpiku dan suami sebagai salah satu cara untuk mendukung gaya hidup sustainable. Harapannya, Sustanation Institute bisa jadi platform edukasi yang memadai,” demikian tutup Dwi Sasetyaningtas sebelum mengakhiri perbincangan.
---
Simak kisah inspiratif dari The Future Makers dan artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week 2021.