Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jenaka, bugar, dan energik. Tiga hal itu sangat cocok mewakili sosok dokter sekaligus influencer, Falla Adinda . Falla sendiri cukup familiar di media sosial, karena ia kerap membagikan informasi seputar COVID-19.
Kepopuleran Falla kemudian meningkat ketika ia aktif menceritakan pengalamannya saat menjadi relawan di RS Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Falla menjadi relawan di sana selama dua bulan, terhitung sejak Februari hingga Maret 2020, atau saat awal masa pandemi COVID-19 di Indonesia.
Menjadi relawan di Wisma Atlet diakui Falla datang dari panggilan hati dan atas keinginannya sendiri. Keinginan itu lantas semakin didorong oleh rasa kemanusiaan untuk mengambil bagian di tengah pandemi dan turun langsung dalam membantu masyarakat.
Dari Wisma Atlet ke Satgas COVID-19
Perjalanan Falla Adinda untuk membantu masyarakat di tengah pandemi COVID-19 ternyata belum berakhir. Beberapa bulan setelah di Wisma Atlet, Falla kemudian bergabung di Satgas Nasional Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi. Falla bergabung di sana sejak Agustus 2020, dengan tugas utamanya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pandemi COVID-19.
“Karena saya ada di Sub Bidang Mitigasi, jadi memang titik beratnya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat agar kasus tidak meningkat, dan kalaupun ada peningkatan kasus di sebuah wilayah, maka dampaknya tidak terlalu besar,” kata penulis buku Heart Emergency ini.
Selain memberikan edukasi kepada masyarakat, Falla juga menyebut bahwa pekerjaan sehari-harinya adalah memberikan koordinasi kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam penanganan pandemi; seperti Polisi, Satpol PP, PMI, BNPB, hingga organisasi masyarakat.
“Jadi kami dari Satgas COVID-19 memberikan koordinasi kepada mereka agar penanganan pandemi di suatu wilayah bisa lebih komprehensif,” tambahnya.
Falla bercerita, peran barunya ini telah memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman baru bagi hidupnya. Lewat peran tersebut, Falla juga bisa melihat Indonesia dari sudut pandang yang lebih luas.
“Yang tadinya mungkin saat menjadi dokter sudut pandang saya sempit, tapi ketika menjadi Satgas saya bisa melihat Indonesia dari sisi yang lebih luas. Misalnya, penanganan pandemi di Sumatera ternyata berbeda dengan penanganan pandemi di Jawa. Karena itu, kita harus melakukan approaching dengan cara yang berbeda juga,” tutur ibu satu anak ini.
Tantangan terbesar jadi pejuang garda terdepan
Meski mendapatkan berbagai pengalaman dan pembelajaran baru, namun Falla mengakui bahwa ia kerap menghadapi berbagai tantangan saat menjalankan tugasnya sebagai pejuang garda terdepan.
“Tantangan terbesarnya mungkin lelah ya. Lelah karena ini sudah setahun lebih dan kadang saya melihat di luar sana masih banyak orang yang sudah mulai tidak peduli dan tetap abai dengan pandemi. Padahal pandemi ini masih berjalan dan banyak orang kehilangan keluarga serta teman-temannya karena pandemi ini,” tutur Falla.
Falla menyebut bahwa hal itu terkadang membuatnya capek dan menyerah. Apalagi karena Falla terjun langsung di tengah pandemi, ia kemudian jadi lebih tahu seperti apa kondisi nyata pandemi COVID-19.
“Kalau dari sisi tenaga kesehatan saya melihat waktu dulu (pandemi) parah banget ya. Harus melihat pasien ‘rebutan’ untuk dapat ruangan ICU. Pernah ada kasus di mana satu orang kepala keluarga dan seorang ibu yang sudah tua umurnya 70 tahun kena COVID-19. Dua-duanya butuh ruangan ICU dan kita harus menentukan mana yang masuk ke ruangan ICU. Keputusan-keputusan seperti itu sering terjadi dan terkadang orang tidak tahu cerita tersebut,” kata perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI itu.
Misi masa depan Falla Adinda
Sebagai seorang perempuan, Falla juga memiliki misi pribadi di masa depan. Menariknya, misi tersebut tak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat banyak, khususnya untuk sesama perempuan lain.
“Misinya adalah ingin tetap seperti ini. Ingin tetap bisa berekspresi dengan hal yang saya inginkan, tetapi tidak mengabaikan tanggung jawab sebagai manusia. Intinya adalah do whatever makes me happy sampai tua nanti, tetapi tetap bertanggung jawab,” jelasnya.
Falla juga berharap agar semua orang di luar sana, khususnya perempuan, bisa memiliki kesempatan yang sama sepertinya untuk bisa memilih dan berekspresi dengan bebas. Intinya, ia ingin agar perempuan bisa melakukan apa pun yang mereka mau, tanpa adanya dorongan atau paksaan dari lingkungan sekitarnya,
Impian Falla Adinda agar perempuan bisa bebas memilih
Tak hanya peduli dengan isu sosial dan kesehatan, rupanya Falla Adinda juga memiliki kepedulian terhadap isu-isu perempuan dan kesetaraan. Bahkan, di akun media sosial pribadinya, ia kerap lantang menyuarakan isu-isu tersebut.
“Kebetulan saya memiliki follower dan memiliki platform, jadi kenapa tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bisa menyuarakan sesuatu yang saya rasa bisa lakukan dan tentunya menolong perempuan yang pilihannya kerap dibatasi,” terang Falla.
Falla menyebut, bahwa ia fokus mengangkat isu-isu perempuan di akun media sosial miliknya sejak 3-4 tahun lalu. Ketika ia sadar, bahwa apa yang ia dapatkan (seperti bebas memilih dan berekspresi), ternyata tidak bisa didapatkan oleh semua orang khususnya perempuan.
“Saya sadar bahwa apa yang saya dapatkan hari ini adalah buah dari orang-orang di sekitar yang sangat supportive. Namun sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti yang saya dapatkan. Hal itu jadi kepedihan sendiri, karena apa yang aku dapatkan ini adalah titipan. Titipan untuk memperjuangkan agar mereka bisa mendapatkan kesempatan yang sama juga,” ungkap perempuan yang hobi bersepeda itu.
Oleh karena itu, Falla Adinda berpesan kepada semua perempuan agar bisa lebih berani untuk menentukan pilihannya. Dan lebih berani jika ingin mendobrak stigma, tapi tetap harus bertanggung jawab dengan pilihan dan keputusannya.
Tak lupa, Falla juga memberikan pesan kepada perempuan untuk saling mendukung dan menguatkan. “Kita harus sama-sama meraih mimpi, harus berani untuk berbicara, dan berani menyuarakan apa yang kita mau. Sebagai perempuan, kita juga harus berani mengambil sendiri keputusan yang kita mau. Karena, semua yang kita miliki adalah otoritas kita sendiri. Jadi jangan pernah berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti untuk menggapai apa yang kita mimpikan,” tutup Falla Adinda.
Simak kisah inspiratif dari The Future Makers dan artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women’s Week 2021.