Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
The Future Makers Mesty Ariotedjo: Perempuan & Seni Komunikasi untuk Kesetaraan
15 Maret 2021 18:39 WIB
ADVERTISEMENT
Ramah, anggun dan cerdas. Itulah tiga kata yang terpikir saat kumparanWOMAN menyapa Mesty Ariotedjo melalui sambungan video call pada Rabu (10/3) lalu. Ya, Mesty Ariotedjo merupakan seorang dokter, entrepreneur sekaligus figur publik yang menjadi salah satu narasumber untuk program spesial kumparanWOMAN, The Future Makers .
ADVERTISEMENT
Saat ditanya tentang kesibukannya, Mesty rupanya masih menyesuaikan diri untuk menjalani multiperan sebagai seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Ia baru kembali praktik sebagai dokter spesialis anak setelah sempat cuti melahirkan selama enam bulan lamanya. Tak hanya itu, perempuan 31 tahun ini juga menjalani kesibukan barunya sebagai seorang kandidat Master of Public Health di John Hopkins University, Inggris, dan menjalani kuliah jarak jauh.
Mesty mengungkapkan bahwa ia ingin memperkuat ilmu untuk membantu memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia. Mesty percaya, bila sistem kesehatan bisa dibenahi, akan memberikan efek yang lebih besar untuk para tenaga kesehatan dan untuk pasien.
Multiperan yang dilakukan Mesty lantas tak membuatnya berpuas diri. Perempuan kelahiran 25 April 1989 ini juga aktif mengelola bisnisnya. Ia merupakan co-founder dari Wecare.id, sebuah situs donasi untuk pasien-pasien di pelosok daerah dengan kemampuan finansial terbatas dan belum terdaftar menjadi peserta BPJS. Pada awal pandemi 2020 lalu, Wecare.id juga melakukan gerakan donasi untuk para nakes dengan membagikan lebih dari 400 ribu APD kepada sejumlah rumah sakit di Indonesia. Semua ini dilakukan saat dirinya tengah mengandung anak keduanya.
ADVERTISEMENT
Belum cukup sampai situ, mulai November lalu, Mesty juga mengelola platform TentangAnak, yang membahas tentang kesehatan anak di sosial media, sekaligus merilis buku bacaan anak untuk mendekatkan bonding antara orang tua dan anak.
Di balik seluruh kegiatannya ini, Mesty rupanya memiliki satu misi mulia terhadap kesejahteraan perempuan, khususnya mereka yang bekerja di dunia kesehatan sebagai tenaga kesehatan. Ia ingin, perempuan bisa mendapatkan kesetaraan, baik di dunia kerja maupun di rumah.
Ladies, simak hasil obrolan kumparanWOMAN bersama Mesty Ariotedjo selengkapnya berikut ini.
Soroti isu kesetaraan perempuan di dunia kerja
Dalam sesi wawancara video bersama kumparanWOMAN, Mesty mengungkapkan harapannya bahwa secara umum perempuan harus lebih mendapatkan perhatian tentang kesetaraan, terutama di rumah masing-masing. Orangtua harus memperlakukan anak perempuan dengan setara, memberikan kesempatan mereka untuk belajar, dan dibimbing untuk peran apa pun. Hingga nantinya ketika perempuan sudah menikah, mereka juga bisa menjalani peran baru sebagai istri dan seorang ibu yang bisa mengajarkan tentang kesetaraan.
ADVERTISEMENT
“Saya lihat di lapangan, salah satu kesulitan perempuan untuk bertugas secara optimal adalah kurangnya support system yang baik. Inilah pentingnya kita sebagai perempuan memiliki suara untuk menyampaikan dan berkomunikasi dengan baik pada keluarga atau pasangan, bahwa kita berhak untuk memilih apa yang ingin kita jalani selama itu memberikan manfaat kepada banyak pihak,” tutur Mesty.
Ibu dua anak ini melanjutkan, tak jarang perempuan enggan mengkomunikasikan sesuatu atau tidak tahu cara mengkomunikasikan tentang kesetaraan. Padahal bisa saja, pasangan dan keluarga bisa mengerti dan ingin membantunya.
Mesty melanjutkan dengan memaparkan sebuah studi bahwa 57 persen perempuan merasa kesulitan untuk mengejar karier mereka bila sudah memiliki anak. Sedangkan bagi pria, hanya 19 persen yang merasakan hal tersebut. Artinya, ada perbedaan yang jauh dalam hal ini
ADVERTISEMENT
“Ini sudah terbentuk turun temurun dengan pemahaman konvensional, bahwa perempuan itu tugasnya adalah homemaker, harus mengurusi rumah tangga, harus menyapu, mencuci, menyiapkan makanan, walaupun mereka juga bekerja. Nah, ini adalah tugas kita untuk mendiskusikan gap ini kepada pasangan hingga mencapai kesepakatan lewat komunikasi yang baik,” lanjut Mesty lagi.
Ia pun mengemukakan beberapa isu perempuan yang menjadi concern-nya. Menurut Mesty, sebagian perempuan masih sering mendapatkan beberapa stereotip berbasis gender. Masih banyak yang bilang bahwa perempuan harus bersifat ‘nrimo’ alias menerima apapun segala keputusan. Perempuan harus bersikap lemah lembut, dan tak boleh memiliki keputusan sendiri.
“Menurut saya, isu yang harus dibenahi adalah stereotip perempuan terkait tanggung jawabnya di rumah, urus rumah dan anak, sedangkan pria tanggung jawabnya kerja dan cari uang. Kesetaraan dalam rumah tangga sangat penting untuk diangkat. Tidak hanya untuk keadilan suami istri dan hubungan yang lebih baik, tetapi anak-anak akan melihat itu sebagai contoh yang baik tentang saling menghormati, menghargai dan setara antara ibu dan bapak,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Masa depan ideal untuk perempuan menurut Mesty Ariotedjo
Ketika ditanya soal visinya untuk masa depan perempuan yang ideal, dokter yang juga dikenal sebagai pemain alat musik harpa ini mengatakan bahwa setiap perempuan pasti memiliki perspektif masing-masing tentang masa depan ideal. Hal ini dilandasi dari berbagai faktor, mulai dari latar belakang dan lingkungan yang berbeda, atau apakah mereka memiliki support system yang baik atau tidak. Karena, hal ini akan berpengaruh terhadap pilihan hidup yang akan dijalani oleh para perempuan ke depannya.
“Menurut saya, semua jalan yang dipilih oleh seorang perempuan itu sah-sah saja. Apakah dia ingin jadi ibu rumah tangga, dokter, atau astronot sekalipun, selama itu memang memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana perempuan bisa mengkomunikasikan itu semua dengan baik,” ujar Mesty.
ADVERTISEMENT
Ia melihat, masih banyak perempuan yang kesulitan untuk mengkomunikasikan masalah karena sejak kecil diajarkan untuk selalu mendengarkan. Padahal baginya, penting sekali untuk menyuarakan apa yang terbaik untuk kita dan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu orang-orang di sekitar kita.
Mesty juga berharap, para perempuan khususnya yang bekerja di bidang kesehatan juga memiliki keberanian untuk menyuarakan pendapat dan keinginannya. Mereka berhak mendapatkan kesetaraan, baik dari segi karier maupun di dalam keluarga.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini berpesan agar perempuan lebih mencoba untuk mengenali diri kita sendiri. Karena, apapun yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata orang lain. Tetapi hal ini sah-sah asalkan membawa kebahagiaan dan kebaikan pada kita sendiri.
ADVERTISEMENT
“Ketika kita menjalankan apapun yang ada di depan mata dengan sebaik-baiknya, percayalah ke depannya akan terbuka kesempatan lebih besar untuk berkembang,” ujarnya. Mesty juga menambahkan bahwa kunci keberhasilan perempuan dalam mencapai impian dan aspirasinya adalah melalui pilihan pasangan. “Pilihlah pasangan yang mendukung untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik, karena dari situ akan terbentuk keluarga yang harmonis dan akhirnya membentuk generasi lebih baik lagi,” tutupnya.
---
Simak kisah inspiratif dari The Future Makers dan artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week 2021.