Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
The Future Makers: Vania Santoso & Misi Membuat Fashion Lebih Ramah Lingkungan
8 Maret 2021 19:10 WIB
Jika Swedia memiliki perempuan muda seperti Greta Thunberg yang tak pernah putus asa menyuarakan isu lingkungan, Indonesia memiliki Vania Santoso . Vania adalah sosok perempuan muda yang juga gigih membuat usaha sosial ramah lingkungan dan mengedukasi masyarakat tentang isu ini sejak usia remaja.
Perempuan 29 tahun asal Surabaya ini membuat bisnis fashion dengan konsep ramah lingkungan atau eco-fashion bernama HeySTARTIC. Bisnis sosial tersebut ia dirikan berdasarkan pengalaman pribadi. Pada sekitar 2004, rumah Vania dan keluarganya terdampak banjir besar. Ia dan keluarga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Dari situ, ia menyadari bahwa masalah lingkungan seperti banjir sebetulnya disebabkan oleh manusia sendiri yang selalu membuang sampah sembarangan.
Ia pun merasa terdorong untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat bumi jadi lebih baik. Setahun setelahnya pada sekitar 2005, Vania dan kakaknya, Agnes, tergerak untuk membuat komunitas lingkungan kecil-kecilan. Dalam komunitas tersebut, Vania fokus untuk mengedukasi masyarakat tentang kepedulian lingkungan.
"Saat itu isu lingkungan belum marak seperti sekarang ini. Oleh karena itu, kami fokus mengedukasi masyarakat saja. Mulai dari cara mengolah sampah, menanam pohon, pentingnya revitalisasi sungai, dan hal-hal kecil lainnya. Sampai akhirnya pada 2007 kami memutuskan untuk ikut lomba Volvo Adventure 2007 di Swedia dengan harapan usaha kami ini bisa mendapatkan dana sehingga kami bisa melakukan hal yang lebih banyak lagi," ungkap Vania Santoso saat diwawancarai langsung oleh kumparanWOMAN beberapa waktu lalu untuk konten The Future Makers .
Dari lomba tersebut, proyek Useful Water for A Better Future milik Vania dan kakaknya berhasil menang dan mereka mendapatkan pendanaan untuk pengembangan proyek lingkungan senilai 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp 143 jutaan (menurut kurs hari ini). Dana tersebut kemudian digunakan untuk memperkuat komunitas pencinta lingkungan dan mulai membangun bisnis sosial yang fokus pada pengolahan sampah plastik.
Sejak saat itu, Vania merasa usahanya selama ini tidak sia-sia. Pada 2014, Vania dan kakaknya resmi mendirikan HeySTARTIC, sebuah bisnis fashion ramah lingkungan berbasis sosial. Lewat bisnis sosial tersebut, Vania dan kakaknya meyakini bahwa produk fashion juga bisa ramah lingkungan sekaligus punya tampilan yang fashionable.
Usia muda tak jadi halangan untuk membangun bisnis sosial
Bagi seorang sociopreneur seperti Vania Santoso, ada banyak sekali tantangan yang dihadapi, terutama saat awal-awal merintis. Vania sendiri mengaku sering ditolak oleh perusahaan besar ketika mencari pendanaan untuk proyek daur ulang yang sedang ia jalankan. Meski begitu, ia tak pernah merasa putus asa.
Layaknya anak muda pada umumnya, kesulitan atau tantangan yang dihadapi justru membuat Vania penasaran dan berusaha mencari solusi sampai berhasil. “Pengalaman banyak ditolak itu membuat aku justru jadi penasaran. Akhirnya ide-ide baru bermunculan, mulai dari bikin garage sale untuk menjual produk daur ulang, ikut berbagai lomba, dan lain-lain. Semua perjalanan itu membuat aku jadi punya mental yang kuat dan tidak mudah menyerah,” jelasnya.
Selain itu, sebagai perempuan muda Vania juga mengaku pernah mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan. Beberapa kali ia dipandang sebelah mata karena usianya yang sangat muda saat memulai bisnis. “Jadi pemuda itu sebenarnya ada sisi baiknya, kita bisa dianggap hebat karena masih muda sudah bisa mendirikan bisnis. Tapi di sisi lain aku juga pernah dipandang sebelah mata, dianggap tidak tahu apa-apa. Namun dari situ aku belajar banyak dan mulai membiasakan diri mengumpulkan setiap kesuksesan kecil yang kami raih. Tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan. Jadi kalau mau mengajukan kerja sama, pihak eksternal bisa melihat pengalaman kami dari pencapaian yang sudah kami dapat selama ini,” pungkasnya.
Lebih dari itu, dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya juga membuat semangat Vania tak pernah redup. Dukungan yang datang dari berbagai kalangan juga membuatnya merasa tidak sendirian dalam memperjuangkan misinya untuk menjadikan industri fashion jadi lebih ramah lingkungan.
Keberaniannya membuka jalan untuk masa depannya sendiri serta masyarakat luas, khususnya di Surabaya, juga terbentuk karena ia merasa memiliki tanggung jawab untuk turut membuat perubahan baik. “Hal utama yang menjadi motivasi aku adalah segala apresiasi dan feedback yang datang dari media atau orang-orang yang selama ini aku temui membuat aku pribadi merasa punya tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik atau giving back,” tuturnya.
Misi masa depan Vania untuk lingkungan
Sebagai perempuan muda, Vania ternyata memiliki misi pribadi. Misi ini tak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk kepentingan masyarakat banyak, serta untuk sesama perempuan. Ia ingin agar masyarakat tidak hanya sadar akan pentingnya melestarikan lingkungan, tapi juga mau menyadari bahwa kita memiliki kontrol atas apa yang kita konsumsi atau beli sehari-hari.
Menurut Vania, konsumerisme atau gaya hidup yang tidak hemat itu juga bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan. Jadi selain menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan, Vania juga ingin mendorong masyarakat untuk bisa mengontrol keinginan mereka dalam berbelanja.
“Selain aku dan mungkin para pejuang lingkungan lainnya memproduksi barang ramah lingkungan, masyarakat juga harus bisa mengontrol konsumerisme mereka. Soalnya kalau mereka mengelola sampah sekalipun tapi tidak mindful dalam membeli sesuatu, rasanya bisa percuma. Karena yang ada barang tetap menumpuk di rumah, kalau tidak terpakai ya nanti bisa jadi sampah lagi. Itu yang jadi salah satu kepedulian aku juga,” jelasnya.
Menurut Vania, tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan benar-benar harus diperhatikan lagi. Apa pun yang dilakukan, kalau bisa semuanya harus punya konsep berkelanjutan.
“Kita harus membumi, tapi bukan hanya dalam artian rendah hati. Tapi harus benar-benar ingat bumi. Karena kalau kita memilih untuk tidak peduli dengan bumi, ya itu sama halnya dengan kita memilih tidak peduli dengan masa depan kita sendiri,” ungkap Vania.
Impian Vania Santoso soal kesetaraan dalam berbagai aspek
Tidak hanya peduli dengan isu lingkungan, Vania Santoso juga memiliki kepedulian terhadap isu kesetaraan. Bahkan topik ini menjadi salah satu impian Vania, yaitu untuk bisa mewujudkan kesetaraan, tak hanya soal gender tapi juga terkait kesetaraan akses terhadap informasi dan kesempatan.
Menurut Vania, ketimpangan dalam hal informasi dan kesempatan itu bisa membatasi kita yang ingin terlibat membuat perubahan positif. Ia menyadari bahwa hal ini cukup sulit untuk dilakukan, tapi bukan berarti sama sekali tidak bisa diusahakan. “Kadang memang kita sendiri harus bekerja keras supaya bisa selalu setara dalam melakukan berbagai hal. Tapi bagi pihak-pihak yang memegang peran penting, mereka juga harus bisa membuka kesempatan bagi siapa saja. Jadi nanti agen perubahan yang ada bisa lebih bertambah dan orangnya tidak itu-itu saja. Jadi memang harus ada kerja sama dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkan kesetaraan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Vania Santoso berpesan pada perempuan agar mereka lebih berani mencoba segala hal. Kesetaraan itu tidak hanya datang dari pihak luar saja. Tapi kita sendiri sebagai perempuan juga harus berani membuka diri pada berbagai kemungkinan yang terjadi dalam hidup.
“Ini mungkin klise, tapi bagi aku, ketika ada kesempatan yang datang, jangan pernah ragu dan berkata tidak. Coba saja dulu, karena saat kita mencoba mengambil kesempatan, peluangnya jadi 50-50 antara berhasil dan gagal. Apa pun hasilnya nanti, yang penting kita sudah melakukan yang terbaik. Sisanya tinggal pasrah sama Tuhan. Tapi kalau kita tidak ambil, ya hasilnya sudah pasti 100% gagal,” begitu pesan Vania pada para perempuan.
Bagi Vania, segala kesempatan yang hadir itu selalu memberikan pelajaran bagi kita. Jadi meski usahanya gagal, yang penting kita sudah belajar sesuatu dari kesempatan tersebut. Pembelajaran itu nantinya bisa kita gunakan di kemudian hari supaya bisa mendapat hasil yang lebih baik.
Selain itu, ia juga menyarankan pada perempuan agar selalu bangga atas segala pencapaian mereka. Tidak peduli itu besar atau kecil. “You be proud of yourself. Biasakan untuk bisa mengapresiasi hal-hal dan kesuksesan kecil. Jangan takut gagal karena dalam hidup kita akan selalu menghadapi kegagalan. Dan kegagalan itu yang akan menunjukkan bahwa sebagai manusia itu kita selalu berproses. Kegagalan itu adalah sesuatu yang wajar, jadi jangan takut,” tutupnya.
Simak kisah inspiratif dari The Future Makers dan artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week 2021.