Tradisi Perempuan Yao di China, Potong Rambut Hanya Sekali Seumur Hidup

11 Mei 2020 11:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempuan Yao di Desa Huang Luo, China. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan Yao di Desa Huang Luo, China. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Bagi setiap perempuan, rambut adalah mahkota. Oleh karena itu mereka akan melakukan berbagai hal demi mendapatkan rambut yang indah dan berkilau. Mulai dari melakukan perawatan rambut seperti keramas, creambath, hair mask, hingga memotong rambut secara rutin.
ADVERTISEMENT
Namun rutinitas tersebut tidak terjadi pada perempuan Yao di Huang Luo, China. Sejak 3.000 tahun yang lalu, perempuan Yao memiliki tradisi tersendiri untuk rambutnya. Bagi mereka, panjang rambut tidak hanya sekadar sampai pundak atau punggung. Tetapi mereka bisa memanjangkan rambutnya hingga lebih dari 1.5 meter.
Menurut Great Big Story, mereka pun disebut sebagai Rapunzel di dunia nyata. Seperti diketahui, Rapunzel merupakan putri fiktif dari cerita Disney yang memiliki rambut super panjang dan tidak pernah dipotong seumur hidup.
Perempuan Yao yang sudah menikah akan menata rambutnya di atas kepala seperti sanggul. Foto: shutterstock
Menurut laporan Vogue, legenda mengatakan bahwa ribuan tahun lalu ada seorang perempuan suku Yao akan menggunakan rambut panjangnya untuk mencambuk pria yang melamar tetapi tidak cocok dengan dirinya.
Dan sampai sekarang, para perempuan Yao hanya memotong rambutnya sekali seumur hidup, yaitu saat mereka memasuki usia 18 tahun. Pemotongan rambut ini pun tak bisa dilakukan sembarangan. Perempuan Yao mempunyai ritual khusus yang akan disaksikan oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Setelah dipotong, mereka akan menyimpan potongan rambutnya untuk disatukan kembali dengan rambutnya yang panjang. Mereka akan menyambungnya secara tradisional menggunakan kepangan atau anyaman yang rumit. Ini merupakan tradisi turun temurun yang diberikan dari seorang ibu pada anak perempuannya.
Tidak hanya itu saja, perempuan Yao juga memiliki cara tersendiri untuk membedakan perempuan yang sudah menikah dan belum. Perempuan yang sudah menikah akan menata rambutnya menjadi gelungan atau konde di bagian depan kepala. Sedangkan perempuan yang belum menikah akan menutup rambut panjangnya ini menggunakan scarf.
Rambut perempuan Yao menjadi sumber mata pencaharian
Yao Women. Foto: shutterstock
Sebagai mahkota, perempuan Yao memperlakukan rambutnya dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Saking berharganya, zaman dulu desa Huang Luo memiliki aturan lokal untuk para pria. Jika mereka melihat rambut perempuan belum menikah digerai, maka pria tersebut harus melayani keluarga perempuan yang ia lihat selama tiga tahun. Namun aturan itu kini sudah tidak berlaku lagi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, meski mereka tetap menjalankan tradisi, tetapi di era modern ini perempuan Yao yang masih muda diperbolehkan untuk memotong rambut. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang berusia 20 tahunan dan meninggalkan desa untuk bersekolah di kota.
Para tetua desa juga tidak keberatan dengan hal tersebut, sebab menurut mereka memanjangkan rambut adalah pilihan setiap perempuan. “Mereka mengatakan itu pilihan setiap perempuan. Mereka memiliki pemikiran yang sangat terbuka,” ungkap fotografer Joyce Ng yang berkunjung ke Desa Huang Luo untuk melakukan liputan khusus untuk Vogue.
Lebih dari itu, bisa dibilang di era modern ini rambut para perempuan Yao sudah menjadi semacam sumber penghasilan. Desa Huang Luo sudah menjadi tujuan wisata yang menawarkan keunikan rambut perempuan Yao sebagai atraksi utamanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Vogue, kini Desa Huang Luo bahkan sudah membangun gedung teater, di mana para penduduk lokal akan berdandan menggunakan busana adat mereka yang nyentrik berwarna pink terang. Mereka akan menyuguhkan tarian tradisional dan memainkan musik folks khas Huang Luo.
Para perempuan Yao juga akan menunjukkan pada pengunjung bagaimana mereka merawat dan menata rambutnya. Bahkan mereka membuat demo keramas di hadapan para penonton.
Untuk melihat rutinitas warga, pengunjung akan dikenakan tiket masuk yang nantinya dijadikan sebagai penghasilan utama dari Desa Huang Luo.
Dirawat dengan sampo tradisional buatan sendiri
Yao Women. Foto: shutterstock
Seperti perempuan pada umumnya, perempuan Yao juga melakukan perawatan untuk menjaga rambut mereka tetap sehat dan terawat. Meski tidak menggunakan perawatan modern, tetapi mereka memiliki cara dan ramuan tersendiri untuk mencuci rambut mereka.
ADVERTISEMENT
Setiap keramas, perempuan Yao akan menggerai rambutnya dan dicelupkan ke dalam sebuah wadah berisi ramuan sampo tradisional. Perempuan Yao membuat samponya dari campuran air beras, jahe, kulit jeruk bali, teh bran, dan akar fleeceflower.
Mereka akan merebus semua bahan-bahan alami tersebut dalam sebuah panci. Setelah dimasak beberapa menit, sampo tradisional itu akan dihilangkan uap panasnya lalu disimpan dalam kontainer untuk difermentasi selama tiga sampai empat hari sebelum digunakan.
Sampo tradisional ini menjadi rahasia kecantikan alami dari rambut panjang perempuan Yao. Ramuan ini juga yang membuat rambut mereka bahkan tetap hitam legam dan berkilau meski usia mereka sudah menua. Untuk menjaganya tetap lurus dan rapi, perempuan Yao juga menggunakan sisir khusus dari kayu.
ADVERTISEMENT
Kabar gembiranya, jika Ladies berkunjung ke Desa Huang Luo, Anda diperbolehkan untuk membeli sampo tradisional ini. Jadi Anda juga bisa menggunakannya di rumah untuk memiliki rambut yang sehat, kuat, dan hitam berkilau seperti perempuan Yao.