Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2

Panggung adibusana atau haute couture musim semi/panas 2025 baru saja digelar bulan lalu di Paris. Selama satu pekan, dunia fashion disuguhi karya-karya mode yang inggil. Berbeda dengan ready to wear, koleksi adibusana berfokus pada pembuatan pakaian dari kain berkualitas tinggi yang dikerjakan dengan tangan, seringkali menggunakan teknik yang memakan waktu.
Relevansinya boleh saja dipertanyakan. Namun lewat karya adibusanalah segala potensi desainer dapat tercurah tanpa batas.
Berikut catatan dari lima rumah mode paling berpengaruh:
Schiaparelli
Schiaparelli, rumah mode yang telah lama redup mendapat energi baru yang luar biasa sejak kehadiran perancangnya Daniel Roseberry. Koleksi kali ini bertajuk Icarus, dari mitologi Yunani, yang terbang sangat tinggi mendekati matahari. Roseberry menantang dirinya, sampai sejauh mana seorang couturier bisa mengepakkan sayap lewat karyanya?
Tampilan pertama muncul, gaun dengan rok rumbai asimetris dengan bagian atasan renda lengan panjang berleher tinggi yang dilapisi bunga enamel dan kelopak organza. Roseberry ingin modernitas tidak harus bersinonim dengan simplisitas. Gaya baroque, belle epoque, korset dan rok melingkar–di tangan Roseberry semua yang berlebihan tak hanya bisa terlihat kekinian tapi juga dieksekusi dengan sempurna. Seperti katanya
Dior
Maria Grazia Chiuri mengajak berpetualang ke negeri dongeng di mana rok kurungan ayam terlihat begitu romantis dan demure. Seperti Alice yang sedang menyusuri lubang kelinci, karya-karya Chiuri bermain dengan sejarah mode Prancis abad-abad lalu yang bersinggungan dengan arsip Christian Dior dan Yves Saint Laurent saat memegang tampuk kepemimpinan kreatif.
Hasilnya jas berekor Edwardian, konstruksi korset dan krinolin, trapeze, dan taburan renda berbunga-bunga bersanding alami dengan dandanan rambut punk mohican yang menjulang.
Chanel
Tahun ini rumah mode Chanel memperingati 110 tahun kejayaan adibusananya. Disayangkan, mantan desainer Botega Venetta, Matthieu Blazy yang ditunjuk sebagai direktur kreatif terbaru Chanel belum mulai menampilkan karyanya di sini.
Tak urung, peragaan haute couture tetap digelar di tempat langganan rumah mode besar ini, Grand Palais, menampilkan tata panggung karya desainer Amerika Serikat Willo Perron, berbentuk logo C ganda yang berkaitan.
Tim kreasi adibusana memperlihatkan keterampilan mereka lewat koleksi-koleksi ringan penuh warna muda ceria. Sebagai pembuka, setelan jaket tweed dan rok mini lipat warna putih melangkah bebas dengan rambut model yang terurai lepas. Lalu pastel dan warna-warna cerah, disusul biru yang gemerlap untuk acara malam hari. Semuanya hadir dalam siluet yang lazim dijumpai di rumah mode Chanel.
Valentino
Kepeningan, begitu tema peragaan karya adibusana pertama Alessandro Michele untuk rumah mode Valentino. Anda tak salah baca, mantan desainer Gucci ini memang sedang bercerita tentang pusingnya melihat kedalaman sejarah mode yang berdampingan dengan segala yang terjadi di dunia.
Koleksinya tidak disuguhkan dengan ringan. Musik yang mendebarkan, teks berjalan di bursa efek penuh dengan kata yang acak, koleksi yang tak bertautan satu sama lain, perlu perhatian ekstra untuk mencernanya.
Catatan pers setebal 100 halaman memuat kutipan penulis Italia Umberto Eco, mengungkap 48 koleksi adibusana dengan 48 catatan berupa rangkuman segala yang terjadi di dunia mode. Maka karya-karya adibusana musim semi/panas ini menampilkan gaun-gaun lebar gaya Marie Antoinette, disko era 70an, dan Harlequin. Tak diragukan, maksimalis adalah kekuatan Alessandro Michele.
Jean Paul Gaultier
Sejak pensiun pada 2020, Jean Paul Gaultier mengundang desainer tamu untuk mengepalai komando kreatif lini adibusananya. Ludovic de Saint Sernin, desainer tamu kedelapan, mendesain koleksi haute couture musim semi/panas 2025 Jean Paul Gaultier. Nama De Saint Sernin dikagumi oleh kalangan desainer, seperti Rick Owens dan Ann Demeulemeester.
Naufrage atau kapal karam menjadi tema koleksi, terinspirasi dari show Jean Paul Gaultier pada 1997 di mana model mengenakan perahu di atas kepala. Putri duyung, pelaut, dan bajak laut tak pelak tampil ke panggung dengan estetika gotik yang seksi.
Korset yang menjadi kekhasan Gaultier hadir dengan taburan puluhan ribu Mutiara, berbentuk kemudi kapal, atau lipit yang feminin ala princess. Kemahiran De Saint Sernin dalam berkisah lewat karya-karya yang inggil sekali lagi membuktikan dunia mode tetaplah memerlukan adibusana.