UN Women & Kemlu Bikin Chatbot AI Ramah Gender buat Bantu PMI Perempuan di LN

12 Mei 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran SARI di Auditoriun RRI, Jakarat Pusat, Senin (21/4/2025). Foto: Judith Aura/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran SARI di Auditoriun RRI, Jakarat Pusat, Senin (21/4/2025). Foto: Judith Aura/kumparan
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sejatinya diciptakan untuk membantu manusia dalam menjalani kehidupan. Inilah sudut pandang yang mendasari penciptaan fitur chatbot AI, bertajuk SARI, oleh UN Women dan Kementerian Luar Negeri RI.
ADVERTISEMENT
SARI, atau Sahabat Artifisial Migran Indonesia, resmi diluncurkan pada momen Hari Kartini, Senin (21/4). Bot pesan singkat bertenaga AI ini ditujukan untuk membantu para migran, termasuk pekerja migran Indonesia (PMI), dalam menavigasi kehidupan di negeri orang.
Fitur chatbot ini disematkan dalam Safe Travel, aplikasi berisi informasi untuk WNI yang berada di luar negeri. Untuk menggunakannya, PMI dan WNI hanya perlu mengetuk logo SARI dan mengirimkan pesan layaknya sedang chatting di pesan singkat.
Lewat SARI, PMI dan WNI yang sedang berada di luar negeri dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas, sesuai, dan tepat. Keunggulan yang ditawarkan fitur chatbot AI ini adalah sifatnya yang ramah perempuan dan jauh dari bias gender.
ADVERTISEMENT

Chatbot ramah perempuan

Peluncuran SARI di Auditoriun RRI, Jakarat Pusat, Senin (21/4/2025). Foto: Judith Aura/kumparan
Ide SARI dikembangkan dengan melihat realita yang dihadapi PMI perempuan di berbagai negara. Menurut Kepala Program UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati, 60 persen dari total PMI adalah perempuan.
Tak sedikit dari mereka yang mengalami masalah di luar negeri dan membutuhkan bantuan secara cepat. Masalah yang banyak dialami PMI perempuan adalah kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual, TPPO (tindak pidana perdagangan orang), sampai hukuman mati.
“Sebagian besar (PMI perempuan) bekerja sebagai pekerja informal. Mereka tidak punya perlindungan ketenagakerjaan yang cukup, rentan menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Banyak kasus kekerasan yang mereka alami. Stigma, diskriminasi, dan takut penghakiman membuat inin mungkin menjadi fenomena gunung es,” kata Dwi Yuliawati di Gedung RRI, Jakarta Pusat, Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, SARI mampu membantu para PMI perempuan dengan respons yang penuh empati dan tanpa penghakiman.
Contoh yang diberikan adalah ketika PMI perempuan mengetik di chatbot: “Saya diintip majikan, saya harus apa?” SARI akan menunjukkan keprihatinan terlebih dahulu, kemudian menyajikan informasi terkait apa langkah yang bisa diambil.
Jika PMI perempuan tidak ingin melapor ke agensi penyalur, dia bisa melapor ke KBRI di negara penempatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat terdekat.

Integrasi data yang ramah gender

Peluncuran SARI di Auditoriun RRI, Jakarat Pusat, Senin (21/4/2025). Foto: Judith Aura/kumparan
Program Analyst UN Women, Nunik Nurjanah, menjelaskan bahwa saat ini masih banyak program AI yang belum ramah perempuan. Data-data yang digunakan untuk melatih AI sering kali bias gender, terungkap dari beberapa studi.
“Dalam studi, analisis terhadap 133 sistem AI menunjukkan bahwa 44 persen menunjukkan bias gender dan 25 persen bias ras. Teknologi, kalau tidak didekati dengan prinsip keadilan gender, hasilnya akan bias. Dalam pengembangan chatbot AI, perlu mempertimbangkan keberagaman dan kepentingan semua—dalam konteks ini, PMI perempuan,” papar Nunik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan studi pemetaan platform teknologi digital oleh UN Women pada 2019, banyak teknologi digital yang dikembangkan. Namun, teknologi itu tidak banyak berfokus pada PMI perempuan, terutama mereka yang jadi korban.
Layanan AI ini dikembangkan menggunakan pendekatan desain yang berpusat pada manusia dan melibatkan konsultasi langsung dengan komunitas PMI perempuan, penyedia layanan kekerasan, organisasi masyarakat sipil, serta anak muda.
Selain ramah gender, SARI juga mampu memahami berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Banyak PMI yang hanya mampu berbahasa daerah atau bahasa di negara penempatan. Untuk menjembatani kebutuhan itu, SARI akan menjawab pertanyaan dan kebutuhan penanya dengan bahasa yang dipahami.
Program AI bisa berjalan lewat metode mempelajari data. Untuk itu, UN Women dan Kemlu RI mendorong agar chatbot ini sering digunakan oleh PMI dan WNI di luar negeri, agar layanannya semakin efektif.
ADVERTISEMENT