UNFPA & BKKBN Tekankan Pentingnya Data Inklusif di Hari Kependudukan Sedunia

13 Juli 2024 14:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Media Briefing Hari Kependudukan Sedunia (HKD) di Menara Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2024). Foto: Judith Aura/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Media Briefing Hari Kependudukan Sedunia (HKD) di Menara Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2024). Foto: Judith Aura/kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 11 Juli setiap tahunnya, dunia memperingati Hari Kependudukan Sedunia (HKD) atau World Population Day. Dalam perayaannya, HKD memiliki tema berbeda-beda yang diusung. Di 2024, HKD berfokus pada pentingnya pengumpulan data yang inklusif untuk mendorong pembangunan bersama.
ADVERTISEMENT
Mungkin masih banyak yang belum memahami betapa pentingnya pemangku kebijakan dan masyarakat memiliki data inklusif. Sekilas, memang tidak terlihat korelasi antara keduanya. Namun, data penduduk yang menyeluruh ternyata menjadi kunci dari kesejahteraan yang merata.
Dalam Media Briefing Hari Kependudukan Dunia oleh UNFPA (Dana Kependudukan PBB) dan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), Kepala UNFPA Indonesia Hassan Mohtashami menjelaskan bahwa data itu bukan sekadar angka, melainkan tentang kehidupan.
“Dunia ini memiliki 8 miliar penduduk. 8 miliar harapan, 8 miliar kebahagiaan, 8 miliar kesedihan, 8 miliar cerita, potensi, kesempatan. Setiap orang memiliki kisahnya sendiri, bukan hanya angka,” ucap Hassan di Menara Thamrin, Rabu (11/7).
“Data membantu kita mengidentifikasi kekurangan dalam layanan dan mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk komunitas rentan,” imbuhnya. Inilah mengapa, tema HKD tahun ini bertujuan agar semua orang bisa dilibatkan dan tidak ada satu pun yang tertinggal.
ADVERTISEMENT

Pentingnya data inklusif untuk kependudukan

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr Bonivasius Prasetya (kiri) dan Perwakilan UNFPA Indonesia Hassan Mohtashami (tengah) di Media Briefing Hari Kependudukan Sedunia (HKD) di Menara Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2024). Foto: Judith Aura/kumparan
Hassan menegaskan, data harus bisa mencakup semua orang, bukan hanya agregat. Contohnya, dalam khazanah kependudukan Indonesia, data harus bisa mencakup perbedaan antara masyarakat Papua, Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau lainnya. Data inklusif akan bisa menunjukkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki serta antara anak muda dan orang tua.
Dengan data inklusif, kebijakan dan intervensi bisa disusun sespesifik mungkin sesuai dengan kebutuhan populasi tertentu. Contoh yang diberikan oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dr Bonivasius Prasetya Ichtiarto, adalah fenomena terkait kematian ibu (maternal mortality) yang masih tinggi di Indonesia.
Ilustrasi kehamilan dini. Foto: George Rudy/Shutterstock
“Data inklusif yang menyeluruh dan tidak agregat itu penting untuk menjadi dasar dari program pemerintah. Misalnya, perkawinan anak masih tinggi di beberapa daerah, yang berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu. Oleh karena itu, kita perlu data terpilah dan lebih rinci untuk memahami penyebabnya," ucap Bonivasius.
ADVERTISEMENT
Hassan menerangkan, kehamilan dini pada anak merupakan salah satu penyebab maternal mortality yang besar. Ketika anak perempuan hamil, tubuhnya belum siap untuk melewati persalinan.
“Jika kita memiliki informasi soal di mana, bagaimana, dan komposisi dari ibu-ibu muda yang terancam tersebut, kita bisa merespons isu itu secara tepat,” tegas Hassan.