Vaginismus, Gangguan Seksual yang Sebabkan Rasa Sakit saat Bercinta

28 November 2023 9:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vagina. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vagina. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, vagina kamu kerap terasa sakit saat berhubungan seks? Waspada, ya, bisa jadi itu adalah tanda vaginismus.
ADVERTISEMENT
Ya, vaginismus merupakan salah satu masalah seksual yang bisa dialami perempuan. Kondisi ini bisa menurunkan kepercayaan diri dan menimbulkan masalah pada hubungan. Mengutip Very Well Health, vaginismus ditandai dengan kejang berulang pada sepertiga bagian luar vagina setiap kali penetrasi dilakukan.
Gejala tersebut bervariasi tergantung tingkat keparahan kondisinya. Beberapa perempuan masih bisa berhubungan intim namun dengan sensasi menyakitkan, tapi ada juga yang bahkan sampai tidak dapat melakukan penetrasi. Bagi sebagian perempuan, mereka tidak mampu memasukkan apa pun ke dalam vagina.
Namun yang perlu dicatat adalah, vaginismus merupakan masalah fisik dan tidak ada hubungannya dengan gairah seksual. Jadi, saat perempuan dengan vaginismus berhasil melakukan hubungan seks, mereka juga masih bisa mencapai orgasme.
ADVERTISEMENT

Penyebab vaginismus

Menurut dokter spesialis kandungan, dr. Dinda Derdameisya, SpOG, vaginismus bisa terjadi karena dua faktor, yakni adanya masalah fisik dan psikis.
“Penyebab dari vaginismus bisa psikis dan juga fisik. Contoh dari penyebab psikis adalah rasa cemas, rasa takut, ataupun trauma pada masa lalu,” jelas dr. Dinda pada kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
“Sementara penyebab dari fisik, contohnya dari infeksi, menopause, lubrikasi yang kurang, sampai pasca persalinan,” imbuh dr. Dinda.
Meksi begitu, kamu tidak perlu khawatir karena vaginismus biasanya masih bisa diatasi. Penanganan vaginismus harus secara holistik atau menyeluruh dengan mencari penyebab utamanya.
Jika penyebabnya adalah masalah psikis, maka bisa dilakukan psikososial yaitu sesi konsultasi dengan psikolog bersama dengan dokter ginekologi. Apabila penyebabnya adalah masalah fisik bisa dilakukan pemberian lubricant atau dilatasi manual pada vagina tergantung saran dari dokter kandungan.
ADVERTISEMENT