Viral Video TikTok Klaim Tas Brand Mewah Diproduksi di China, Benarkah?

2 Mei 2025 13:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tas KW. Foto: Settawat Udom/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tas KW. Foto: Settawat Udom/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tarif impor yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap berbagai negara menimbulkan isu di banyak sektor, salah satunya fashion mewah. Akibat tarif impor yang ditetapkan kepada China, banyak video TikTok oleh pengguna yang mengeklaim bahwa tas-tas brand mewah sebenarnya diproduksi di China.
ADVERTISEMENT
Dilansir Euronews, berbagai akun TikTok yang mengaku sebagai pabrik fashion China mengunggah video terkait produksi tas mewah. Dalam video tersebut, mereka mengeklaim, tas-tas brand ternama seperti Hermes hingga Louis Vuitton tidak dibuat di negara asal jenama luxury itu, melainkan oleh pabrik di China.
Deretan video TikTok kontroversial itu diduga dipionirkan oleh akun bernama Wang Sen. Video tersebut kabarnya sudah dihapus oleh Wang Sen, tetapi diunggah kembali oleh berbagai akun.
Dalam videonya, Wang Sen menyebut, 80 persen tas mewah yang ada di dunia dibuat di China. Wang Sen juga menunjukkan situasi pabrik yang disebut sebagai lokasi produksi tas-tas mewah tersebut.
“Brand-brand mewah mengambil tas-tas yang sudah hampir selesai produksi kembali ke negara mereka, untuk melakukan pengemasan kembali serta pemasangan logo. Dengan begitu, tas-tas tersebut akan dipamerkan di butik mereka dengan klaim ‘made in Italy’,” klaim Wang Sen, sebagaimana dilansir Euronews.
ADVERTISEMENT
Pelabelan ‘Made in Italy’, ‘Made in France’, atau negara Eropa lainnya menjadi tolok ukur kualitas suatu produk. Item fashion dengan label tersebut acap kali dianggap berkualitas tinggi jika dibandingkan dengan item yang dilabeli ‘Made in China’.
Ilustrasi tas mewah Birkin dari Hermes. Foto: Shutterstock
Namun, apakah klaim oleh para pengguna TikTok tersebut benar adanya? Dikutip dari 9News Australia, penjelasannya cukup kompleks. Sebab, menurut direktur agensi fashion Deepwear, Bily Dimosky, memang beberapa bagian dari item fashion mewah diproduksi di Asia dan negara-negara lainnya. Namun, bukan berarti keseluruhan tasnya diproduksi di sana.
“Meskipun China adalah pemain besar di manufaktur global, klaim bahwa 80 persen barang mewah dibuat di China justru menggampangkan konsep rantai pasok yang sebenarnya jauh lebih kompleks,” ucap Bily.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, sekitar 60–70 persen komponen tas mewah bersumber dan diproduksi di Asia dan negara-negara lainnya. Sementara itu, 30–40 persen produksi final dilakukan di Eropa.
Proses produksi item fashion sangat kompleks. Sumber bahan dari item fashion memang bisa berasal dari Asia atau negara lainnya, tetapi desain, penyusunan, dan penyelesaian barang sering kali tetap dilakukan di Eropa.
Ilustrasi dust bag tas mewah. Foto: Shutterstock
Sementara itu, jurnalis investigasi Noemie Leclercq menyebut, sejumlah brand yang berada di tingkat bawah hierarki luxury memang melakukan produksi di China. Namun, ini sering kali tidak berlaku bagi brand yang berada di level hierarki tinggi.
Noemie mencatat, industri fashion memang cukup misterius. Menurutnya, tidak ada brand yang bisa disebut tak diproduksi di China.
“Tidak ada brand yang, menurut saya, tidak melakukan produksi di China. Mereka memiliki outlet di sana. Dan baru-baru ini, China merupakan pasar yang sangat dinamis. Jadi, tentu saja mereka memiliki pabrik, outlet penjualan, dan fasilitas di sana,” jelas Noemie, dilansir Euronews.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut 9News Australia, sejumlah brand mewah mengeklaim bahwa mereka sama sekali tidak mempekerjakan pabrik di China untuk memproduksi tas-tas mereka. Contohnya adalah Prada dan Louis Vuitton. Mereka mencantumkan jumlah lokasi pabrik mereka, seperti Prada dengan 26 pabrik global, dengan 23 di antaranya berlokasi di Italia.
Ilustrasi tas KW. Foto: Antonio Batinic/Shutterstock
Sementara itu, situs resmi Louis Vuitton melansir bahwa produk-produk mereka dibuat di Prancis, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, dan Swiss. Namun, Louis Vuitton tidak mencantumkan jumlah pabrik mereka secara spesifik.
Lantas, bagaimana dengan klaim yang merebak di TikTok itu? Bily menyebut, produk-produk yang ditampilkan kemungkinan besar adalah barang KW alias palsu.
“Yang terdapat di China adalah pasar KW besar. Pabrik-pabrik di sana mampu memproduksi barang KW berkualitas tinggi. Mereka memiliki keahlian dan kemampuan teknis untuk memproduksi barang mewah. Saya yakin 100 persen tas-tas tersebut adalah barang KW. China mampu menciptakan barang mewah,” tegas Bily.
ADVERTISEMENT