Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Womanpreneur Zhafira Loebis: Anak Pertama Jadi Inspirasi Bisnis Babyloania
24 September 2022 18:30 WIB
·
waktu baca 9 menit![Co-Founder Babyloania, Zhafira Loebis, pada konferensi pers AKSI Perempuan oleh Tjufoo dan Stellar Women di Lippo Thamrin, Kamis (22/09/2022). Foto: Dok. Tjufoo](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gdqhw7s0g72ravybt62z0y7e.jpg)
ADVERTISEMENT
Bagi Ladies yang sudah berkeluarga dan memiliki anak , kamu mungkin mengetahui betapa tingginya harga alat-alat dan perlengkapan bayi, termasuk bayi baru lahir (newborn). Tak jarang, perempuan dan suaminya harus merogoh kantung lebih dalam untuk bisa memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.
ADVERTISEMENT
Melihat maraknya fenomena tersebut, pebisnis perempuan Zhafira Loebis pun tidak tinggal diam. Lewat kemampuannya melihat peluang serta kreativitas dalam berbisnis, Zhafira meluncurkan usaha penyewaan alat dan perlengkapan bayi yang ia beri nama ‘Babyloania.’
Menariknya lagi, selain berfokus pada menyewakan perlengkapan bayi dan toddler lewat Babyloania, Zhafira juga memiliki ketertarikan dalam pemberdayaan perempuan di dunia kewirausahaan. Dari beragam pengalaman yang dia dapatkan sejak mendirikan Babyloania di 2014, Zhafira pun menyadari pentingnya komunitas yang penuh support bagi para pengusaha perempuan alias womenpreneur.
Berbekal kesadaran tersebut, Zhafira ikut mendirikan sebuah platform komunitas bagi para pebisnis perempuan yang bertajuk ‘Stellar Women’. Stellar Women, yang berdiri pada 2019, kini bekerja sama dengan brand aggregator Tjufoo untuk membangun program inkubasi bisnis khusus womenpreneur: Akselerasi Bisnis (AKSI) Perempuan.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi talkshow di konferensi pers program inkubasi bisnis AKSI Perempuan, Kamis (22/9), Zhafira membeberkan perjalanan bisnisnya secara mendetail. Mulai dari inspirasi di balik Babyloania, tantangan yang dihadapi, hingga tips yang baik untuk diterapkan oleh para womenpreneur di luar sana. Untuk itu, yuk, simak kisah menarik soal perjalanan Zhafira Loebis dengan Babyloania dan Stellar Women selengkapnya.
Bisa diceritakan, bagaimana cerita awal mula mendirikan Babyloania dari 2014?
Zhafira Loebis (ZL): Awal mendirikan Babyloania, diawali dengan masalah yang aku hadapi bersama suami. Ketika kami hamil anak pertama, kami melihat, “Wah, barang bayi itu mahal. Lalu, hanya dipakai sebentar.” Kami pikir, enggak efisien jika semua orang tua harus membeli barang-barang ini untuk dipakai 3–6 bulan, lalu [setelahnya] menumpuk di rumah. Dari sisi keramahan lingkungannya juga sangat tidak baik, karena barang menumpuk, lalu menjadi sampah. Dari segi efisiensi, barang menumpuk mau dikemanakan? Mau dijual ke mana? Effort-nya besar sekali.
ADVERTISEMENT
Lalu kita pikir, andaikan barang-barang bayi ini bisa disewa, itu akan sangat membantu kami para orang tua muda. Kalau ada sisa uang, lebih baik untuk pendidikan dan kesehatan anak [dibanding beli semua barang bayi].
Di situlah kami berpikir untuk mendirikan penyewaan barang bayi bernama Babyloania di tahun 2014. Berawal dari menyewakan delapan barang baby kita sendiri.
Jadi dulu, aku dan suami benar-benar mencuci barangnya. Lalu, dia yang menyetir, aku yang jadi kernet. Aku yang jadi customer service, terus dipanggil “Mimin.” Di situ aku bingung, “Mimin siapa, sih?” Sampai customer sendiri yang bilang ke aku, “Mimin itu kamu, kamu admin.” Jadi, itulah yang benar-benar dibilang memulai sesuatu dari nol.
Tantangan apa yang dihadapi dalam menjalankan bisnis Babyloania?
ZL: Kami merasakan banget rasanya sudah mencuci stroller sampai bersih, dimasukkan ke dalam plastik rapi-rapi, lalu dikirim. Pas customer terima, dia komplain … ternyata kurang kering, alhasil berjamur. Jadi, hal-hal seperti itu adalah tantangan di awal.
ADVERTISEMENT
Lalu, aku sudah 24 jam menjadi Mimin, tetapi harus sekaligus memikirkan marketing, harus memikirkan business strategy, all-in-one. Suamiku yang mengurus operations. Akhirnya kami berpikir, kita hire orang dari mana, ya? Bingung sekali. Di situ, aku merasakan pentingnya punya komunitas.
Kemudian, aku mulai hiring dengan mencoba post [lowongan] customer service di Instagram. Ternyata, yang apply kebanyakan perempuan yang merupakan customer kita juga. Bisnis ini sangat berdampak dan bisa membantu para ibu. Ibu-ibu merasa dia sudah terbantu, sehingga mereka juga ingin membantu orang lain dengan bergabung dengan Babyloania. 10 orang pertama yang kita pekerjakan adalah customer kita sendiri.
Di situ kita juga ada women empowerment, karena banyak ibu yang sedang tidak bekerja dan memilih untuk mengurus anak. Mereka tetap ingin berkarya, tetapi mungkin enggak bisa full-time. Sejak delapan tahun lalu, kami sudah memberikan mereka keleluasaan work from anywhere atau bekerja jadi mana saja, dan part-time. Jadi, hal-hal seperti itu yang ingin kita pikirkan: Bagaimana caranya kita terus mendukung perempuan dari berbagai sudut.
ADVERTISEMENT
Bisa dijelaskan, bagaimana progress dan perkembangannya dalam membangun sebuah bisnis dari 2014?
ZL: Sekitar 2018, semakin banyak rental-rental lain yang bermunculan. Orang bilang, “Wah, banyak saingan.” Namun, aku justriu melihatnya, “Wah, ini bagus banget.” Kenapa bagus banget? Kalau hanya aku sendiri yang buka penyewaan, berarti enggak banyak orang yang butuh. Namun, kalau banyak rental lain yang muncul, berarti market-nya berkembang.
Jadi, daripada kita berkompetisi, lebih baik kita berkolaborasi. Dan kolaborasinya ini sampai sekarang masih aktif, setiap bulan sekali kita sharing best practices. Sebelum pandemi pun aku mengundang teman-teman rental lainnya datang ke gudang kita untuk melihat-lihat dan tanya apa pun, seperti bagaimana cara membetulkan dan membersihkan alat dan perlengkapan bayi. Bagi kita, rezeki enggak akan ke mana-mana, dan kita harus majunya bareng-bareng.
ADVERTISEMENT
Dari situlah pertama kalinya aku menyadari pentingnya komunitas. Kami [para pengusaha rental alat dan perlengkapan bayi] sampai bertukar customer, lho. Jadi, saat ada barang di Babyloania yang habis, aku dengan senang hati akan bilang di grup WhatsApp komunitas, “Siapa yang mau ambil?” Karena tujuan kita di sini adalah membantu orang lain. Apakah membantunya lewat Babyloania atau lewat orang lain, yang penting misi kita tercapai.
Lalu, bagaimana caranya Babyloania bisa tetap bertahan dengan banyaknya kompetitor?
ZL: Meskipun banyak kompetitor, aku tidak melihat mereka sebagai kompetitor. Aku percaya, semua orang bisa punya ide yang sama, tetapi eksekusi pasti berbeda. Barang yang disewakan sama, tapi pasti cara penyewaannya berbeda.
Challenge kita adalah dengan memberikan pelayanan terbaik, dan aku melihat itu sebagai tantangan yang menyenangkan. Bagaimana caranya kita tetap memberikan solusi yang terbaik untuk customer kita. Misalnya, aku oper customer ke rental lain, lalu customer itu tidak balik lagi ke kita. Itu justru menjadi bahan referensi buat aku, “Kenapa ya? Apa yang lebih baik di toko sebelah?”
ADVERTISEMENT
Namun, most of the time, kalau ada customer yang kita rujuk ke rental lain, dia [customer] pasti akan balik lagi ke kita. Kenapa? Karena mereka berpikir, Babyloania sudah bersedia untuk membantu sampai segitunya. Jadi, aku percaya bahwa personal touch dan problem-solving untuk customer itu penting banget.
Babyloania sudah berjalan selama delapan tahun. Apa yang bisa membuat Babyloania bertahan hingga sekarang?
Fakta bahwa barang bayi mahal dan dipakai sebentar. Lalu, kita punya misi ingin membantu para orang tua: Bagaimana caranya orang tua bisa memberikan fasilitas terbaik bagi anaknya, melalui cara apa? Caranya, orang tua bisa menyewa perlengkapan bayi.
Dengan staying true to our mission dan selalu mendengarkan kebutuhan customer, kurang lebih kita bisa terus berevolusi. Contohnya, saat sebelum pandemi, stroller bayi sangat laku disewakan. Namun, begitu pandemi, enggak ada yang traveling, sehingga penyewaan stroller menjadi turun. Dari yang disewakan terus hingga ratusan tiap tahunnya, tiba-tiba tidak ada yang menyewa. Apakah itu berarti kita harus diam? Tentu tidak.
ADVERTISEMENT
Kita harus mendengarkan, customer itu butuh apa? Di pasaran, banyak mainan bayi yang besar-besar yang kalau dibeli sendiri itu mahal. Jadi, kita berevolusi, kita fokus menyewakan mainan karena anak seringnya di rumah. I don’t believe staying true di hanya satu titik saja, karena bisa jadi ke depannya berubah. Namun, yang pasti ada satu hal yang selalu kita pertahankan: Bagaimana caranya kita terus membantu customer kita.
Problem-solving itu penting. Contohnya, Babyloania itu membeli barang sendiri untuk kami sewakan. Namun, ternyata customer kita punya banyak barang bayi di rumah yang menumpuk. Akhirnya, sejak 2017, kita ada program baru untuk orang tua seperti ini, yaitu titip sewa. Kita bantu mengambil barang bayi menumpuk di rumah mereka, kita bantu sewakan, lalu tinggal bagi hasil. Ini jadi penghasilan tambahan juga bagi para ibu.
ADVERTISEMENT
Jadi, cara Babyloania bisa bertahan hingga sekarang adalah problem-solving mindset, selalu berevolusi, dan menyesuaikan dengan kebutuhan customer kita.
Anda adalah seorang ibu dan juga pengusaha. Bagaimana menyeimbangkan kehidupan sebagai Mom dan juga Womanpreneur?
ADVERTISEMENT
Aku ingin komentar sedikit. Banyak yang bertanya, “Bagaimana caranya perempuan membagi waktunya sebagai seorang entrepreneur dan ibu?” Tapi, enggak ada yang menanyakan itu pada laki-laki, contohnya “Bapak, bagaimana caranya menjadi direktur yang baik sekaligus menjadi ayah yang baik?”
Itu sudah menunjukkan bahwa ekspektasi terhadap perempuan besar banget. Ada gender bias; perempuan dituntut kalau menjadi CEO, dia harus tangguh, tapi, saat anak sakit di rumah, harus dia yang mengurus.
Kalau menurut aku, aku sangat percaya bahwa hubungan suami istri adalah partnership. Kebetulan suamiku juga co-founder Babyloania. Di situ, kita harus saling terbuka bahwa untuk mendukung perempuan, laki-laki harus berperan dengan aktif di rumah. Ini anak kita berdua, rumah tangga kita berdua. Dan penting juga kita mendukung suami.
ADVERTISEMENT
Jadi, menurutku pertanyaan ini enggak bisa hanya dilihat dari segi perempuannya saja. Kita harus benar-benar kerja sama dengan lingkungan kerja kita dan suami. Kita perlu memulai awareness dan ke depannya.
Anda ikut mendirikan platform komunitas Stellar Women. Bisa diceritakan sedikit soal Stellar Women?
Di tahun 2019–2020, sebelum pandemi, aku bergabung bersama Stellar Women. Aku dan Debora (Debora Simon, Co-Founder Stellar Women) memang sudah lama bekerja sama dan saling memberi support. Contohnya, jika Debora bisnisnya membuat acara, aku yang support playground. Kalau Babyloania bikin acara, Debora pasti menyediakan free sample produk dia. Sesama perempuan harus saling mendukung. Kita percaya kita butuh Stellar Women, kita ingin mengembangkan perempuan-perempuan di Indonesia.
Selama dua tahun komunitas Stellar Women berjalan, ada yang pernah bertanya, “Kalau membernya ada yang business competitor, itu bagaimana?” Yang terjadi selama ini, para anggota kita [yang merupakan kompetitor] justru bikin produk bareng. Entah membuat paket produk baru, atau ada yang mulai sourcing supply bahan baku barengan, sehingga lebih murah dan untung lebih besar. Itulah perlunya mengedukasi pentingnya kolaborasi dan juga jejaring.
ADVERTISEMENT
Lalu, ketika bertemu dengan TJ Tham (CEO dan Co-Founder Tjufoo), TJ mengatakan ingin memberikan support kepada pebisnis perempuan. Enggak cuma dana, tetapi juga marketing, strategi berbisnis. Stellar Women melihat, “Oh, misi kita sama.” Kita ingin membantu lebih banyak lagi pengusaha perempuan untuk lebih berkembang. Itulah kenapa kita ingin menciptakan program inkubasi bisnis AKSI Perempuan ini.
Kita senang banget, akhirnya lewat kolaborasi ini kita melihat akan ada entrepreneur perempuan yang berkesempatan mendapat pendanaan totalnya lebih dari Rp 1 miliar, ada mentorship, dan juga kelas.
Diharapkan, ini bisa menciptakan komunitas yang lebih besar lagi, mendukung ekosistem UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang lebih maju lagi, dan membuktikan bahwa sesama perempuan memang harus saling mendukung.
ADVERTISEMENT