World Hijab Day: 5 Kutipan Inspiratif soal Hijab dari Tokoh Perempuan Muslim

3 Februari 2022 10:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi World Hijab Day. Foto: Amnise/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi World Hijab Day. Foto: Amnise/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pada 1 Februari tiap tahunnya, perempuan Muslim di seluruh dunia merayakan World Hijab Day atau Hari Hijab Sedunia. Ini merupakan peringatan yang dibentuk oleh perempuan berhijab untuk perempuan berhijab di seluruh dunia sejak 2013. Perayaan ini bertujuan meningkatkan solidaritas antar perempuan dan juga meningkatkan toleransi beragama di dunia.
ADVERTISEMENT
Buat yang ingin merayakannya, kamu bisa mempelajari tentang sejarah Hari Hijab Sedunia atau mencari motivasi dari perempuan Muslim lain di dunia. Beberapa di antara mereka, seperti Malala Yousafzai hingga penulis Nawal El Saadawi memiliki kutipan dan pandangan inspiratif soal perempuan dan hijab.
Untuk tahu lebih lengkap tentang pemikiran tokoh perempuan Muslim, kumparanWOMAN telah merangkum kutipan menarik yang bisa jadi inspirasi dan motivasi. Simak selengkapnya berikut ini.

Halima Aden - Mantan Model dan Duta UNICEF

Halima Aden Foto: REUTERS/Brendan McDermid
"The hijab is a symbol we wear on our heads. But I want people to know that it is my choice."
"Hijab adalah simbol yang kita pakai. Tapi saya ingin orang tahu bahwa ini adalah pilihan saya."
ADVERTISEMENT
- Halima Aden saat membahas dirinya ingin jadi panutan bagi perempuan Muslimdalam sebuah wawancara pada 2016.

Malala Yousafzai - Aktivis perempuan dan Messengers of Peace PBB

Malala Yousafzai, aktivis dari Pakistan. Foto: Reuters/Carlo Allegri
"Muslim girls or Pashtun girls or Pakistani girls, when we follow our traditional dress, we’re considered to be oppressed, or voiceless, or living under patriarchy. I want to tell everyone that you can have your own voice within your culture, and you can have equality in your culture."
"Gadis Muslim atau gadis Pashtun atau gadis Pakistan, ketika mengenakan baju tradisional seringkali akan dianggap tertindas, atau tidak punya suara, atau hidup di bawah landasan patriarki. Saya ingin memberi tahu semua orang bahwa mereka bisa memiliki suara dalam budayanya sendiri, dan mereka juga bisa mendapatkan kesetaraan dalam budaya sendiri."
ADVERTISEMENT
- Malala Yousafzai saat membahas soal hijab dalam wawancara bersama Vogue UK pada 2021.

Alissa Wahid - Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia

Alissa Wahid. Foto: Lili Aini
"Ketika banyak tafsir (soal hijab), perempuan punya hak untuk menentukan pilihan. Jangan kemudian dipaksa-paksa. Bagi saya itu yang lebih penting.”
- Alissa Wahid bicara soal kebebasan perempuan memilih model hijab dalam wawancara bersama kumparanWOMAN pada 2021.

Shirin Ebadi - Pengacara dan hakim perempuan pertama di Iran

Shirin Ebadi. Foto: JOEL SAGET / AFP
"I will not be wearing the hijab. My actions have always irritated some people, but that is not important. I want Iranian women to be free to wear or not wear the hijab."
"Saya tidak akan memakai hijab. Aksi saya akan selalu membuat orang-orang kesal, tapi itu tidak penting. Saya ingin perempuan Iran punya kebebasan untuk memakai atau tidak memakai hijab."
ADVERTISEMENT
- Shirin Ebadi saat menegaskan bahwa pemerintah tidak berhak mengatur soal pemakaian hijab di Iran dalam wawancara bersama AFP pada 2003.

Nawal el Saadawi - Penulis dan aktivis perempuan

Nawal El Saadawi Foto: MARWAN NAAMANI/AFP
"Women are pushed to be just bodies – either to be veiled under religion, or to be veiled by makeup. They are taught that they shouldn’t face the world with their real face – they have to hide their face somehow. Both are very significant of the oppression of women, that women are not really encouraged to be real, to be themselves, they are encouraged to hide, to be what society wants, what religion wants, what men want."
"Perempuan hanya dilihat sebagai tubuh, yang harus pakai kerudung karena agama atau harus menutupi wajah dengan makeup. Mereka diajarkan untuk tidak boleh menghadapi dunia sebagaimana mestinya, mereka harus menyembunyikan wajah mereka bagaimanapun caranya. Keduanya merupakan penindasan terhadap perempuan, bahwa perempuan tak boleh menjadi diri mereka sendiri, mereka diharuskan bersembunyi, menjadi apa yang diinginkan masyarakat, apa yang diinginkan agama, apa yang diinginkan laki-laki."
ADVERTISEMENT
- Nawal El Saadawi ketika bicara soal feminisme dan perempuan dalam wawancara bersama Refinery29 pada 2018.