Zara Masuk 3 Besar Perusahaan Fashion Terinovatif, Bayangi Hermès dan LVMH

4 Desember 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria duduk di depan toko busana siap pakai Zara di pusat kota Nantes, Prancis barat, pada 25 Maret 2021. Foto: LOIC VENANCE/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria duduk di depan toko busana siap pakai Zara di pusat kota Nantes, Prancis barat, pada 25 Maret 2021. Foto: LOIC VENANCE/AFP
ADVERTISEMENT
Hermès, LVMH, dan Zara berhasil masuk peringkat tiga besar perusahaan fashion paling inovatif dan futuristik. Penilaian ini berdasarkan hasil riset tahunan Future Readiness Indicator (FRI) 2024 yang diluncurkan oleh IMD Center for Future Readiness.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Zara menduduki peringkat ketiga dinilai mengejutkan sebab perusahaan itu tengah dihujani kritik soal industri fast fashion yang tidak ramah lingkungan. Bahkan, menariknya untuk sampai di posisi ini Zara tercatat berhasil naik lima, ketika rivalnya H&M merosot dari peringkat 13 ke 20.
“Merek-merek kelas atas semakin memperkuat genggaman mereka di peringkat puncak dan merek fast-fashion tengah memperbarui strategi. Sayangnya, Nike mesti tergusur dari peringkat puncak akibat salah kebijakan,” ujar Direktur IMD Center for Future Readiness Howard Yu dalam keterangan tertulis yang diterima kumparanWOMAN, Selasa (3/12).
Hermès Akan Luncurkan Koleksi Kosmetik dan Skin Care. Foto: Shutterstock
Howard menjelaskan Hermès, LVMH, dan Zara berhasil menempati posisi teratas lantaran mampu melakukan relevansi kultural dengan konsumen ketika melakukan ekspansi pasar global. Sebagai contoh, mereka melakukan relevansi budaya dengan mempererat kemitraan lokal, pemanfaatan teknologi, dan media sosial.
ADVERTISEMENT
Ketiga strategi tersebut digunakan bukan hanya untuk promosi, tapi juga untuk menjalin kedekatan budaya dengan konsumen setempat. Strategi ini membuahkan hasil yang lebih baik ketimbang strategi perusahaan mode lain yang lebih mengutamakan pertumbuhan yang cepat.
Selain menggabungkan relevansi budaya dan integrasi digital, Zara punya strategi lain. Keberhasilan perusahaan asal Spanyol ini disokong oleh strategi untuk terus mengikuti preferensi pelanggan, efisiensi kecepatan siklus produksi, dan menjaga keandalan toko offline dan online mereka.
Sementara itu, Nike mesti mengakui ketangguhan ketiga brand teratas dan mesti puas di peringkat empat. Padahal, selama dua tahun sebelumnya, Nike berada di peringkat satu. Kebijakan Nike untuk menggencarkan inovasi penjualan online langsung ke konsumen menjadi batu sandungan.
Hal tersebut ternyata menuai protes dari para mitra ritel yang berujung menimbulkan ketegangan hubungan antara keduanya. Keretakan ini membuat angka pertumbuhan Nike kalah dari pesaing seperti Hoka dan Salomon.
ADVERTISEMENT

Brand fashion harus relevan dengan konsumen dan budaya setempat

Koleksi busana salah satu toko terbesar Zara di Madrid, Spanyol, pada Kamis (7/4/2022). Foto: Juan Medina/REUTERS
Menurut Howard kunci keberhasilan sebuah brand di industri mode pada 2025 terletak pada kemampuan perusahaan menyelaraskan konsumen, budaya dan produk. Kesuksesan di industri fashion bukan lagi hanya tergantung pada keunggulan operasional, disiplin finansial, atau sekadar menjadi “berbeda”.
“Perusahaan peringkat atas seperti Hermès, LVMH, dan Zara menunjukkan mereka melakukan sesuatu yang beda, tapi sambil tetap menjaga relevansi dengan budaya setempat,” ujarnya
Menurut Howard, ada tujuh poin kunci sukses yang dinilai dapat menjaga inovasi dan kesiapan masa depan perusahaan di industri fashion. Pertama, relevansi budaya. Hermès, LVMH, dan Zara berhasil memanfaatkan teknologi agar bisa lebih terkoneksi secara budaya dengan pelanggan.
Kedua, inovasi. LVMH dan Hermès menunjukkan inovasi jangka panjang bisa dilakukan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. Nike juga menjadi contoh implementasi inovasi harus tetap mempertimbangkan hubungan baik dengan mitra ritel tradisional.
ADVERTISEMENT
Ketiga, diversifikasi. Perusahaan-perusahaan fashion yang paling sukses melakukan diversifikasi produk, pasar, saluran distribusi, poin harga, dan segmen konsumen mereka. Keempat AI dan teknologi. AI bisa digunakan mulai dari proses desain, hingga mencoba produk secara virtual dengan augmented reality.
Ilustrasi Belanja Baju. Foto: Abrym/Shutterstock
Kelima, kelestarian (sustainability). Konsumen yang sadar lingkungan makin berkembang, untuk itu industri mode perlu ambil bagian menjaga kelestarian. Keenam, perubahan perilaku konsumen dan pola belanja. Konsumen makin suka berbelanja online dan membeli pakaian multifungsi yang bisa digunakan dengan berbagai model dan untuk berbagai keperluan acara.
Terakhir, evolusi model bisnis. Pemanfaatan data perlu dilakukan agar pengambilan keputusan dan perencanaan strategis lebih sesuai kebutuhan konsumen. Apalagi saat ini konsumen makin senang pengalaman belanja offline dan online yang terintegrasi.
ADVERTISEMENT
Adapun riset FRI ini dilakukan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan eksternal untuk menjaga pertumbuhan usaha lewat inovasi dan adaptasi. Pemeringkatan dalam FRI diukur berdasarkan faktor-faktor seperti fundamental keuangan, penelitian dan pengembangan, inovasi, ekspektasi investor terhadap pertumbuhan masa depan, keragaman bisnis dan karyawan, serta pengelolaan kas dan utang.
Berikut daftar 10 besar perusahaan fashion terinovatif berdasarkan IMD FRI 2024: