Pemanfaatan Bambu & Pelestarian Kearifan Lokal Suku Baduy

Nadiyya Dinar Ambarwati
Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berdarah asli tanah Sunda, Bandung. Tulisan-tulisan ini akan menghidangkan opini-opini yang meresahkan alam pikiran saya.
Konten dari Pengguna
13 April 2024 16:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadiyya Dinar Ambarwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Pribadi : Nadiyya Dinar Ambarwati
zoom-in-whitePerbesar
Foto Pribadi : Nadiyya Dinar Ambarwati
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suku Baduy merupakan salah satu suku di pedalaman Provinsi Banten yang hingga kini masih kental dengan ajaran dan hukum adat dari leluhur nenek moyangnya. Tradisi dan peraturan-peraturan yang dianggap tidak masuk akal untuk orang-orang masa kini pun masih secara utuh diberlakukan. Hal itu dilatarbelakangi oleh pedoman yang mereka sebut dengan pikukuh. Pikukuh diartikan sebagai larangan adat bagi masyarakat Baduy yang berlandaskan kepada kepercayaan atau agama asli dari mereka, yakni Sunda Wiwitan. Implementasi dari pedoman Pikukuh tersebut dapat dilihat dari berbagai ritual dan upacara adat yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Suku Baduy sendiri ada dua macam, yakni Baduy dalam dan Baduy luar. Adapun perbedaannya ialah terletak pada kemurnian dalam mempertahankan nilai-nilai ajaran leluhur yang dimilikinya, seperti masyarakat Baduy Luar yang cenderung sudah mulai terbawa modernisasi kemajuan zaman daripada masyarakat Baduy Dalam yang masih benar-benar patuh terhadap ajaran leluhurnya itu. Namun, masyarakat Baduy Luar juga masih konsisten menjaga tradisi yang diwariskan leluhurnya. Sehingga keunikan ini berhasil menarik perhatian masyarakat luar Banten untuk mengkaji lebih dalam tentang suku Baduy dan menyapa langsung masyarakatnya.
Masyarakat Baduy juga dianggap memiliki etika yang sangat budiman, sebab Masyarakat Baduy sangat terbuka dan tidak melarang wilayahnya dijadikan tempat kunjungan wisata. Hal ini justru membuat mereka senang dan bisa mengembangkan mata pencaharian dari penjualan produk lokal yang mereka miliki, seperti kerajinan kain, aksesoris gelang, buah durian, bahan pengobatan, madu, dan lain-lain. Terlepas dari itu, masyarakat Baduy juga dinilai sangat produktif karena mampu memanfaatkan jenis-jenis Sumber Daya Alam (SDA) di sekitarnya. Karena, kondisi lingkungannya masih dikelilingi oleh pepohonan, seperti banyaknya ditemukan tumbuhan bambu.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkup masyarakat Baduy, bambu banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Sebagai contohnya ialah pemanfaatan bambu yang mereka buat untuk alat makan seperti piring, sendok, dan gelas. Tidak hanya itu, mereka juga memanfaatkan bambu sebagai pondasi rumah yang dibuat menyerupai panggung. Banyak sekali keuntungan yang diraih dari pemanfaatan bambu, karena bambu memiliki nilai dan fungsi yang serbaguna. Bambu memiliki batang yang lurus, kuat, dan tajam, sehingga sangat memudahkan untuk proses pembentukan dan pengolahan.
Hal ini tidak hanya di suku Baduy, hampir di berbagai wilayah Indonesia, bambu memiliki kegunaan sebagai alat kebutuhan manusia. Dengan demikian, pemanfaatan Bambu oleh masyarakat suku Baduy dianggap sebagai salah satu pelestarian alam dan keutuhan dalam menjaga ajaran-ajaran leluhurnya. Mereka diperintah untuk senantiasa memenuhi segala kehidupannya dengan cara memanfaatkan SDA yang ada, dan tetap menjaga keelokan alam dan lingkungan sekitarnya. Dari masyarakat Baduy, kita bisa belajar betapa berharganya menjaga kesetiaan terhadap kepercayaan dan lingkungan alam.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Nicky Nurcahyani. “Kearifan Lokal Masyarakat Baduy Luar Dalam Memanfaatkan Bambu Sebagai Bahan Pembuatan Alat Musik Untuk Mengiringi Tari”. dari Jurnal Sitakara : Pendidikan Seni & Seni Budaya. Vol. 8, No. 1, 2023.
Efa Ida Amaliyah. “Masyarakat Baduy Dalam Pergulatan Tiga Jaringan Makna”. dari Jurnal Sosilogi Reflektif. Vol. 12, No, 2, 2018.