Konten dari Pengguna

Gunakan Sedikit Kejujuran untuk Menutupi Kebohongan

Kundiharto
CEO JVM # Chairman of HIPMI BPC Banyumas # Vice Chairman of KADIN Kab Banyumas # School Committee
5 Desember 2023 9:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kundiharto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Pexels.com/Christina Morillo
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Pexels.com/Christina Morillo
ADVERTISEMENT
Hai, teman-teman! Pernah nggak sih kalian berada di situasi yang bikin alis berkerut, kepala pusing tujuh keliling? Pasti pernah dong. Nah, di sinilah kita akan ngobrol-ngobrol santai tentang seni berkomunikasi. Ada satu trik jitu nih, namanya "Menggunakan Sedikit Kejujuran untuk Menutupi Kebohongan". Denger-denger, ini bukan cuma trik sulap, tapi juga senjata ampuh di dunia komunikasi lho!
ADVERTISEMENT
Bayangin aja, kita lagi asyik ngobrol dengan teman, terus tiba-tiba dia tanya, "Eh, kamu kemarin ngapain aja?" Padahal, kamu seharian cuma leyeh-leyeh di rumah sambil marathon serial favorit. Males kan, kalo harus jujur terus dibilang pemalas? Nah, di sinilah kita butuh 'sedikit kejujuran'. Kita bisa bilang, "Kemarin? Oh, aku sempat baca buku sebentar." Kan, memang sempat baca judul bukunya sebelum lanjut nonton. 😉
Tapi, tunggu dulu! Ini bukan ajakan untuk jadi pembohong kelas kakap, ya. Ini lebih ke arah bagaimana kita berkomunikasi secara strategis. Maksudnya, gimana caranya kita menyampaikan sesuatu yang bisa menghindari masalah yang lebih besar, tapi tetap dalam koridor kejujuran. Kita gak mau kan, karena satu kebohongan, malah bikin situasi jadi lebih ruwet?
ADVERTISEMENT
Jadi, ayo kita mulai petualangan kita di dunia komunikasi strategis ini. Siapa tahu, dengan sedikit kejujuran dan banyak kecerdasan, kita bisa jadi master dalam mengelola situasi. Yuk, kita buktikan bahwa komunikasi itu bukan cuma soal apa yang kita katakan, tapi juga bagaimana cara kita mengatakannya!

Konteks dan Contoh

Setelah kita ngobrol santai tentang 'Menggunakan Sedikit Kejujuran untuk Menutupi Kebohongan', sekarang mari kita masuk ke dunia nyata dengan contoh yang lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Siapa tahu, kita bisa jadi 'ahli taktik' dalam komunikasi!
Coba bayangkan, kita lagi di kantor atau di tempat kerja. Ada satu hari yang ngebuat kita pengen sembunyi di balik meja. Kenapa? Karena tanpa sengaja, kita melakukan kesalahan. Misalnya, lupa ngirim laporan penting atau salah kirim email. Panik dong pastinya!
ADVERTISEMENT
Di sinilah kita harus jadi 'penyihir kata-kata'. Kita gak bisa bilang, "Ups, maaf ya, aku salah ngirim email. Tadinya mau ngirim meme lucu ke teman, eh malah ke bos." Wah, bisa-bisa nanti kita jadi bahan meme di kantor.
Nah, di situasi kayak gini, kita perlu 'memutar balikkan fakta' sedikit. Bukan berarti kita bohong besar-besaran, tapi lebih ke arah menyampaikan situasi dengan cara yang bisa meredam kepanikan. Misalnya, kita bisa bilang, "Maaf, ada sedikit kesalahan teknis dalam pengiriman email tadi. Saya sudah mengirimkan koreksi dan memastikan tidak ada masalah lebih lanjut."
Lihat? Kita gak bilang bohong, tapi kita juga gak bikin situasi jadi tambah panas. Kita cuma 'membungkus' kesalahan kita dengan cara yang lebih bisa diterima.
ADVERTISEMENT
Dengan cara ini, kita bisa mengurangi dampak negatif dari kesalahan kita dan mungkin malah bisa menunjukkan bahwa kita bisa mengatasi masalah dengan kepala dingin. Siapa tahu, bos kita malah terkesan dengan cara kita mengelola situasi daripada fokus pada kesalahannya.
Jadi, intinya, dalam dunia kerja yang sering kali penuh tekanan, 'memutar balikkan fakta' dengan cara yang bijak bisa jadi kunci untuk menghindari masalah yang lebih besar. Kita tetap harus jujur, tapi juga harus pintar dalam menyampaikan kejujuran itu. Gimana, siap untuk jadi 'ahli taktik' di kantor?

Pentingnya Teknik Ini

Setelah kita meluncur ke dunia kerja dengan 'memutar balikkan fakta', sekarang mari kita ngobrol soal kenapa sih teknik ini penting banget. Kita gak selalu harus jujur kayak Pinokio, kan? Kadang, menyampaikan kebenaran mentah-mentah itu bisa malah bikin keadaan jadi 'meledak'.
ADVERTISEMENT
Pikirin deh, pernah nggak kita dihadapkan pada situasi yang kalau kita jujur 100%, malah bisa bikin orang lain sakit hati atau kecewa? Misalnya, teman kita tanya pendapat tentang baju baru yang dia pake, tapi menurut kita, bajunya itu... yah, kurang cocok. Kalau kita jujur bilang, "Wah, itu bajunya kayak gorden rumah nenekku," bisa-bisa dia langsung nggak mau ngobrol lagi sama kita.
Di sini kita butuh sesuatu yang namanya 'kecerdasan komunikatif'. Kita bisa aja bilang, "Wah, warnanya cerah ya, bikin kamu tampak fresh!" Nah, kita nggak bohong, tapi kita juga nggak terlalu 'menusuk' dengan kejujuran kita.
Ini penting lho, karena dengan mengelola cara kita menyampaikan informasi, kita bisa mengendalikan situasi supaya nggak jadi kacau. Bayangin kalau di kantor kita bilang jujur, "Project ini gagal karena tim kita males-malesan." Walaupun itu mungkin benar, tapi ngomong kayak gitu bisa bikin kerjaan jadi tambah runyam.
ADVERTISEMENT
Dalam hati kita mungkin berpikir, "Ok, ini saatnya aku pake 'topeng kebijaksanaan'. Kita ngomong, "Project ini menghadapi tantangan, tapi saya yakin dengan kerja keras tim, kita bisa lewatin ini." Lihat? Kita gak mengabaikan masalah, tapi kita 'membalut' masalah itu dengan kata-kata yang lebih bisa diterima.
Jadi, teknik ini bukan cuma tentang cara kita ngomong, tapi juga tentang bagaimana kita bisa mengubah situasi dari yang tadinya kayak gunung berapi siap meletus, jadi seperti danau yang tenang. Kita jadi kayak 'pengendali situasi', yang bisa ngatur suhu ruangan supaya tetap adem ayem. Gimana, siap jadi 'pengendali situasi' dengan kebijaksanaan komunikasi kita?

Langkah-langkah Penerapan

Sekarang, setelah kita tahu pentingnya 'memutar balikkan fakta' dengan cerdas, yuk kita bahas gimana caranya kita bisa menerapkan teknik jitu ini. Jangan khawatir, nggak serumit bikin kue tart kok!
ADVERTISEMENT
Mengenali Situasi dan Pihak-Pihak yang Terlibat
Pertama dan terpenting, kita harus jadi detektif. Ini bukan soal mencari siapa pelakunya, tapi lebih ke mengerti situasi dan siapa aja yang ada di dalamnya. Misalnya, di kantor ada masalah dengan deadline. Kita perlu tahu siapa aja yang terlibat dan gimana kondisi mereka. Ini penting biar kita nggak asal ngomong dan malah bikin situasi tambah panas.
Menemukan Elemen Kebenaran yang Bisa Menstabilkan Situasi
Setelah kita tahu kondisi lapangannya, langkah selanjutnya adalah mencari 'jurus pamungkas'. Ini bukan soal mencari kambing hitam, tapi lebih ke cari aspek positif atau solusi yang bisa menenangkan suasana. Kayak, "Walaupun kita telat, tapi kualitas kerja kita tetap oke, kan?" Ini cara kita nyari sisi terang di tengah badai.
ADVERTISEMENT
Menyampaikan Informasi Secara Bijak untuk Menghindari Kepanikan
Nah, ini nih klimaksnya. Kita harus jadi pembawa kabar baik, tapi dengan cara yang nggak bikin orang lain tambah panik. Ini kayak main game tebak-tebakan, tapi yang dipertaruhkan adalah ketenangan tim. Kita bisa mulai dengan, "Guys, aku tahu kita lagi di posisi yang sulit. Tapi, aku yakin kita bisa atasi ini. Kita udah buktiin kemampuan kita kok."
Jadi, intinya, menerapkan teknik ini bukan cuma soal ngomong manis, tapi lebih ke cara kita menyelami situasi, mencari sisi positifnya, dan menyampaikannya dengan cara yang bikin semua orang tenang

Dampak Positif

Setelah kita sudah ngomongin gimana cara menerapkan teknik 'memutar balikkan fakta' dengan bijak, sekarang mari kita ngobrol soal manfaat yang bisa kita petik dari teknik ini. Kayak menanam bunga, pasti ada buahnya yang bisa dinikmati!
ADVERTISEMENT
Efek Menenangkan pada Pihak-Pihak yang Terlibat
Pertama, efek paling nyata adalah bisa menenangkan suasana. Bayangin, kantor lagi heboh karena ada masalah besar. Tapi, dengan komunikasi yang tepat, kita bisa ubah suasana itu dari kayak konser rock jadi seperti ruang yoga yang adem ayem.
Misalnya, ada proyek yang kena delay. Daripada kita bilang, "Waduh, kita telat nih, bos pasti marah besar," mending kita sampaikan, "Tenang, kita udah progres banyak kok. Tinggal sedikit lagi, dan saya yakin kita bisa selesai tepat waktu." Dengan begini, rekan kerja kita jadi lebih tenang dan fokus lagi ke pekerjaan.
Membangun Kepercayaan dan Reputasi sebagai Komunikator yang Handal
Selanjutnya, manfaatnya ke kita pribadi. Dengan seringnya kita menangani situasi dengan bijak, orang-orang di sekitar kita mulai percaya dan menghargai cara kita berkomunikasi. Kita jadi kayak 'kakak kelas' yang selalu punya solusi dan kata-kata yang menyejukkan.
ADVERTISEMENT
Kalau kita bisa jadi orang yang bisa diandalkan di saat krisis, reputasi kita di mata teman-teman dan atasan pasti melejit. Mereka bakal mikir, "Wah, kalau ada masalah, tanya aja sama [nama kita]. Pasti ada jalan keluarnya."
Dengan cara berkomunikasi yang bijak, kita nggak cuma menyelesaikan masalah, tapi juga membangun citra positif di lingkungan kita. Kita jadi lebih dari sekadar rekan kerja; kita jadi pilar penting yang menyatukan dan memperkuat tim. Jadi, siap nggak nih jadi 'pembawa kedamaian' di lingkungan kerja? Pastinya seru dan bermanfaat banget lho!

Penggunaan Taktik dengan Tanggung Jawab

Sekarang, kita udah ngobrol banyak tentang manfaat 'memutar balikkan fakta', tapi ada satu hal lagi yang penting banget: menggunakan teknik ini dengan tanggung jawab. Ingat, kita ini 'penyihir kata-kata', bukan 'penyihir gelap', ya!
ADVERTISEMENT
Peringatan tentang Penggunaan Taktik Ini Secara Bertanggung Jawab
Pertama, kita harus ingat bahwa teknik ini ibarat pisau bermata dua. Bisa bermanfaat, tapi juga bisa berbahaya. Jadi, kita harus bijak dalam menggunakannya. Kita nggak boleh asal 'memutar balikkan fakta' sampai akhirnya malah bikin situasi jadi lebih buruk atau menipu orang lain.
Misalnya, di kantor ada masalah serius. Kita nggak boleh cuma tutup-tutupi dengan kata-kata manis, tapi harus cari solusi yang nyata. Jangan sampai nanti, rekan kerja kita mikir, "Eh, ini kok jadi kayak sinetron, ya? Drama mulu."
Bedakan antara Mengelabui dengan Kebohongan Besar dan Menyampaikan Kebenaran dengan Cara yang Lebih Dapat Diterima
Yang kedua, penting banget buat membedakan antara 'mengelabui' dan 'menyampaikan kebenaran dengan cara yang lebih bisa diterima'. Kita harus jujur, tapi dalam batas yang nggak bikin orang lain terluka atau kecewa berat.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau misalnya ada teman yang performanya kurang oke, kita nggak boleh bilang, "Eh, kamu ini kerjanya bagus kok," padahal nggak. Tapi, kita bisa bilang, "Aku lihat kamu punya potensi besar. Coba deh kita cari cara supaya performamu bisa lebih meningkat."
Jadi, intinya, kita harus jadi 'penyihir kata-kata' yang bijak dan bertanggung jawab. Kita bukan cuma 'pembawa kedamaian', tapi juga 'pembawa kejujuran' dalam cara yang nggak menyakitkan. Gimana, siap jadi komunikator yang tidak hanya pintar, tapi juga penuh tanggung jawab? Ayo, kita tunjukkan bahwa kita bisa!

Kesimpulan

Yuk, kita rangkum obrolan seru kita tentang 'memutar balikkan fakta' dengan gaya yang lebih akrab. Kita udah jalan-jalan di taman komunikasi, ngobrolin dari A sampai Z. Sekarang, saatnya kita intip apa sih pelajaran yang bisa kita bawa pulang.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Latihan Menjadi Komunikator yang Cerdas
Pertama, kita semua setuju kan, jadi komunikator yang cerdas itu penting banget? Iya dong! Kita nggak cuma belajar cara ngomong yang enak didengar, tapi juga cara memahami situasi dan orang-orang di sekitar kita. Ini ibaratnya kayak belajar main musik, semakin sering kita latihan, semakin jago kita mainkan melodi yang pas di telinga orang lain.
Di kepala kita mungkin berkumandang, "Aku bisa jadi komunikator yang cerdas. Aku cuma perlu latihan dan terus belajar."
Ajakan untuk Mengasah Kemampuan Komunikasi Strategis
Nah, sekarang kita tahu kan, komunikasi itu kayak seni. Ada kalanya kita perlu pelan-pelan, ada kalanya kita perlu cepat. Maka dari itu, ayo kita asah terus kemampuan komunikasi strategis kita. Bukan cuma buat di kantor atau saat ada masalah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kita bisa mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, belajar cara menyampaikan pendapat tanpa bikin orang lain tersinggung. Atau, belajar mendengarkan lebih banyak daripada bicara. Kayak kata pepatah, 'diam itu emas', tapi kalo kita bisa komunikasi dengan bijak, itu lebih dari emas, itu berlian!

Penutup

Dan akhirnya, kita sampai di ujung jalan. Semoga perjalanan kita kali ini nggak cuma seru, tapi juga penuh pelajaran berharga. Ingat, setiap tantangan yang kita hadapi, baik di tempat kerja atau dalam kehidupan pribadi, adalah kesempatan buat kita buktikan bahwa kita bisa menghadapinya dengan cara yang cerdas dan bertanggung jawab.
Jadi, mari kita hadapi tantangan itu dengan senyum. Kita nggak cuma jadi 'penyihir kata-kata', tapi juga jadi pahlawan dalam kisah kita sendiri. Selalu ada ruang buat kita tumbuh dan berkembang. Yuk, kita jadikan setiap hari sebagai peluang buat jadi versi terbaik dari diri kita!
ADVERTISEMENT
Sampai jumpa di petualangan selanjutnya, ya. Tetap semangat dan terus belajar! 💪🌟