Konten dari Pengguna

Kontribusi Pertanian dalam Perekonomian

Kuntoro Boga
Pemerhati Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
9 Januari 2019 13:13 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kuntoro Boga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kontribusi Pertanian dalam Perekonomian
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Program dan kebijakan pembangunan pertanian yang dijalankan pemerintah saat ini mampu mendongkrak dan berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Produk Domestik Bruto (PDB) pada sektor pertanian memang terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
Selama periode 2013-2017, akumulasi tambahan nilai PDB Sektor pertanian yang mampu dihasilkan mencapai Rp 1.375 Triliun atau naik 47 persen. Bahkan tercatat pada tahun 2018, nilai PDB meningkat tajam mencapai Rp 395,7 triliun dibandingkan Triwulan III tahun lalu yang hanya Rp 375,8 triliun (BPS).
Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. Pada tahun 2014, Sektor Pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) berkontribusi sekitar 13,14 persen terhadap ekonomi nasional dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13,53 persen.
Jika diperhitungkan dengan industri agro dan penyediaan makanan dan minuman yang berbasis bahan baku pertanian, kontribusinya bisa mencapai 25,84 persen. Dan ini berdampak pada perekonomian skala nasional.
ADVERTISEMENT
Sektor pertanian, menjadi semakin penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut turut tergambarkan dari inflasi bahan pangan terkendali, jumlah penduduk miskin di pedesaan semakin menurun dan kesejahteraan petani semakin membaik.
Inflasi kelompok bahan makanan terus menurun, dari 10,57 persen pada tahun 2014, masing-masing menjadi 4,93 persen pada tahun 2015 dan 5,69 persen pada tahun 2016. Bahkan tahun 2017 turun menjadi 1,26 persen,
Inflasi kelompok bahan makanan terus menurun. Artinya bisa dikatakan dalam sejarah Indonesia baru kali ini inflasi bahan makanan atau pangan lebih rendah dari inflasi umum yang hanya 3,6 persen.
Keberhasilan pembangunan pertanian juga tercermin dari kesejahteraan petani. Kesejahteraan itu bisa dilihat secara langsung melalui indikator Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan menurunnya jumlah penduduk miskin di pedesaan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014 nilai NTUP (Pertanian Sempit tanpa Perikanan) hanya sebesar 106,05; dan pada tahun 2015 dan 2016 berturut-turut meningkat menjadi 107,44 dan 109,83. Nilai NTUP pada tahun 2017 dan 2018 sampai bulan Desember juga membaik menjadi 110,03 dan 111,56.
Jumlah penduduk miskin di pedesaan juga terus menurun, pada Maret 2015 masih sekitar 14,21 persen (17,94 juta jiwa) dan pada bulan yang sama tahun 2016 dan 2017 turun menjadi 14,11 persen (17,67 juta jiwa) dan 13,93 persen (17,09 juta jiwa). Demikian juga pada Maret 2018, kembali turun menjadi 13,47 persen (15,81 juta jiwa).
Membaiknya kesejahteraan petani juga bisa dilihat dari menurunnya indek Gini Rasio di perdesaan. Ini merupakan cermin dari pemerataan pendapatan di pedesaan yang terus membaik. Pada tahun 2015, indek Gini Rasio di perdesaan sebesar 0,334 dan pada tahun 2016 dan 2017 turun masing-masing menjadi 0,327 dan 0,320. Atau dengan kata lain ketimpangan pendapatan antar rumah tangga di pedesaan semakin rendah. Yang perlu dicatat adalah kerberhasilan telah berdampak pada pemerataan pendapatan di pedesaan. Kondisi mereka jauh lebih baik dibanding warga perkotaan.
ADVERTISEMENT
Program Terobosan Pemerintah di Sektor Pertanian
Mentan berikan alat-alat pertanian. (Foto: K Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mentan berikan alat-alat pertanian. (Foto: K Wahyu Nugroho/kumparan)
Dalam upaya mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan, Kementan telah membuat program terobosan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA). Terobosan ini dinilai tepat sebagai solusi permanen untuk mengentaskan masyarakat petani dari kemiskinan dan pemerataan.
Sebab sebagian besar penduduk miskin di pedesaan adalah petani di mana lebih dari 70 persen pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian. Tahun ini kita sudah terapkan program ini di 10 provinsi dengan sasaran 200.000 Rumah Tangga Petani Miskin (RTM).
Di sisi lain, peningkatan produksi juga terus dilakukan melalui program upaya khusus (UPSUS) untuk padi, jagung, kedelai, dan hortikultura. Selain itu ada juga program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) pada peternakan serta bantuan bibit pada perkebunan.
ADVERTISEMENT
Program khusus ini mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian secara signifikan sehingga menyebabkan PDB sektor pertanian tumbuh positif secara konsisten.
Meningkatnya produksi juga sangat memuaskan karena mampu menyediakan ketersediaan pangan sehingga dengan sendirinya menekan inflasi secara signifikan. Belum lagi adanya program asuransi pertanian dan program pengembangan pertanian modern melalui penggunaan alsitan secara masif.
Kedua program ini mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan keluarga petani karena menghemat biaya karena sebagian besar tenaga kerja sudah diganti oleh penggunaan alsintan yang jauh lebih efisien.