Konten dari Pengguna

Menyulap Kelapa Menjadi Emas Hijau: Mempelajari Best Practise Industri Kelapa

Kuntoro Boga Andri
Kuntoro Boga, Kepala Pusat BRMP Perkebunan (sejak 25 Maret 2025), Kapus BSIP Perkebunan (Juli 2024). Sebelumnya Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan (Maret 2018). PhD Agr Economic and Policy (2007), Peneliti Utama (2017), KEMENTAN.
15 April 2025 12:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kuntoro Boga Andri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
VUB Kelapa Genjah Kuning Nias yang memiliki potensi tinggi jumlah buah dan nira (Foto: Dokpri)
zoom-in-whitePerbesar
VUB Kelapa Genjah Kuning Nias yang memiliki potensi tinggi jumlah buah dan nira (Foto: Dokpri)
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki luas perkebunan kelapa sekitar 3,8 juta hektare dengan produksi mencapai 2,89 juta ton pada 2024. Namun, potensi besar ini belum dimaksimalkan, dimana sebagian besar ekspor masih berupa produk primer seperti kopra dan kelapa bulat, dengan nilai tambah minimal. Sementara itu, negara tetangga seperti Filipina dan Thailand berhasil mengembangkan industri hilir kelapa yang bernilai tinggi.​
ADVERTISEMENT
Sebagai perbandingan, Filipina, produsen kelapa terbesar kedua dunia, telah membangun ekosistem industri hilir melalui Philippine Coconut Authority (PCA). Negara ini menjadi pengekspor minyak kelapa terbesar kedua di dunia, dengan ekspor mencapai $1,12 miliar pada 2024. Produk seperti virgin coconut oil (VCO) digunakan dalam industri kosmetik dan farmasi premium, diekspor ke lebih dari 50 negara.​
Keberhasilan ini didukung oleh kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan koperasi petani. Model ini memastikan petani mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan menjual kelapa mentah.​
Diversifikasi Produk dan Pemasaran Kreatif
Saat ini negara Thailand fokus pada pengembangan produk pangan berbasis kelapa, seperti yogurt kelapa dan santan beku. Perusahaan seperti Thai Coconut dan Aroy-D berhasil menembus pasar internasional dengan inovasi produk dan kemasan menarik. Ekspor produk kelapa olahan Thailand meningkat rata-rata 25% per tahun, menembus pasar premium di Eropa dan Amerika Serikat. ​
ADVERTISEMENT
Thailand juga membangun klaster industri di wilayah penghasil kelapa, mengintegrasikan kebun kelapa dengan pabrik pengolahan, sehingga efisiensi logistik meningkat dan kesegaran bahan baku terjaga.​
Perkebunan kelapa memiliki potensi ekologis yang signifikan. Satu pohon kelapa dewasa mampu menyerap 50–80 kg CO₂ per tahun. Dengan 185 juta pohon kelapa di Indonesia, potensi penyerapan karbon mencapai 9–15 juta ton CO₂ per tahun, setara dengan emisi 2 juta mobil. Praktik agroforestri dapat meningkatkan potensi ini.​
Industri hilir juga mendukung ekonomi sirkular; ampas kelapa dapat diolah menjadi briket arang, sabut menjadi serat tekstil, dan air kelapa menjadi nata de coco.​
VUB Kelapa Bido, unggulan pengembangan kelapa dalam kedepan (Foto: Dokpri)
Tantangan di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan serius dalam produktivitas perkebunan kelapa dan koordinasi kebijakan. Sekitar 378.000 hektare pohon kelapa kita berusia tua perlu diremajakan. Produktivitas kebun hanya 1,1 ton per hektare, jauh lebih rendah dibandingkan Filipina (1,8 ton) dan India (2,2 ton). Selain itu, kebijakan terkait kelapa tersebar di beberapa kementerian tanpa koordinasi yang kuat.​
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia perlu melakukan pemetaan dan peremajaan 200.000 hektare kebun kelapa tua dengan varietas unggul baru seperti kelapa Bido untuk kopra dan turunannya atau Genjah Salak untuk minuman atau produksi nira.​
Sangat urgen untuk mendukung BRMP Palma (dulu Balitpalma) menjadi pusat uggulan komoditas kelapa. Selain itu sangat dibutuhkan dukungan bagi lembaga ini bekerja secara optimal di sentra produksi seperti Sulawesi Utara, Jawa Timur maupun Riau melalui kerjasama dengan stakeholder utama Kementerian Pertanian, lembaga penelitian dan universitas untuk mengembangkan produk turunan bernilai tinggi.​
Kedepan, sangat urgent untuk membangun kawasan terpadu yang menggabungkan kebun kelapa, pabrik pengolahan, dan pembangkit listrik biomassa kelapa.​
Industri kita perlu mempromosikan produk kelapa Indonesia sebagai "Sustainable Coconut from Paradise" dengan sertifikasi hijau, serta menjalin kesepakatan dagang ramah lingkungan dengan Uni Eropa.​
ADVERTISEMENT
Tentunya, hilirisasi kelapa bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang keadilan sosial dan ekologis. Setiap pabrik pengolahan dapat menciptakan lapangan kerja dan setiap hektare kebun yang diremajakan berkontribusi pada penurunan emisi. Dengan kemauan politik yang kuat, Indonesia dapat mengubah kelapa dari komoditas tradisional menjadi primadona hijau yang mendunia.​