Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mindfulness: Berdamai dengan Standar Hubungan yang Tidak Realistis
14 Desember 2023 7:12 WIB
Tulisan dari Kuny Aufa Niswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri bahwa media sosial menjadi bagian dari rutinitas dan banyak menuntun kita di kehidupan sehari-hari terutama dalam hal informasi, misalnya menentukan apa yang akan kita makan hari ini, cafe yang sedang ramai dikunjungi, tempat destinasi liburan, hingga hal-hal besar seperti standar terhadap pasangan dan standar pencapaian lainnya. Media sosial menjadi patokan kita dalam segala hal, termasuk menjadi patokan dalam keinginan yang kita punya. Ketika kita melihat unggahan seorang influencer di beranda TikTok yang menceritakan bagaimana ia senang ketika pasangannya memberikan bunga dan hadiah, kita ikut menginginkan pasangan kita melakukan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini dijelaskan melalui teori mimetic desire oleh Rene Girard. Mimetic desire menjelaskan bahwa keinginan (desire object) yang kita miliki merupakan hasil tiruan dari keinginan orang lain (mediator). Singkatnya, kita menginginkan suatu hal karena orang lain juga menginginkannya.
Mimetic desire yang bersumber dari unggahan media sosial orang lain seringkali menjadikan kita membuat standar yang tidak realistis dalam hubungan. Penetapan standar pasangan yang dilebih-lebihkan berujung pada kurangnya penerimaan terhadap pasangan, utamanya karena perasaan bahwa pasangan kita tidak sesuai dengan standar yang kita (atau media sosial) buat. Ketika menyadari bahwa pasangan kita tidak sempurna, timbul afek negatif seperti kecewa dan iri terhadap hubungan orang lain, hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan terhadap hubungan yang sedang dijalin dengan pasangan dan bahkan keinginan untuk mengakhiri hubungan dan mencari pasangan baru (Kappen et al., 2018).
ADVERTISEMENT
Mindfulness dalam penerimaan pasangan
Penerapan mindfulness dapat membantu untuk meningkatkan penerimaan kita terhadap pasangan, yaitu kemampuan dan kesediaan untuk menerima imperfections atau ketidaksempurnaan pasangan, dimana penerimaan terhadap pasangan berperan dalam kepuasan hubungan.
Melalui mindfulness, kita memberikan atensi penuh pada momen yang terjadi pada saat ini disertai dengan penerimaan (acceptance) terhadap pengalaman yang terjadi (Yusainy et al., 2019). Mindfulness mengajak untuk tidak merespon secara reaktif terhadap pengalaman yang terjadi. Lewat mindfulness, kita dapat melatih cara dalam menghadapi dan menerima ketidaksempurnaan pasangan dari standar tidak realistis yang dibuat untuk menjaga hubungan.
Bagaimana cara menerima ketidaksempurnaan pasangan lewat mindfulness?
Alidina (2010) menyebutkan langkah-langkah untuk menjadi lebih aware dalam menghadapi tantangan atau dalam hal ini adalah ketidaksempurnaan pasangan:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
ADVERTISEMENT