Konten dari Pengguna

Tunda ke Dokter Gigi? Hati-hati, Ini Risiko Besarnya!

Kurnia Nur Ramadhani
Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Jember
2 Mei 2025 16:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kurnia Nur Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian besar masyarakat, mendengar kata "dokter gigi" saja sudah cukup membuat jantung berdegup kencang. Ketakutan ini tidak muncul begitu saja entah karena biaya yang dianggap mahal ataupun karena faktor lain. Mungkin banyak yang memiliki pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan, seperti prosedur pencabutan gigi yang terasa menyakitkan, alat-alat yang tampak menyeramkan, hingga cerita-cerita horor dari orang sekitar tentang betapa "ngilunya" ke dokter gigi. Apalagi kalau sudah mendengar bisingnya alat-alat yang digunakan oleh dokter gigi, yang ada membuat statement masyarakat untuk semakin takut memeriksakan giginya. Akibatnya, banyak orang yang memilih menunda, bahkan menghindari kunjungan ke dokter gigi.
ADVERTISEMENT
Namun di balik rasa takut itu, ada kenyataan yang perlu dipahami bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui pemeriksaan rutin ke dokter gigi sangatlah penting. Bahkan, semakin dihindari, masalah gigi kecil bisa berkembang menjadi penyakit serius yang jauh lebih menyakitkan dan mahal untuk diobati. Dalam dunia medis, kesehatan mulut disebut-sebut sebagai pintu gerbang kesehatan tubuh secara keseluruhan. Infeksi ringan di mulut yang tidak ditangani dapat menyebar ke bagian tubuh lain, menyebabkan komplikasi yang lebih parah.
Baru-baru ini terdapat kasus yang sedang viral di platform yang paling banyak masyarakat ikuti yaitu Tiktok mengenai unggahan cerita seorang wanita dengan akun @amandaprawiria. Dia mengungkapkan bahwa suaminya meninggal dikarenakan gigi berlubang. Diketahui bahwa suami dari Amanda Prawiria tersebut mengalami infeksi gigi yang sudah berkembang menjadi abses yang telah menyebar ke organ lain karena terlambat ditangani. Perlu diketahui bahwa sekecil apapun masalah gigi seperti gigi berlubang saja harus segera dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius.
ADVERTISEMENT
Contoh lain yang sering muncul di masyarakat adalah statement seperti "Saya takut ke dokter gigi karena alat yang digunakan bising sekali dan terasa begitu ngilu di gigi". Perlu diketahui bahwa sekarang prosedur kedokteran gigi modern telah menggunakan teknologi canggih, anestesi lokal yang efektif, bahkan dalam beberapa kasus menggunakan laser untuk mengurangi rasa sakit. Klinik-klinik gigi juga makin memperhatikan kenyamanan pasien, dengan desain ruang praktik yang lebih bersahabat dengan pelayanan yang ramah.
sumber : freepik.com
Ketakutan terhadap dokter gigi kadang membuat masyarakat mencari alternatif yang dianggap lebih "ramah" dan "murah", yakni tukang gigi. Tukang gigi seringkali dipandang sebagai solusi cepat dengan biaya rendah. Tidak sedikit yang merasa nyaman karena prosedurnya dianggap lebih santai dan tidak menakutkan. Sayangnya, solusi instan ini seringkali menimbulkan masalah baru. Misalnya, pemasangan gigi palsu, perawatan ortodonti atau orang sering menyebutnya behel, serta veneer yang sering digunakan masyarakat tanpa prosedur dan standar yang telah ditetapkan dapat menyebabkan kasus bertambah lebih parah bahkan memperburuk kondisi mulut. Sering pula ditemukan produk-produk dengan claim untuk keestetikan gigi seperti pemutih gigi dan pasta gigi penghilang karang gigi yang bisa diaplikasikan sendiri. Padahal seharusnya perawatan tersebut dilakukan dengan bahan dan dosis standar yang harus diawasi oleh dokter gigi yang seyogianya menjadi keahliannya. Perlu diketahui juga bahwa karang gigi tidak dapat dibersihkan menggunakan pasta gigi melainkan harus dilakukan proses scaling.
ADVERTISEMENT
Tukang gigi tidak memiliki pendidikan kedokteran formal. Banyak dari mereka bekerja hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun tanpa memahami anatomi mulut, patologi mulut, faktor etiologi, prosedur medis standar, serta risiko infeksi. Ada juga pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa setelah ke dokter gigi keadaan gigi malah semakin bertambah parah padahal sebenarnya hal tersebut sebagai bentuk perawatan yang semestinya yang mungkin sebelumnya telah dilakukan di tukang gigi. Alih-alih menjadi lebih baik tapi malah semakin memperburuk kondisi. Hal ini sangat berbahaya karena membutuhkan keahlian medis.
Jadi, kenapa harus ke dokter gigi? Pertama, dokter gigi menjalani pendidikan formal bertahun-tahun, yang mencakup preklinik dan klinik. Kedua, semua tindakan yang dilakukan dokter gigi sesuai protokol dan standar medis. Ketiga, dokter gigi menggunakan peralatan modern dan juga steril untuk mencegah penularan penyakit. Keempat, tentunya terdapat peraturan hukum yang melindungi praktik dokter gigi dalam melayani masyarakat. Yang mana hal tersebut tidak dimiliki oleh para tukang gigi.
ADVERTISEMENT
Rajin ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali memiliki banyak sekali manfaat seperti menjaga kesehatan mulut dan tubuh secara umum, meningkatkan kepercayaan diri, dan menghemat biaya perawatan di masa depan. Selain itu, pemeriksaan rutin juga bisa mendeteksi masalah-masalah kecil yang bisa segera ditangani sebelum berkembang menjadi penyakit serius.
Dokumentasi pribadi : pemeriksaan dan perawatan gigi
Kalau tidak pernah ke dokter gigi, banyak masalah yang bisa terjadi, seperti karies gigi (gigi berlubang) yang menyebabkan nyeri hebat, penyakit gusi (periodontitis) yang bisa membuat gigi goyah dan tanggal, infeksi abses yang berpotensi menyebar ke organ tubuh lain, bau mulut kronis yang mempengaruhi kehidupan sosial, hingga peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke akibat infeksi mulut yang tidak ditangani.
Data dari WHO menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan yang terjadi di hampir dari setengah populasi dunia, termasuk Indonesia. Dimana data menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI, 2023), masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sebesar 56,9% dengan prevalensi karies gigi tahun 2023 mencapai 82,8%. Angka tersebut menunjukkan bahwa diperlukan kesadaran dan upaya yang lebih lagi dari masyarakat untuk memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
ADVERTISEMENT
Takut ke dokter gigi adalah hal yang wajar, tetapi membiarkan ketakutan itu menguasai diri justru bisa merugikan bagi kesehatan sendiri. Lebih baik deteksi dini dibanding terlambat dalam melakukan perawatan yang mana dapat berimbas ke biaya yang lebih besar. Ketimbang mempercayakan kesehatan mulut kepada tukang gigi yang tidak terlatih, lebih baik mempercayakan diri kepada dokter gigi yang profesional, aman, dan kompeten.
Jadikan kunjungan ke dokter gigi sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Demi kesehatan, kenyamanan, dan senyum terbaikmu. Jangan tunggu sakit baru datang, karena pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan!
sumber : freepik.com