Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Serba Salah Menjadi Seorang Petani
18 Juni 2022 13:26 WIB
Tulisan dari kurniawan santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rahasia umum jika Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian pada bidang pertanian. Akan tetapi beberapa waktu belakangan ini sektor pertanian Indonesia mengalami beberapa masalah mulai dari kebutuhan sarana pertanian yang harganya terus naik, pupuk subsidi dibatasi, peledakan hama dan penyakit, sampai pada masalah pasca panen yaitu harga produk pertanian anjlok tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi sebagai anak seorang petani ikut merasakan bagaimana pedihnya perasaan petani yang hampir menyerah dengan keadaan seperti sekarang ini. Tetapi dengan sisa-sisa tenaga dan biaya, para petani di Desa kami tidak pernah berhenti menanam dan merawat padi atau jagung di lahannya. Tidak peduli kedepannya akan untung atau rugi yang paling penting tanaman tumbuh dengan baik dan bisa terjual.
Masalah yang paling pelik dihadapi petani adalah masalah pupuk bersubsidi yang jatahnya sudah dikurangi beberapa musim tanam belakangan ini. Hal tersebut membuat petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya terus naik bahkan sampai 100 %. Pada akhirnya petani akan dihadapkan dengan masalah baru yaitu harga produk pertanian yang sangat murah.
ADVERTISEMENT
Para petani pastinya berharap kepada pemerintah agar semua masalah bisa terselesaikan secepat mungkin. Mereka juga berpikir akan dibawa kemana pertanian Indonesia jika keadaan terus-menerus seperti ini. Cepat atau lambat para petani pasti akan muak dengan keadaan seperti ini. Akibatnya regenerasi petani tidak akan tercipta dengan baik karena para generasi muda akan lebih memilih menjadi pegawai atau kerja di kantoran setelah mengetahui bahwa jika menjadi petani tidak menguntungkan bagi mereka.
Jika para generasi muda tidak ingin terjun ke dalam sektor pertanian dan menjadi petani maka regenerasi tidak akan tercipta dengan baik. Sehingga akan muncul pertanyaan, mau dibawa kemana pertanian Indonesia?. Sektor pertaanian yang awalnya merupakan mata pencaharian utama penduduk Indonesia lambat laun akan terdegradasi oleh sektor-sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan oleh generasi muda seperti sektor IT dan pertambangan. Mungkin ada sedikit harapan pada Sarjana Pertanian yang setiap tahun lulus dari berbagai Universitas di Indonesia. Harapan untuk membawa pertanian Indonesia semakin maju dan memberikan bukti bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling prospektif untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Akhir kata dari kami, semoga pemerintah dan petani bisa saling bahu membahu untuk mengatasi permasalahan yang sedang dialami. Dan kami mengajak para generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian dan menjadi petani demi keberlanjutan pertanian Indonesia yang lebih baik.
SALAM. BUMI DIPIJAK, TANI DIJUNJUNG