Horor Menjelang Mudik

Konten dari Pengguna
16 Maret 2018 23:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kusbandono Sugiarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku membuka mataku. Sekeliling terlihat gelap. Aku bingung. Dimana aku? Seingatku kemarin aku pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja. Pintu sudah kukunci dan motorku sudah kumasukkan. Apa sekarang rumah sedang mati lampu?
ADVERTISEMENT
*KLANG*
Sekejap, semua menjadi terang dan jelas. Aku memakai pakaian rapi, seperti mau pergi ke suatu tempat. Lambat laun, sekelilingku mulai menampakkan diri sampai semuanya jelas bagiku - aku tiba-tiba sudah berada di Stasiun Gambir.
Ada KFC, McDonalds, Starbucks Coffee, beserta kumpulan minimarket lainnya. Aku lupa bagaimana caranya aku sampai disini, tapi ya bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Akupun berusaha mengingat-ingat tujuan aku berada di sini, dan aku berhasil mengingatnya: Aku disini untuk membeli tiket mudik untuk keluargaku.
Setelah menyadari tujuanku, aku pun mencari loket pemesanan dan loket tersebut terlihat sangat penuh. Ada sekitar hampir seratus orang mengantri namun loket yang terbuka hanya tiga. Jujur, hal tersebut membuatku frustrasi dan agak sedikit marah. Namun apa boleh buat, hanya bisa beli seperti ini kan? Aku mulai mengantri dan mencoba memberikan penjelasan rasional kepada diriku sendiri - Mengapa harus seperti ini? Ujarku dalam hati.
ADVERTISEMENT
Detik, menit, bahkan jam pun telah berlalu begitu saja. Antrianku seakan tidak bergerak. Sepenglihatanku baru 3 orang berhasil membeli tiket mereka - untuk total 12 orang. Kecemasan pun mulai menghampiriku. Bagaimana kalau aku gagal? Pulang naik mobil lagi tahun ini? Aku tidak ingin menyetir seharian! Pikiran-pikiran tersebut menyertaiku sampai akhirnya aku melihat tinggal ada tiga orang mengantri di depanku. Akhirnya!
Orang pertama mencoba memesan tiket untuk tujuh orang sekaligus dan buru-buru merogoh kantongnya untuk mengeluarkan uang untuk membayar. Beberapa lembar uang seratus ribu dan lima puluh ribu diberikannya di loket. Namun apa daya, maksimal tiket yang dapat dibeli oleh satu orang adalah 4 tiket. Walaupun penjelasan petugas valid, orang ini tidak mau mengalah dan terus memaksa untuk membeli tujuh tiket dalam satu transaksi. Dengan sangat disayangkan, pihak keamanan terpaksa mengamankan orang tersebut dan membawanya ke bagian pelayanan pelanggan untuk diberikan bantuan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Aku cukup lega karena aku kira hal tersebut akan berlangsung seharian penuh (walaupun aku sudah mengantri selama seharian penuh), dan aku hanya bersabar menunggu orang berikutnya. Orang kedua ini ternyata mengantri bersama saudaranya yaitu orang ketiga - dimana dari tadi sebenarnya aku adalah antrian ketiga, bukan keempat. Aku cukup sebal, namun aku mencoba mengacuhkannya.
Orang ini membeli empat tiket kereta api, sehingga pelayanan berjalan cukup lancar. Namun ketika tiba saat untuk membayar, orang ini mengeluarkan kartu debit bank yang tidak dilayani oleh ATM yang dimiliki loket tersebut. Setelah berargumen dengan saudaranya, mereka memutuskan untuk mengutus satu orang untuk mengambil uang tunai di ATM terdekat - yang juga memiliki antrian cukup panjang. Kesabaranku benar-benar diuji dalam membeli tiket ini. Waktuku habis untuk menunggu dan melihat secara langsung tingkah laku pemesan tiket kereta yang sangat beragam dan kacau. Aku berusaha menahan kesabaranku dengan susah payah agar tidak meledak di tempat. Sampai saat ini, aku masih berhasil.
ADVERTISEMENT
Beberapa saat kemudian, orang tersebut datang dengan uang tunai dan berhasil melunasi tiketnya. Akhirnya tiba giliranku untuk membeli tiket! Aku memberikan detil identitas kepada petugas di dalam loket, memilih tiketku dan aku bersiap membayar. Aku memiliki uang tunai dan kartu debit yang memadai untuk transaksi, sehingga aku cukup percaya diri aku akan berhasil membeli tiket ini.
Namun.. yang terjadi adalah..
“Mas, tiketnya habis”.
Aku kaget dan terkejut. Aku sudah mengantri cukup lama, melihat banyak pembeli lain yang berhasil membeli tiket mereka, dan dari semua orang aku yang kehabisan tiket? Aku marah sekali pada saat itu.
“APA APAAN INI?! SAYA SUDAH ANTRI 4 JAM LEBIH LHO MBAK!”
ADVERTISEMENT
Aku berteriak sekencang-kencangnya..lalu aku terbangun.
Aku melihat sekeliling, aku berada di kamarku, di kasurku, masih memakai baju setelan kantor dan tangan kananku memegang HP dengan erat. Ternyata, aku tertidur setelah usai membeli tiket kereta api untuk mudik tahun ini dengan aplikasi tiket.com.
Di tahun 2018 ini tiket.com sudah membuka pemesanan tiket kereta untuk mudik loh! Cek http://www.tiket.com/promo/promo-kereta-mudik untuk info lebih lanjut. Tidak perlu repot, tidak pakai antri, habis beli tiket bisa langsung tidur! #TiketKemanapun