Konten dari Pengguna

All Eyes on Rafah dan Absurdnya Hukum Internasional

Dzakwan Fadhil Putra Kusuma
Mahasiswa Hukum Tatanegara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19 Juni 2024 7:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dzakwan Fadhil Putra Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para pengunjuk rasa mengangkat poster bertuliskan "Tuntutan kami" (kiri) dan "Semua mata tertuju pada Rafah" ketika mahasiswa menduduki gedung Institut Studi Politik (alias Sciences Po) untuk mendukung Palestina, di Paris pada 26 April 2024. Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjuk rasa mengangkat poster bertuliskan "Tuntutan kami" (kiri) dan "Semua mata tertuju pada Rafah" ketika mahasiswa menduduki gedung Institut Studi Politik (alias Sciences Po) untuk mendukung Palestina, di Paris pada 26 April 2024. Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa bulan terakhir ini dunia diiris hatinya melihat kejamnya tentara Israel kepada warga Palestina. Pembantaian yang bahkan tidak memandang bulu, pemboman yang membabi buta yang terus menerus menghantui warga Palestina, sehingga mencuatnya diksi "All Eyes On Rafah"
ADVERTISEMENT
Tanah Rafah, Selatan jalur Gaza, adalah kota terakhir di jalur Gaza, baru baru ini tentara Israel meluncurkan dua serangan mematikan ke rafah tepatnya pada hari minggu, 26 Mei 2024 dan Selasa, 28 Mei 2024, serangan yang memakan korban hingga 71 orang termasuk Wanita dan anak-anak serta 249 lainnya luka-luka, tetapi bukan sampai di situ saja, pada faktanya perhari ini tragedi genosida yang terjadi di Palestina masih terus berlanjut.
Peristiwa yang mengiris hati dunia tersebut menjadi ramai di perbincangkan di Indonesia bahkan dunia, hingga muncullah seruan All Eyes On Rafah, seruan ini telah dibagikan hingga mencapai 40 juta pengguna di sosial media, peristiwa ini digunakan oleh mereka yang berdiri dan menaruh perhatian pada kondisi warga Gaza.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan besar adalah di mana PBB sekarang? Program SDGs (Suistainable Development Goals) yang dilayangkan PBB apakah terkandung unsur pengecualian kepada warga Palestina?
Pada program SDGs Poin nomor 16 yang berisikan tentang “Perdamaian, Keadilan dan kelembagaan yang Tangguh”, apakah poin tersebut tidak mencakup Negeri Palestina, perdamaian yang kemudian tercantum dalam poin tersebut tidak terlihat eksistensinya.
Apa yang sedang terjadi di Gaza hari ini adalah tontonan absurd yang menjadi bukti lemahnya Hukum Internasional hari ini “International Criminal Court (ICC)”, yaitu pengadilan perdana yang berdiri secara independen, ICC sempat mengambil sebuah Tindakan yaitu dengan memasukkan dua nama pemimpin Israel dan 3 orang pemimpin Hamas dalam daftar penangkapan, dan meminta Israel untuk menghentikan serangan ke Rafah.
ADVERTISEMENT
Namun perintah tersebut tidak sama sekali digubris oleh pihak Israel, bahkan sebaliknya, pihak ICC mendapatkan intimidasi dari pihak Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara pendukung Pihak Israel, dan ICC diancam akan mendapatkan hukuman balik atas keputusan tersebut, ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa masih begitu lemahnya Hukum Internasional.
Dan Rafah adalah benteng terakhir warga Gaza, Rafah yang awalnya dijadikan sebagai tempat pengungsian dan digadang-gadang menjadi zona humanitarian atau zona aman dari serangan Israel tetapi pada akhirnya Rafah tetap menjadi sasaran serangan kejam oleh tentara Israel, tank-tank yang terus menerus meluncurkan yang membabi buta pada tenda-tenda para pengungsi.
Noura Erakat, seorang aktivis Palestina di New Jersey, Amerika Serikat, Kamis (6/6/2024), mengatakan, tindakan warganet memviralkan kampanye ”All Eyes on Rafah” adalah reaksi terhadap kegagalan dunia internasional dalam menindak dan menghentikan serangan Israel. ”Saya yakin tidak ada yang mengkoordinasi warganet. Ini limpahan dari kemarahan, frustrasi bersama-sama secara serempak atas ketidakmampuan lembaga-lembaga internasional untuk menekan Israel,” kata Erakat, yang juga guru besar studi Afrika di Universitas Rutgers, New Jersey, AS.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, ungkapan ”All Eyes on Rafah” atau ”Semua Mata Tertuju ke Rafah” sudah pernah digunakan dengan sasaran menentang serangan militer Israel dan memaksa mereka bertanggung jawab atas serbuan yang dilakukan. ”Kita semua memantau terus-menerus dan penuh kepedulian mengawasi (militer Israel) agar kekejaman mereka tidak lolos begitu saja,” kata Erakat.
Tentunya Rafah terus menjadi fokus perhatian global, masa depan kemanusiaan di Gaza bergantung pada akses yang lebih luas dan terbuka. Keputusan dan tindakan yang diambil oleh pihak terkait tidak hanya memengaruhi ribuan jiwa yang terjebak di dalamnya tetapi juga memainkan peran penting dalam membangun jembatan untuk perdamaian dan keadilan di kawasan yang dilanda konflik. Kita semua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap langkah menuju pembukaan Rafah didasarkan pada keadilan, kemanusiaan, dan kebutuhan akan kebebasan dan keamanan bagi seluruh penduduk Gaza.
ADVERTISEMENT