Konten dari Pengguna

Cyberbullying, Bullying dalam Media Sosial

Nawangsari Indah Kusuma Putri
Mahasiswa Psikologi UNS 2020
11 Desember 2021 11:24 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nawangsari Indah Kusuma Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto diambil dari Unsplash: https://unsplash.com/s/photos/cyberbullying
zoom-in-whitePerbesar
Foto diambil dari Unsplash: https://unsplash.com/s/photos/cyberbullying
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, media sosial semakin diramaikan dengan kasus-kasus cyberbullying. Ketika mendengar kata cyberbullying, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu? Apakah kamu langsung terbayang banjir komentar negatif di akun media seseorang? Apakah kamu mungkin terbayang sebuah tindakan pencemaran nama baik? Kedua hal tersebut merupakan contoh bentuk-bentuk cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sering mendengar istilah ini. Namun, sebenarnya cyberbullying itu apa sih?
Dalam cyberbullying, tindakan negatif tersebut dilakukan dengan mengirimkan pesan atau gambar yang ditujukan untuk melukai, menyakiti, atau membuat malu orang lain.
Untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai cyberbullying, simak cerita berikut yuk!
ADVERTISEMENT
Berdasarkan cerita di atas, kita dapat melihat beberapa kriteria dalam cyberbullying, antara lain adanya niat (intention), pengulangan (repetition), ketidakseimbangan kekuatan (imbalance of power), anonimitas (anonymity), dan publisitas (publicity).
Dari cerita Y, kita juga dapat menangkap bahwa cyberbullying merupakan hal yang tidak menyenangkan dan sangat mengganggu korban. Bahkan korban dapat menjadi kesulitan dalam menjalankan perannya sehari-hari.
Namun, kenapa ya masih ada seseorang yang memilih untuk menjadi pelaku cyberbullying?
Kontrol Diri yang Rendah
Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan diri atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik. Seseorang yang kurang bisa mengontrol dirinya dapat melampiaskan emosinya secara negatif saat mendapat tekanan. Hal ini dapat berimplikasi pada perilaku cyberbullying kepada orang yang tidak bersalah.
ADVERTISEMENT
Nah, kira-kira kamu sudah memiliki kontrol diri yang baik belum nih?
Faktor Keluarga
Apakah kamu pernah menjumpai komentar-komentar negatif di media sosial yang ternyata pelakunya adalah anak-anak? Wah, kenapa ya hal tersebut dapat terjadi?
Cyberbullying yang dilakukan pada anak-anak hingga remaja dapat dipengaruhi oleh kondisi dalam keluarga. Salah satunya adalah pola asuh orang tua.
Terdapat beberapa anak yang mendapat pola asuh yang kurang efektif dari orang tua, seperti kurang mendapat kasih sayang, tidak mendapat banyak kebebasan, kurang terjalinnya komunikasi yang baik, atau mendapat perlindungan yang berlebihan. Nah, kondisi-kondisi tersebut dapat mendorong anak melakukan cyberbullying untuk mencari perhatian atau memenuhi kebutuhan yang tidak mereka dapatkan.
Selain itu, kurangnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan internet anak juga berpengaruh pada perilaku berinternet yang salah dan berimplikasi pada tindakan cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Merasa Terisolasi atau Kesepian
Pelaku cyberbullying juga ditemukan merupakan orang yang merasa terisolasi atau kesepian di dalam masyarakat. Mereka merasa diabaikan oleh orang lain sehingga mereka menyerang sebagai cara untuk merasa lebih baik atau melampiaskan amarah mereka.
Identitas yang Tersembunyi
Kita mungkin sering menjumpai kasus-kasus penyebaran ujaran kebencian di media sosial yang dilakukan oleh akun-akun anonim, seperti yang ada pada kasus Y. Kamu tahu tidak, kalau ternyata identitas yang tersamarkan dalam akun anonim tersebut membuat seseorang menjadi kurang merasa bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Selain itu, cyberbullying juga banyak dilakukan oleh sekelompok orang. Alasannya karena mereka mengalami deindividuasi, yaitu kondisi di mana seseorang merasa menyatu dalam kelompok.
Dari berbagai faktor di atas, ada yang perlu kamu pahami nih, bahwa faktor-faktor penyebab seseorang melakukan cyberbullying dapat berbeda satu sama lain. Selain itu, masih ada faktor-faktor lain di luar sana yang bisa meningkatkan risiko seseorang melakukan cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Namun, terlepas dari apa pun alasannya, cyberbullying tentu bukan hal yang menguntungkan. Sebaliknya, cyberbullying membawa dampak psikologis, emosional, dan fisiologis bagi korban, mulai dari yang ringan hingga yang serius.
Dari cerita Y, kita dapat melihat bahwa gangguan-gangguan yang menimpa Y membuatnya merasa terganggu, tidak berdaya, dan sering menangis. Y juga mulai kehilangan fokus dalam menjalankan kesehariannya. Apabila Y terus-menerus mengalami hal ini, tidak menutup kemungkinan bahwa dampak yang dirasakannya dapat berkembang lebih serius.
Pengalaman seseorang sebagai korban cyberbullying dapat terus mereka simpan di memori dan menghantui kehidupan mereka, bahkan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam kasus yang lebih ekstrem, tidak jarang kita menemukan kasus bunuh diri pada korban-korban cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Waduh, ngeri banget ya! Ternyata hinaan dan komentar negatif yang dengan gampangnya orang-orang berikan di media sosial bisa melukai seseorang begitu dalam.
Jadi bagaimana menurutmu, apakah cyberbullying masih pantas dianggap hal yang remeh?
Korban cyberbullying dapat memiliki harga diri yang rendah, frustasi hingga risiko depresi. Foto diambil dari Unsplash: https://unsplash.com/s/photos/cyberbullying
Eits, tenang, buat kamu yang merasa bahwa cyberbullying ini perlu dicegah, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan.
Bagaimana ya caranya?
Pertama, kamu harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial, termasuk menerapkan etika dalam bermedia sosial. Kemudian, berhati-hatilah dalam menanggapi berita atau isu yang tersebar dalam media sosial mengenai seseorang. Ingat, kamu tidak perlu terburu-buru memberi penilaian terhadap orang tersebut. Apalagi jika penilaian tersebut hanya hasil dari ikut-ikutan saja. Kamu juga bisa nih membatasi penggunaan media sosial, terutama apabila telah terasa berlebihan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, apabila kamu menjadi salah satu korban bullying, jangan takut untuk melapor dan meminta pertolongan. Sebaliknya, apabila kamu menemukan korban-korban cyberbullying, jangan biarkan mereka terjebak dalam pikiran negatif dan rasa bersalah atas diri mereka sendiri. Tunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak sendirian.
Jadi, mulai sekarang, berpikirlah dua kali sebelum memberikan sebuah komentar kepada seseorang di media sosial. Ingat ya, bedakan antara komentar negatif yang mengarah pada cyberbullying dengan kritik yang membangun.
Jaga jarimu supaya tidak menyakiti perasaan orang lain. Yuk, bersama-sama kita lawan cyberbullying!
Daftar Pustaka
Cuncic, A. (2021, January 03). The Psychology of Cyberbullying. Retrieved from Very Well Mind: https://www.verywellmind.com/the-psychology-of-cyberbullying-5086615
Dewi, H. A. (2020). Faktor faktor yang memengaruhi cyberbullying pada remaja: A Systematic Review. Journal of Nursing Care (JNC), 128-139.
ADVERTISEMENT
Malihah, Z. & Alfisari. (2018). PERILAKU CYBERBULLYING PADA
REMAJA DAN KAITANNYA DENGAN KONTROL DIRI DAN
KOMUNIKASI ORANG TUA. Jur. Ilm. Kel. & Kons., Vol. 11, No. 2.
DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.145
Yanti, N. (2018). FENOMENA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM. Jurnal Pustaka Ilmiah, Volume 4, Nomor 1.