Konten dari Pengguna

Oleh-Oleh Rohani Kunjungan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia

Novia Puspasari
reader tarot di Rayyanna dan treder saham
28 September 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Puspasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Oleh-oleh Rohani dapat berupa benda rohani, pesan spiritual, maupun bentuk lainnya, yang bisa membantu umat beriman untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.                                    (Sumber: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Oleh-oleh Rohani dapat berupa benda rohani, pesan spiritual, maupun bentuk lainnya, yang bisa membantu umat beriman untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Kedatangan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia benar-benar membawa keceriaan tersendiri di negara ini. Salah satu penyebabnya adalah dua geng yang sedang bertikai memperdebatkan apakah burung Garuda sedang sakit atau baik-baik saja, tiba-tiba saja berdamai! Selain itu, tiga organisasi keagamaan terbesar di negara ini yang seringkali berbeda pendapat kini sepakat akan satu hal: Adzan berupa teks di televisi itu sah! (disclaimer: selama sedang berlangsung siaran acara dengan tamu kenegaraan yang melewati jadwal Sholat).
ADVERTISEMENT
Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Bapa Paus ketika datang pun berhasil membuat banyak rakyat negeri ini terpana. Mungkin akhir-akhir ini kesederhanaan merupakan sesuatu yang langka di tengah hujanan hedonisme, materialisme dan pamerisme (a.k.a. flexing). Selain itu pesan perdamaian yang dibawa oleh beliau juga terasa nyata, terlihat dari banyak sekali berita-berita yang menceritakan mengenai toleransi beragama ataupun momen kunjungan Bapa Paus yang begitu menentramkan jiwa. Saking tentramnya, saya sampai menemukan tiga oleh-oleh rohani Bapa Paus yang semoga bisa menjadi bahan refleksi kita semua.
Oleh-Oleh ke-1: Sederhana Pangkal Kaya!
Kesederhanaan mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada materi. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Vatikan adalah negara yang kaya dengan penduduk yang mayoritas berkaul kesederhanaan. Mayoritas penduduknya adalah biarawan atau biarawati yang dituntut hidup selibat dalam kesederhanaan. Tapi bukan itu yang mau saya bahas, melainkan gaya Bapa Paus yang konsisten hidup sederhana sejak beliau masih menjadi seorang Pastur hingga saat ini menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia.
ADVERTISEMENT
Beliau datang menggunakan pesawat komersil, bukan pesawat jet pribadi atau pesawat kenegaraan yang biasa digunakan para pejabat atau selebriti dalam dan luar pulau. Beliau juga tidak menggunakan mobil Porsche atau Lamborghini, melainkan Toyota Innova Zenix yang biasa digunakan khalayak ramai. Selain itu, beliau memilih untuk menginap di wisma Kedutaan Vatikan dibandingkan menginap di hotel bertabur bintang bahkan meteor.
Melihat hal ini, saya menyadari satu hal: harga sebuah kenyamanan relatif mahal dan bisa menjadi super mahal jika dicampur dengan bumbu gengsi level 10++. Tidur di hotel berkelas dengan fasilitas luxury jelas lebih mahal dibandingkan tidur di wisma, padahal keduanya mempunyai fungsi yang sama: tempat beristirahat. Pergi dengan private jet dengan extra space dan pelayanan prima jelas lebih bergengsi dibandingkan naik pesawat komersial walaupun keduanya sama-sama alat transportasi udara dengan kecepatan yang serupa.
ADVERTISEMENT
Semakin besar kenyamanan yang diperoleh maka semakin besar juga kantong yang tergerus, kisanak! Gaya hidup sederhana yang lebih mengutamakan fungsi dan kebutuhan, bukan berdasarkan gengsi atau keinginan impulsif, dapat merealisasi pepatah: “sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit.” Perlahan tapi pasti saldo di rekening bank akan terus meningkat sampai menjadi bukit barisan Rupiah dari penghematan yang konsisten.
Oleh-Oleh ke-2: Tugas Penting Orang Tua - Jaga Kesehatan!
Rutin berolahraga bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Menjadi orang tua bukan hal yang mudah. Banyak hal yang harus dikerjakan, dari mengurus anak-anak, memastikan semua kebutuhan mereka terpenuhi, baik secara fisik maupun spiritual, plus terpenuhinya kebutuhan rumah tangga lainnya. Hal ini yang sering membuat para orang tua melupakan kesehatan mental dan fisik mereka. Sebagai pengasuh sekaligus pendamping tumbuh kembang anak, keberadaan orang tua yang sehat secara fisik dan mental sangat krusial. Tidak peduli sudah seberapa banyak umurnya, anak-anak pada umumnya menginginkan orang tua dapat terus mendampingi mereka selama mungkin, khususnya sebagai tempat diskusi dan tumpuan kestabilan emosi di kala menghadapi tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
Bapa Paus memperlihatkan bahwa menurunnya kemampuan fisik karena usia tua tidak menjadikan penurunan kemampuan berpikir. Justru cara berpikir beliau semakin rasional dan penuh empati terhadap sesama. Bahkan beliau pun masih sanggup untuk memikirkan berbagai permasalahan global. Beliau menjadi contoh bahwa usia lanjut tidak menjadi kendala untuk bisa terus produktif dan mendampingi umat dalam waktu yang lama, bahkan bisa lebih bijak dalam bersikap setelah melalui asam garam kehidupan.
Oleh-Oleh ke-3: Travelling adalah Hak Segala Usia
Setiap orang, tanpa memandang usia, dapat travelling ke manapun dan di manapun. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Di jaman lawas, saya sering mendengar quotes, “travelling selagi muda atau menyesal ketika tua!”. Hal ini menjadi paradoks ketika melihat Bapa Paus di usia 86 tahun masih bisa traveling jarak jauh dari Vatikan ke Indonesia hingga 32 ribuan kilometer, walau tentunya memiliki cara travelling yang berbeda dibandingkan dengan para travellers usia 20 tahunan.
ADVERTISEMENT
Bisa travelling di usia muda merupakan sebuah privilege. Banyak orang yang menjadikan traveling sebatas impian karena sibuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin menumpuk. Jika belum mampu jalan-jalan menjelajah keindahan nusantara atau membuka cakrawala di negeri lain sewaktu muda, jangan berkecil hati. Ketika keadaan finansial relatif sudah terpenuhi, seperti memiliki kecukupan dana darurat, tabungan hari tua dan tabungan jalan-jalan, itulah saatnya menjelajah dunia. Tidak peduli sudah berapa banyak usia kita, jika semua itu sudah terpenuhi, kita bisa traveling dengan riang dan tanpa khawatir jatuh miskin sepulang travelling.
Demikian tiga oleh-oleh rohani dari kunjungan Bapa Paus ke Indonesia yang sangat berkesan bagi saya. Sesuatu yang kecil yang kadang sering terlupakan. Semoga bisa menjadi bahan refleksi kehidupan kita yang penuh dinamika. Tak lupa juga saya ingin mengucapkan selamat meneruskan perjalanan Apostolik, Bapa Paus, terima kasih atas teladan kehidupan yang telah diberikan selama berkunjung di Bumi Indonesia tercinta. Viva Il Papa!
ADVERTISEMENT