Konten dari Pengguna

Interest dan Lost Interest : Apa yang Terjadi di Otak Kita?

Kyla Rihada Sri Putri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
7 Desember 2024 21:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kyla Rihada Sri Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Otak. Photo by cottonbro studio from Pexels: https://www.pexels.com/photo/mri-images-of-the-brain-5723883/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Otak. Photo by cottonbro studio from Pexels: https://www.pexels.com/photo/mri-images-of-the-brain-5723883/
ADVERTISEMENT
Secara Bahasa, interest memiliki arti minat sedangkan lost interest secara harfiah dapat diartikan sebagai kehilangan minat dan rasa antusias terhadap sesuatu atau bahkan seseorang. Dalam kasus ini, dapat diartikan dalam konteks hubungan intrapersonal maupun aktivitas lainnya.
ADVERTISEMENT
Lost interest ternyata tidak semata-mata terjadi karena rasa bosan. Namun, ada proses dalam otak kita yang berjalan secara kompleks untuk membentuk situasi ini. Hal apa saja yang melatarbelakangi timbul dan hilangnya minat serta bagaimana proses yang terjadi di dalam otak kita saat situasi ini terjadi? Yuk Simak penjelasannya!
Bagaimana Kita Bisa Tertarik dengan Sesuatu?
1. Proses pada Amigdala
Amigdala merupakan salah satu bagian kecil dari otak yang mengatur mengenai rasa takut dan emosi lain yang terkait dengan rangsangan yang tidak menyenangkan. Selain itu, diketahui bahwa amigdala juga terlibat dalam emosi positif yang ditimbulkan oleh rangsangan yang menggugah selera (memberi penghargaan) (Daniel, 2024).
Ketika kita mendapat suatu stimulus, amigdala akan menerima informasi dan mengidentifikasi apakah rangsangan tersebut menimbulkan respon emosional seperti ketertarikan, kecemasan, atau ketakutan. Jika stimulus tersebut berupa hal atau sesuatu yang menyenangkan, amigdala akan mengaktifkan perasaan positif yang memicu pengaktifan reward system.
ADVERTISEMENT
2. Reward System
Reward system pada otak adalah suatu mekanisme otak yang aktif setiap kali kita mengalami sesuatu yang memberikan kebahagiaan atau kepuasan, seperti makan makanan yang enak, jatuh cinta, menerima pujian, ataupun melakukan kegiatan menarik lainnya.
Pengaktifan reward system dimulai dengan terstimulasinya Ventral tegmental area (VTA). Ventral tegmental area (VTA) merupakan bagian otak tengah yang berfungsi untuk mengatur emosi, motivasi, penghargaan, dan perilaku kecanduan (Andi, 2018). Saat VTA terstimulasi, ia memproduksi dan merilis dopamine
Setelah dopamin dirilis, ia bergerak menuju Nucleus Accumbens (NAc) yaitu bagian dari otak yang terletak di dalam sistem limbik dan berperan penting dalam reward system otak. Di dalam NAc, dopamin terikat dengan neuron (sel saraf) dan mengubah aktivitasnya. Peristiwa inilah yang mendasari munculnya perasaan senang dan tertarik.
ADVERTISEMENT
Lalu Bagaimana Kita Bisa Kehilangan Rasa Ketertarikan Tersebut?
1. Pengurangan Aktivitas Dopamin
Paparan berulang terhadap rangsangan yang memberikan kenikmatan (seperti makanan atau obat-obatan) dapat menyebabkan desensitisasi sistem dopaminergik, yang berperan penting dalam reward system. Desensitisasi ini mengurangi respons otak terhadap rangsangan yang sebelumnya memberikan kenikmatan (Volkow, 2004). Hal ini berkaitan dengan pengurangan aktivitas dopamin.
Ketika otak tidak lagi merespons rangsangan dengan dopamin yang sama seperti sebelumnya, rasa senang maupun kenikmatan saat melakukan hal tersebut akan berkurang. Hal ini mengakibatkan perasaan minat dan motivasi menurun.
2. Perubahan Afek dan Emosi
Stres kronis dapat memengaruhi otak, terutama dengan meningkatkan produksi kortisol, yang pada gilirannya dapat memengaruhi berbagai fungsi otak seperti pengolahan emosi dan reward system. Kortisol yang tinggi dapat menurunkan sensitivitas reward system otak, yang menyebabkan hilangnya minat terhadap aktivitas yang sebelumnya menyenangkan (Cropley, 2023).
ADVERTISEMENT
Lantas Bagaimana Cara Mengelola Minat Kita?
1. Variasi dalam Aktivitas
Mengingat paparan berulang terhadap rangsangan yang sama dapat menyebabkan desensitisasi sistem dopaminergik, penting untuk memperkenalkan variasi dalam aktivitas yang dilakukan. Cobalah hal baru yang menyenangkan dan merangsang otak, seperti belajar keterampilan baru atau menjalani pengalaman baru, untuk menjaga otak tetap terstimulasi.
2. Mengelola Stres
Stres kronis dapat meningkatkan kadar kortisol yang menghambat reward system otak. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti melakukan meditasi, berolahraga, atau melakukan aktivitas yang dapat menenangkan pikiran, guna menjaga sensitivitas otak terhadap rangsangan yang menyenangkan.
3. Tetap Terhubung dengan Hal yang Menyenangkan
Agar tidak kehilangan minat terhadap aktivitas atau hubungan yang sebelumnya menyenangkan, penting untuk menjaga kedekatan emosional dengan kegiatan tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan diri lebih dalam, berusaha memahami aspek positif yang lebih dalam, atau menambahkan elemen kejutan untuk membuatnya lebih menarik.
ADVERTISEMENT
4. Memperbaiki Keseimbangan Emosi
Untuk mencegah hilangnya ketertarikan akibat emosi negatif, penting untuk memperbaiki keseimbangan emosi dengan menjaga kesejahteraan mental. Lakukan aktivitas yang menyenangkan, berkumpul dengan orang yang mendukung, atau berbicara dengan seorang profesional untuk mengelola perasaan yang dapat memengaruhi minat dan motivasi.
5. Pahami Mekanisme Otak
Memahami bagaimana otak bekerja dalam hal minat dan motivasi dapat membantu kita untuk lebih bijak dalam mengelola diri. Menjaga keseimbangan antara rangsangan positif dan istirahat mental dapat membantu menjaga otak tetap responsif terhadap hal-hal yang memberi kebahagiaan dan kepuasan.
Kesimpulan
Kehilangan minat atau "lost interest" bukanlah sekadar masalah kebosanan biasa, melainkan melibatkan perubahan biologis yang terjadi di dalam otak, yang dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai sistem otak dan faktor eksternal seperti stres. Memahami proses ini dapat memberikan wawasan penting tentang bagaimana otak merespons rangsangan dan bagaimana kita bisa mengelola ketertarikan serta motivasi kita dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
References
Guy-Evans, O. (2023, September 14). Brain Reward System. https://www.simplypsychology.org/brain-reward-system.html#
Salzman, C. Daniel (2024, November 8). amygdala. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/amygdala
Cropley, V. L., Fujita, M., Innis, R. B., & Nathan, P. J. (2006). Molecular imaging of the dopaminergic system and its association with human cognitive function. Biological psychiatry, 59(10), 898–907. https://doi.org/10.1016/j.biopsych.2006.03.004
McEwen B. S. (2007). Physiology and neurobiology of stress and adaptation: central role of the brain. Physiological reviews, 87(3), 873–904. https://doi.org/10.1152/physrev.00041.2006
Andi, A. L. (2018). Estimasi Jumlah Neuron Dopaminergik pada Ventral Tegmental Area Tikus Model Penyakit Parkinson dengan Induksi Parakuat Diklorida yang diberi Ekstrak Koro Benguk (Mucuna pruriens) Mentah Selama Tiga Minggu (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mad