Konten dari Pengguna

Mudik Lebaran Dalam Nilai Pancasila

10 Juni 2018 7:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari L Tri WiJaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tradisi mudik merupakan ciri khas kultur masyarakat Indonesia. Mudik menurut antropolog Neil Mulder sering dimaknai sebagai proses migrasi internal lokal (yang berlangsung secara temporer). Selain sebagai proses migrasi, mudik juga merupakan simbol kultur komunalitas yang terjadi pada masyarakat baik sebelum maupun pasca libur panjang atau hari besar seperti natal, tahun baru dan terutama pada saat lebaran. Mudik di Indonesia sudah menjadi suatu tradisi yang selalu dilakukan di masyarakat Indonesia pada peringatan hari-hari yang dianggap penting, seperti pada waktu lebaran atau liburan. Mudik atau dalam artian lain pulang kampung ini sudah merupakan aktivitas rutin tahunan bagi sebagian masyarakat Indonesia yang sebagai perantau atau jauh dari keluarga.
ADVERTISEMENT
Dalam semangat mudik lebaran yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, secara tidak langsung ada nilai- nilai pengamalan Pancasila yang diterapkan. Kami mencoba mengulasnya secara sederhana saja. Pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, tentu mempunyai makna yang sangat luas jika dibandingkan dengan definisi mudik lebaran. Namun jika dapat kita analogikan sudah seharusnya (mostly) para pemudik lebaran sebagai umat beragama percaya akan kebesaran Tuhan YME sebagai pemberi rahmat untuk umatnya sehingga mampu menunaikan ibadah puasa, dan siap mengakhiri bulan suci ramadhan dengan merayakan hari raya idhul fitri dikampung halamannya bersama keluarga. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tentunya, sederhananya harus pula dimaknai sebagai wujud rasa syukur atas nikmat dapat merayakan lebaran dengan mudik pulang ke kampong halaman.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sebagai pelayan masyarakat tentunya mempunya kewajiban untuk mendukung seluruh kebutuhan warganya, apalagi jika perkara mudik lebaran. Nilai “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” tentunya penting dijalankan dari sisi pemerintah selaku penyedia akses sarana dan prasaran transportasi mudik lebaran. Para pemudik mempunya hak untuk dapat menikmati seluruh kemudahan akses sarana dan prasaran tersebut, dan pemerintah sudah barang tentu harus “memanusiakan” para pemudik secara berkeadilan diseluruh lapisan masyarakat. Dan para pemudik dan petugas pengamanan pun harus dapat saling menjaga etika dan adab berperilaku selama proses mudik.
Semangat “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga, sudah sangat jelas ada dalam makna mudik lebaran tersebut. Menjalin tali silaturrahim antar sesama adalah nilai penting dalam era demokrasi saat ini.
ADVERTISEMENT
Nilai “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan”, jika kita menelaah lebih jauh berdasarkan referensi/ literature terdahulu akan sangat panjang maknanya. Namun lagi- lagi kami mencoba mengambil contoh sederhananya dalam aplikasi proses mudik lebaran, yaitu pada aspek poin kepemimpinan, musyawarah dan keterwakilan. Kepemimpinan dari aspek pemerintah sangat dibutuhkan dalam penyedia dan pengatur jalannya proses mudik lebaran oleh warga. Dalam segala aktifitas yang membutuhkan keputusan yang berdampak sistemik dan luas, tentunya proses musyawarah antar stakeholders sangat perlu dikedepankan. Segala keputusan yang diambil, diharapkan dapat mewakili kebutuhan setiap elemen masyarakat khususnya pemudik lebaran.
Semangat mudik lebaran yang aman dan nyaman tentunya harus dinikmati secara merata diseluruh wilayah Indonesia. Pemerintah sudah tentunya memberikan pelayanan, pengaturan dan pengawasan secara berkeadilan dan merata diseluruh wilayah Indonesia. Sesuai dengan semangat nilai “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” pada sila kelima.
ADVERTISEMENT
Pancasila sebagai landasan ideologis yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa harus dapat dijalankan menjadi sesuatu yang nyata. Presiden Jokowi telah memperlihatkan, bagaimana ruh gotong royong yang merupakan ekstraksi dari lima sila Pancasila mampu bernavigasi ditengah kekinian era milenial. Diperlukan tekad yang kuat dan semangat kerja ekstra dari semua komponen bangsa guna mewujudkan pembangunan nasional yang berkeadilan. Tantangan yang ada tidaklah sedikit, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, namun langkah awal telah dimulai dan perlu untuk tetap dijaga dan dilestarikan. Semoga agenda tahunan “mudik lebaran” tahun ini,, membawa dampak semangat positif dalam menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
----------------------------------------------------
Penulis,
L. Tri Wijaya N. Kusuma | Founder of Marine Highway Tech.
ADVERTISEMENT