Menilik Dampak Beauty Privilege terhadap Potensi Diskriminasi

Rahmi Fadillah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Konten dari Pengguna
14 Januari 2022 16:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmi Fadillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dampak Beauty Privilege Terhadap Potensi Diskriminasi, Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dampak Beauty Privilege Terhadap Potensi Diskriminasi, Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara tentang beauty privilege, apakah kamu pernah atau sedang memiliki teman yang berparas menarik, aktif organisasi, banyak yang mengenal hingga banyak yang memprioritaskan dirinya dan bahkan disukai banyak laki-laki? atau justru ada temanmu yang memiliki paras biasa, kutu buku, pintar tetapi tidak dikenal dan tidak memiliki banyak teman? Nah, Kira-kira di antara keduanya mana yang banyak mendapatkan perlakuan spesial dari orang sekitarnya? Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang dengan paras menarik tentu lebih mendapatkan perlakuan spesial dari orang sekitarnya dan mendapat banyak keuntungan dari hal itu.
ADVERTISEMENT
So, bagi anda yang belum tahu beauty privilege ini terdiri dari dua kata bahasa inggris yaitu “Beauty” berarti kecantikan dan “Privilege” berarti hak istimewa yang didapatkan oleh seseorang, jadi secara keseluruhan beauty privilege adalah istilah untuk menggambarkan hak-hak istimewa oleh orang yang terlahir cantik atau memiliki tampilan fisik rupawan, biasanya orang yang bersangkutan antara sadar dan tidak sadar mendapatkan keuntungan tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa perempuan yang memiliki paras cantik dan tidak memiliki kendaraan bermotor dia akan banyak ditawari tumpangan, berbeda dengan orang yang paras biasa saja kemungkinan dia akan diabaikan dan harus berusaha sendiri mencari tumpangan. Sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah untuk beberapa orang, akan tetapi ini menjadi masalah jika terjadi diskriminasi.
ADVERTISEMENT

Siapa yang menetapkan Beauty Privilege?

Penampilan itu subjektif, oleh karena itu pada dasarnya tidak ada yang menetapkan beauty privilege, namun adanya beauty standar lah yang membuat beauty privilege ini makin jelas. Menurut Ajeng Patria Meilisa, M.Si, Seorang akademisi Ilmu komunikasi dan Mantan Finalis putri Indonesia tahun 2008, beauty standar akan terus berubah seiring berjalannya waktu, bahkan setiap wilayah memiliki standar kecantikan yang berbeda. Beauty standar yang mengakar di masyarakat dipengaruhi oleh wajah-wajah yang seringkali ditampilkan di media, seperti televisi, majalah, iklan atau bahkan papan reklame, media tersebut menunjukkan bahwa mereka yang cantik adalah mereka yang berkulit putin, kurus, tinggi dan cisgender.

Bagaimana Beauty Privilege Mengarah pada Diskriminasi ?

Dilansir Fimela.com, beberapa ahli mengatakan bahwa beauty privilege itu tidak perlu dan akan lebih baik jika kita melarangnya karena beauty privilege dapat menciptakan diskriminasi antar sesama dan juga dapat membatasi hak atas kesempatan yang sama. Dalam buku The Beauty Bias, profesor hukum Universitas Stanford Deborah Rhode mengkritik bagaimana wanita menganggap penampilan mereka sebagai bagian penting dari citra diri mereka. Rhode berpendapat bahwa makin banyak wanita yang berfokus pada peningkatan penampilan, maka makin sedikit pula mereka yang akan memikirkan orang lain. Dan hal Ini akan memperkuat subordinasi kelompok di mana karakteristik 'tidak menarik', seperti obesitas, terkonsentrasi , dan membatasi ekspresi diri.
ADVERTISEMENT

Lalu Kita Harus Apa ?

Akar masalah ini bukan pada siapa yang cantik ataupun tidak cantik dan siapa yang menarik ataupun tidak menarik, melainkan pada dampak yang akan terjadi ketika seseorang benar-benar mengagungkan beauty privilege. Bagi dia yang memiliki keistimewaan itu mungkin dia mendapatkan keberuntungan tetapi jika dia tidak bisa mengendalikannya maka justru beauty privilege dapat menjadi boomerang di mana dia akan lupa dengan sekitar dan menganggap dirinya paling tinggi (kalau jatuh pasti sakit), begitu juga bagi yang tidak memiliki keistimewaan itu.
Beauty privilege juga menyoroti pentingnya representasi. Kita perlu terus merepresentasikan kelompok yang beragam, terutama dari kelompok yang terpinggirkan, di media. Cantik adalah relatif, perlakukan orang lain sama seperti bagaimana kamu ingin diperlakukan. Standar kecantikan tidak berarti, semua orang unik dengan kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Tidak ada yang sempurna di dunia ini.
ADVERTISEMENT