Konten dari Pengguna

Penghayatan Lingkungan St. Clara, Paroki St. Petrus tentang Bunda Maria

Gustap Elias
Guru Motivator Literasi Indonesia
24 Mei 2018 19:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gustap Elias tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penghayatan Lingkungan St. Clara, Paroki St. Petrus tentang Bunda Maria
zoom-in-whitePerbesar
Mengapa Orang Katolik pada umumnya/ lingkungan St. Clara menghormati maria?
ADVERTISEMENT
Bunda Maria adalah Bunda Allah dan Bunda Gereja. Ia adalah ibu Yesus, Anak Allah Penyelamat dunia. Kedudukan Bunda Maria dalam Gereja sangat istimewa. Ia adalah orang kudus terbesar melebihi para kudus lainnya karena peranannya dalam sejarah keselamatan umat manusia. Karenanya Ia sangat dihormati. Bunda Maria adalah Bunda Allah karena ia telah melahirkan Yesus Sang Mesias. 
Karena peranannya begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda pengantara kita. Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari Perawan Maria. Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting, oleh karena keterpilihannya menjadi seorang Ibu Yesus yang dikandung karena kuasa Roh Kudus. Ia dirahmati secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah (Luk.. 1:28). 
ADVERTISEMENT
Allah memilih Bunda Maria untuk menjadi ibu Tuhan karenanya, ia dipersiapkan secara khusus, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Ia tetap perawan (Dogma 1854). Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari segala noda dosa, ia hidup tanpa cela.
Keterpilihannya menjadi Ibu Tuhan membuka kembali pintu surga yang telah ditutup karena dosa Hawa. Ia adalah Hawa baru, ibu dari semua yang hidup, sebagaimana Kristus adalah Adam baru. Kepasrahannya yang total kepada rencana dan kehendak Allah menjadikan dia sangat berkenan di hadapan Allah. Ia adalah makhluk yang paling sempurna dari semua ciptaan. Bunda Maria adalah model iman yang harus diteladani, iman penuh penyerahan, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” (Luk. 1:38) Maria adalah contoh dan teladan Geraja yang ulung. 
ADVERTISEMENT
Magnificatnya (Luk. 1:46-55), mengungkapkan suatu pujian yang sangat indah kepada Allah, karena Allah menggenapi Firman-Nya, yang disampaikan-Nya melalui para nabi, tentang kedatangan Putera Allah yang menyelamatkan dunia. Keselamatan yang dinanti-nantikan itu, kini terlaksana dalam dan melalui Maria. Terlebih lagi Allah memilih orang yang kecil dan sederhana seperti dia (Maria) untuk menjadi ibu Tuhan. Jiwa Maria sungguh sederhana, tetapi justru dalam kesederhanaannya Allah memilih dia. Ia adalah ibu Tuhan yang berbahagia dan bersahaja. (Luk.1:48).
Walaupun begitu besarnya penghormatan umat Katolik yang dalam hal ini dikhususkan pada lingkungan St. Clara terhadap Bunda Maria, namun Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan tentang penyembahan kepada Bunda Maria. Umat Katolik sama sekali tidak menyembah Maria tetapi menghormatinya.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan sama seperti kita, dan suatu ciptaan tidak dapat disembah. Tuhan sajalah yang patut kita sembah. (Mrk 4:10). 
Dasar penghormatan Gereja Katolik terhadap Bunda Maria sangat Alkitabiah. Hal itu dijumpai ketika Malaikat Gabriel yang diutus Allah, yang merupakan juru bicara Allah datang kepada Maria, dan menyampaikan kabar, bahwa ia (Maria) akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria, ia menyapa Maria dengan suatu sapaan yang begitu hormat: “Salam hai Engkau yang dikaruniai.”(Luk. 1:28) Sapaan ini adalah suatu tanda penghormatan yang istimewa dari Allah terhadap Bunda Maria. Meskipun perkataan itu keluar dari mulut Malaikat Gabriel, tetapi sesungguhnya sapaan ini adalah sapaan Allah sendiri, yang diucapkan-Nya melalui utusan-Nya. Sapaan tersebut menunjukan bahwa Allah begitu menghormati ciptaan-Nya ini. 
ADVERTISEMENT
Kalau dibandingkan dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama atau tokoh-tokoh lain dalam Kitab Suci, tampak adanya perbedaan antara sapaan Allah kepada Maria dan kepada mereka. Misalnya, ketika Malaikat Tuhan berbicara kepada Musa dari dalam semak api yang menyala (Kel. 3:4-5), ketika Allah berbicara kepada Musa di atas Gunung Sinai (Kel. 24:12-18), Malaikat Allah menampakan diri kepada Manoah tentang kelahiran Simson (Hak. 13:1-25), dan sebagainya. Dalam perjanjian Baru, kita jumpai Malaikat Allah berbicara kepada Zakaria di Bait Allah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-24), bahkan Zakaria ketakutan ketika mendengar sapaan malaikat kepadanya. Dari sini tampaklah perbedaan antara sapaan Allah kepada tokoh-tokoh dalam Kitab suci dan kepada Maria, yaitu Allah berbicara dengan penuh hormat kepada Maria, lebih daripada yang lain. 
ADVERTISEMENT
Demikian juga sapaan Elisabet terhadap Maria, ketika Maria mengunjungi Elisabet saudaranya di pegunungan Yudea (Luk. 1:39–45). Elisabet menyapa Maria: “Diberkati engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” Sebelum Elisabet mengucapkan perkataan itu, ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini berarti kata-kata itu keluar dari Allah sendiri, yang menggunakan mulut Elisabet untuk mengucapkannya. Jadi bukanlah Elisabet yang menyapa Maria melainkan Roh Kudus, Allah sendiri. 
Jadi jelaslah bagi kita, bahwa Allah sangat menghormati Maria melalui sapaan-sapaan-Nya yang begitu istimewa. Ia disapa melebihi ciptaan lain bahkan nabi besar Perjanjian Lama sekalipun, yaitu Nabi Musa. Kalau Allah Sang Pencipta melalui sapaannya, begitu menghormati dan menjunjung tinggi Maria melebihi ciptaan lain, mengapa kita sebagai ciptaan-Nya yang berdosa tidak menghormati Maria? Apa yang terjadi jika kita menolak atau tidak menghormati Maria? Kalau kita menghina Maria, berarti kita menghina Allah, yang begitu menghormati dia. Karenanya, penghormatan kepada Maria bukanlah suatu penyimpangan ajaran Kristiani, asalkan penghormatan itu tidak melampaui batas-batas yang harus kita berikan kepada Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Karena bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan yang berada jauh di bawah Allah. 
ADVERTISEMENT
Marilah kita membuka hati kita dan dengan rendah hati untuk menerima Maria sebagai contoh dan teladan dalam hidup kita sehari-hari. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Iman yang kuat dan penuh kepasrahan kepada Tuhan tanpa mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. 
Hormatilah Maria sebagaima kita menghormati orang yang layak kita hormati. Bunda Maria bagiakan Pahlawan yang dipilih Allah sendiri karena jasa dialah, maka juru selamat yang dijanjikan Allah datang ke dalam dunia untuk menebus dosa manusia.