Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kekeringan Melanda Hutan Subur
17 Desember 2022 15:02 WIB
Tulisan dari Ladyna Chelsiandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hiduplah seekor Monyet, Jerapah, Koala, dan hewan-hewan lainnya di hutan Subur. Sesuai namanya, hutan itu subur sekali, banyak pohon yang rindang dan berbuah lebat, banyak anak sungai yang masih jernih airnya. Para penghuninya sangat sejahtera dan tidak pernah kekurangan apapun, baik itu minum atau makanan.
ADVERTISEMENT
Monyet, Jerapah, dan hewan-hewan lainnya saling berebut makanan, bahkan ada yang saling menyakiti demi mendapat makanan yang mereka inginkan.
Karena Koala tidak tahan dengan situasi yang semakin tidak terkendali, maka ia mengundang semua penghuni hutan Subur ke rumahnya untuk mengadakan rapat demi mencari titik temu permasalahan ini. Banyak usulan yang disampaikan para penghuni hutan Subur. Usulannya bermacam-macam, mulai dari pembagian makanan yang harus merata, harus mengendalikan pola makan, dan berhemat sehemat mungkin sembari menunggu hujan turun.
Lalu Koala berpendapat, “Bagaimana kalau sembari berhemat dan mengendalikan pola makan, kita membuat jadwal untuk mengambil makanan dari pohon-pohon? Untuk jadwal pengambilan makanannya seminggu sekali, bagaimana?”
Monyet pun berkata “Wah! Itu ide bagus! Aku setuju sekali. Bagaimana teman-teman? Apakah kalian setuju dengan pendapat Koala?”
ADVERTISEMENT
Semua yang menghadiri rapat itu mengangguk setuju. Akhirnya rapat pun diakhiri dengan lancar tanpa kendala yang terjadi.
Hari itu adalah jadwal pengambilan makanan Monyet. Ia mendapatkan bagian di ujung hutan yang pohonnya sudah jarang berbuah. Si Monyet dengan perasaan kesal karena mendapat bagian di ujung hutan berjalan sambil mengeluarkan makian. Tanpa sadar Monyet sudah berjalan melewati hutan Subur, ia kaget karena asing dengan tempat itu.
Ia pun memiliki ide “Ah, sudah sampai di sini kenapa tidak mencari makanan saja, siapa tahu ada makanan di sekitar sini”.
Setelah cukup lama Monyet berkeliling, secara tidak sengaja ia menemukan sebuah pohon yang amat rindang dan memiliki buah yang sangat lebat. Karena pikiran monyet yang licik dan mementingkan dirinya sendiri, ia pun berencana untuk datang setiap hari dan makan di pohon itu tanpa memberitahu penghuni hutan Subur.
ADVERTISEMENT
Suatu hari Jerapah menyadari kebiasaan baru Monyet yang sering pergi dan pulang dengan wajah gembira. Jerapah pun penasaran akhirnya bertanya kepada Monyet.
“Halo monyet, aku ingin bertanya, kenapa kamu berpergian setiap hari dan saat pulang wajahmu terlihat sangat gembira? Karena kekeringan ini aku sudah lama tidak melihat wajah-wajah gembira para penghuni hutan”.
Monyet pun kelimpungan mencari jawaban yang menurutnya masuk akal. Tiba-tiba muncul ide di kepalanya.
“Aku pergi setiap hari itu untuk menghilangkan rasa suntukku di rumah dan kenapa wajahku selalu terlihat gembira, karena aku ingin menjalani hidup ini dengan gembira”.
Jerapah merasa sedikit aneh dengan jawaban yang dilontarkan Monyet. Karena Jerapah tidak ingin memusingkan itu akhirnya ia berpamitan kepada Monyet.
ADVERTISEMENT
Beberapa minggu kemudian ia kembali menyadari bahwa tubuh Monyet tidak seperti orang yang kekurangan makanan. Karena Jerapah yang semakin ingin tahu, akhirnya Jerapah pun mengikuti Monyet yang saat itu ingin makan di pohon itu. Setelah sampai, Jerapah sangat terkejut melihat pohon yang memiliki buah yang lebat itu, ia marah karena monyet tidak memberitahu para pennghuni hutan Subur kalau ia menemukan makanan sebanyak ini. Karena Jerapah sudah sangat emosi, akhirnya Jerapah pun kembali dan memanggil para penghuni hutan Subur untuk menemui Monyet.
Setelah sampai di pohon itu, para penghuni pun terlihat kaget melihat buah-buah itu. Mereka memanggil monyet sambil berteriak menahan emosi. Monyet pun kaget dan merasa takut akan kehadiran penghuni hutan Subur yang mengetahui perbuatannya itu. Akhirnya ia pun mengakui kesalahannya dan meminta maaf karena selama ini ia telah menyembunyikan makanan sebanyak ini. Walaupun di dalam hati monyet merasa tidak ikhlas, tetapi ia tetap membagi jatah makanan untuk para penghuni hutan Subur lainnya.
ADVERTISEMENT