Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masjid Tertua di Purbalingga, Masjid Raden Sayyid Kuning
10 Desember 2022 14:57 WIB
Tulisan dari Laelatus Zakiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masjid Raden Sayyid Kuning terletak di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Purbalingga.
ADVERTISEMENT
Menurut juru kunci dari Masjid Raden Sayyid Kuning yaitu Bapak M. Maksudi mengatakan bahwa masjid ini pertama berdiri pada tahun 1300 M. Tokoh pendirinya yaitu Syekh Syamsudin yang datang dari Timur Tengah ke Tanah Jawa bersama Syekh Subakir. Syekh Subakir ini berada di Magelang sedangkan Syekh Syamsudin berada di Purbalingga tepatnya di Desa Onje.
Singkatnya, konon menurut cerita, pada zaman dahulu Syekh Syamsudin hendak melaksanakan salat malam (Tahajud) namun belum ada tempatnya karena Desa Onje ini masih dalam bentuk pegunungan atau seperti bukit yang masih penuh dengan pepohonan yang lebat. Akhirnya beliau mendirikan tempat dengan 4 tiang dari pohon pakis, dindingnya dari daun pakis dan atapnya dari ijuk. Namun tidak lama beliau meninggalkan tempat itu karena pada saat itu belum ada pemukiman di Desa Onje tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada tahun 1500 M datang wali sanga diantaranya yaitu Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga ke Desa Onje yang telah lama tidak berpenghuni. Menurut keterangan dari juru kunci Masjid Raden Sayyid Kuning, para wali sanga tersebut mandi di Sungai Tempuran Tiga yang berada di bawah Desa Onje. Kemudian pada saat masuk waktu salat para wali sanga ini naik ke atas dan menemukan tempat yang dahulu pernah dibangun oleh Syekh Syamsudin di Desa Onje tersebut. Akhirnya para wali sanga yang datang ke Desa Onje itu merenovasi tempat salat tersebut dengan mengganti tiangnya menggunakan pohon jati. Namun sayangnya, belum selesai sepenuhnya para wali sanga ini pindah ke Bintoro, Demak.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada tahun 1600 M, Syekh Maulana Maghribi datang dari Timur Tengah. Pada saat itu Kerajaan Pajang sedang mengadakan sayembara untuk menemukan cincin kesayangan Sultan Hadiwijaya. Barang siapa yang sanggup menemukan cincin tersebut, maka dia akan diganjar dengan hadiah yang tidak ternilai harganya. Jika dia perempuan, dia akan dipersunting sang raja. Namun jika dia seorang laki-laki, maka dia akan dinikahkan dengan selir yang cantik jelita, yaitu Kencana Wungu.
Maka sampailah kabar tersebut kepada Syekh Maulana Maghribi. Di Purbalingga beliau dipanggil Ki Tepus Rumput. Ki Tepus Rumput ini bertapa di Desa Onje, dimana ia berdialog dengan Ki Kantaraga.
“Saya tahu anda bersemedi di situ, tetapi keliru, pindahlah ke Sungai Onje.” Kata Ki Kantaraga.
ADVERTISEMENT
Dan singkat cerita, Ki Tepus Rumput lah yang bisa menemukan cincin tersebut sehingga beliau bisa menikah dengan Kencana Wungu. Ki Tepus Rumput dan istrinya tinggal di Purbalingga. Kemudian mereka memiliki anak yang diberi nama Joko Tingkir. Saat sudah besar, ia merenovasi tempat salat yang dahulu pernah direnovasi oleh wali sanga dengan menambahkan dinding yang dibangun dari batu kali. Peninggalannya adalah bedug yang diberi nama “Duren Si Klambi” karena terbuat dari pohon duren yang tumbuh di tepi sungai dimana menjadi tempat meletakan baju Adipati Onje saat mandi.
Kemudian pada tahun 1700 M datang Abdullah Syarif Raden Sayyid Kuning suami dari Kuning Wati. Mereka hidup di Desa Onje, Purbalingga. Sehingga Abdullah Sayyid Kuning ini menjadi imam pertama masjid pertama di Desa Onje, Purbalingga. Beliau membuat mimbar yang masih ada sampai sekarang ini.
Nama Masjid Raden Sayyid Kuning ini diberikan oleh Habib Lutfi dari Pekalongan pada tahun 1986, dulunya masjid ini disebut Masjid Tua atau Masjid Kewalian. Dimana kata Raden diambil dari nama maratuanya yaitu Raden Adipati, kata Sayyid diambil dari Sayyidina Muhammad, dan kata Kuning diambil dari nama istrinya Kuning Wati.
ADVERTISEMENT
Adat istiadat yang masih dilestarikan di sekitar Masjid Raden Sayyid Kuning ini, tepatnya di Desa Onje yaitu perhitungan Aboge (Alip-Rebo-Wage), sebutan untuk tahun pertama yaitu tahun Alif. Perhitungan Aboge biasanya berbeda dengan pemerintah dalam menetapkan hari-hari penting. Sebagai contoh dalam penetapan awal puasa pada tahun 1443 H, kalender Aboge jatuh pada hari senin tanggal 4 April 2022. Berbeda dengan pemerintah yang menetapkan awal puasa pada hari Minggu tanggal 3 April 2022.
Kegiatan keagamaan di Masjid Raden Sayyid Kuning ini juga berjalan dengan baik. Untuk jam 2 siang diadakan majelis untuk anak-anak TPQ, kemudian ba’dha maghrib ada majelis untuk remaja-remaja sekaligus madrasah. Diantaranya yang dipelajari dalam majelis-majelis tersebut adalah latihan membaca huruf hijaiah, latihan membaca Al-Qur’an, tajwid, dan Bahasa Arab. Selain itu, pada setiap malam Jum’at Kliwon diadakan istigasah, sedangkan kalau malam Jum’at biasa diadakan Al-Barzanji dan selawat.
ADVERTISEMENT
Masyarakat sekitar Masjid Raden Sayyid Kuning sangat mendukung serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di Masjid Raden Sayyid Kuning ini.