Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengiring Kepergian Sang Pahlawan Pemadam Api
21 September 2017 11:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari muhammad faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Telah gugur pahlawanku. Lagu ini cocok menggambarkan kepergian para petugas pemadam kebaran yang meninggal saat bertugas.
ADVERTISEMENT
Keluar dari zona nyaman mungkin menjadi hal terberat dari hidup seseorang, termasuk saya yang harus keluar dari zona nyaman saya sebagai seorang graphic designer.
Terbiasa memegang laptop dan mengutak-atik aplikasi desain membuat saya sudah merasa sangat nyaman melakukan hal tersebut setiap harinya. Tapi, bagaimanapun hidup harus diwarnai dengan sebuah tantangan, yaitu melakukan sesuatu yang sebelumnya tak biasa saya lakukan.
Bisa dibilang, saya memang mempunyai sedikit kemampuan dalam bidang videografis, tapi hanya sebatas itu saja, tidak lebih.
Keahlian saya ini pun diberdayakan oleh kumparan (kumparan.com), kantor tempat saya bernaung untuk mengirim saya sebagai seorang videografer dalam meliput kejadian tewasnya petugas pemadam kebakaran di Bandung.
ADVERTISEMENT
Bersama salah seorang reporter, saya ditugaskan untuk merekam secara langsung kegiatan keseharian para petugas Damkar (Pemadam Kebakaran) sebelum keesokan harinya harus meliput korban petugas Damkar yang tewas saat bertugas.
Diajak berkeliling Kantor Dinas Kebakaran Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Sukabumi Bandung selama seharian, saya cukup tercengang ketika tahu bahwa kegiatan para petugas yang harus stand by selama 24 jam penuh untuk bersiaga bertugas memadamkan kobaran api jika ada kejadian kebakaran yang bisa terjadi kapan saja.
Bagaikan seperti sebuah tamparan, saya merasa jika keluhan saya tentang lelahnya bekerja selama kurang lebih 10 jam tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pekerjaan mereka.
Sungguh penyesalan yang teramat dalam untuk diri saya sendiri.Masih ingat di benak saya, ada salah satu petugas yang bahkan berkomentar jika pekerjaannya kini bukanlah semata-mata untuk mencari materi, "Di sini bukan tempatnya cari materi, tapi lebih ke panggilan jiwa untuk membantu sesama."
ADVERTISEMENT
Saya juga meringis saat tahu penghasilan yang didapatkan oleh mereka yang rata-rata masih berstatus Pekerja Harian Lepas tidak sebanding dengan pengorbanan mereka yang mempertaruhkan nyawa demi menolong sesama, yakni Rp 10 ribu per jam.
Selama tiga hari lamanya saya berada di Kota Kembang, saya diajarkan bagaimana untuk terbiasa hidup sederhana dengan segala keterbatasan yang ada. Kebersamaan yang hangat sangat kental saya rasakan saat berada di tengah-tengah para petugas Damkar.
Merasa sudah cukup akrab dengan para petugas, kami (saya dan rekan kerja) diajak untuk mengikuti simulasi latihan memadamkan kobaran api. Tekad yang kuat serta keikhlasan mereka tanamkan dalam diri mereka sesaat sebelum mulai memadamkan api.
Keesokan harinya, kami mendapat kabar bahwa ada salah satu petugas Damkar yang meninggal dunia. Setelah berjuang menghadapi kondisi yang kritis akibat berjibaku dengan kobaran api, akhirnya petugas atas nama Imam Topik menghembuskan nafas terakhirnya di RS Hasan Sadikin Bandung.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa sebelum kepergian Imam Topik, telah gugur pahlawan pemadam api lainnya, Trisna Supriatna, yang juga meninggal saat sedang bertugas.
Upacara pelepasan pun dilakukan di Kantor Dinas Kebakaran Kota Bandung sesaat setelah mengetahui ada rekan kerja yang telah kembali pulang ke pangkuan Ilahi.
Setibanya di sana, suasana haru menyelimuti Kantor Dinas Kebakaran, isak tangis keluarga dan rekan-rekan kerja pecah saat berlangsungnya acara pelepasan sang pahlawan. Menapaki jejak akhir sang pahlawan pemadam api, saya beserta rombongan mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Lemas hati ini saat melihat keluarga yang ditinggalkan, terutama melihat anak almarhum yang menangisi kepergian ayahanda tercinta. Namun di balik kesedihan sang anak terselip rasa bangga atas kepergian sang ayah yang meninggal saat bertugas menolong orang lain.
ADVERTISEMENT
Dik, semoga ayahmu meninggal dalam khusnul khotimah ya, amin.