Konten dari Pengguna

Fenomena Bahasa Gaul Jaksel

laila Rahmawati
Mahasiswa ilmu komunikasi universitas sultan ageng tirtayasa
2 Desember 2024 17:04 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari laila Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: canva.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: canva.com
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan bahasa "Jaksel" atau Jakarta Selatan menjadi fenomena menarik di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Bahasa ini mengacu pada campuran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini muncul karena penggunaannya sering diasosiasikan dengan gaya hidup masyarakat Jakarta Selatan, yang dikenal sebagai pusat pergaulan modern dan trendi.
ADVERTISEMENT
Fenomena bahasa Jaksel berakar dari meningkatnya eksposur masyarakat terhadap budaya global. Sebagai wilayah urban yang dinamis, Jakarta Selatan memiliki banyak komunitas yang terhubung dengan budaya pop internasional, seperti musik, film, dan media sosial. Penggunaan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari dianggap sebagai simbol modernitas, edukasi tinggi, dan gaya hidup global.
Frasa seperti "I feel like...", "by the way", atau "literally" sering diselipkan dalam kalimat Bahasa Indonesia. Contohnya: "Aku tuh sebenarnya udah capek banget, but like, aku harus keep going." Pola ini menciptakan kesan santai sekaligus memperlihatkan pengaruh budaya barat dalam gaya komunikasi anak muda.Bahasa Jaksel Sebagai Tren Sosial ,Bahasa Jaksel bukan hanya alat komunikasi tetapi juga simbol identitas sosial. Penggunaannya sering dikaitkan dengan kelompok tertentu yang dianggap modern, berpendidikan, atau memiliki status sosial tertentu. Dalam banyak kasus, bahasa ini digunakan untuk menciptakan kesan "kekinian" atau mengikuti tren.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena ini juga menimbulkan kritik. Sebagian orang menganggap bahasa Jaksel sebagai bentuk "pencitraan" atau kurang menghargai Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Beberapa orang bahkan melihatnya sebagai fenomena eksklusif yang menciptakan kesenjangan sosial dalam komunikasi.
Dampak Positif dan Negatif
Fenomena bahasa Jaksel memiliki dampak yang kompleks. Di satu sisi, penggunaan bahasa Inggris dapat meningkatkan kemampuan bilingual generasi muda, yang merupakan keunggulan di era globalisasi. Bahasa Inggris menjadi alat penting dalam pendidikan dan karier, sehingga penggunaan sehari-hari dapat membantu mengasah keterampilan tersebut.
Namun, di sisi lain, dominasi bahasa Inggris dalam percakapan dapat mengurangi perhatian terhadap kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini berpotensi menurunkan rasa kebanggaan terhadap bahasa nasional. Selain itu, bahasa Jaksel juga dapat menciptakan kesenjangan linguistik antara kelompok yang menguasai bahasa Inggris dengan mereka yang kurang terpapar.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, bahasa akan terus berevolusi. Fenomena bahasa Jaksel mungkin akan bertahan sebagai bagian dari dinamika sosial masyarakat urban, tetapi penting untuk menjaga keseimbangan. Generasi muda perlu memahami bahwa penggunaan bahasa asing dalam percakapan bukan berarti mengabaikan pentingnya melestarikan Bahasa Indonesia.
Sebagai langkah preventif, pendidikan bahasa harus menekankan pentingnya menghargai Bahasa Indonesia tanpa mengesampingkan kebutuhan untuk menguasai bahasa asing. Media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan penggunaan Bahasa Indonesia yang kreatif, menarik, dan relevan dengan tren masa kini.
Bahasa Jaksel adalah cerminan dari gaya hidup masyarakat urban yang terhubung dengan budaya global. Meskipun memiliki manfaat dalam meningkatkan kemampuan bilingual, fenomena ini juga memunculkan tantangan dalam melestarikan identitas kebahasaan nasional. Dengan bijak mengelola tren ini, kita dapat menjadikannya sebagai sarana untuk mempromosikan keberagaman bahasa tanpa melupakan akar budaya kita sebagai bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT