Konten dari Pengguna

Mengapresiasi Pertunjukan Gelar Tari Di Taman Budaya Jawa Tengah

Laila Nur Salsabila
kuliah di Institut Seni Indonesia Surakarta berprofesi penari
21 Oktober 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laila Nur Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
    Sumber foto : Laila Nur Salsabila
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Laila Nur Salsabila
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan seni tradisional. Salah satunya adalah seni pertunjukan tari. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak gerak ritmis yang indah. Gerak yang bisa dikategorikan sebagai gerak tari adalah gerak yang telah dirombak atau telah mengalami distorsi maupun stilisasi sehingga bentuk bentuknya mampu menyentuh perasaan manusia. (Soemaryatmi, 2011:11)
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya tari yang ada di Indonesia menandakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Oleh sebab itu, sudah seharusnya bagi setiap masyarakat Indonesia terutama generasi muda perlu melestarikan tari yang ada di Indonesia. Salah satunya mengapresiasi pertunjukan tari yang ada di daerah kita, misalnya mengapresiasi Gelar Tari Jawa Tengah yang ke 10 di Taman Budaya Jawa Tengah dengan berbagai tarian yaitu :
1. Tari Bedhayan Retno Sangaji dari Sanggar Sarwi Retno Budaya Kota Surakarta
2. Sendratari Bulu Pitu dari Sanggar Seni PBBI Kabupaten Purbalingga
3. Tari Carang Lembayung dari Sanggar Puribeksa Kabupaten Purbalingga
4. Tari Bedhaya Sinarawedi dari Sanggar Ngrumat Budaya Kabupaten Sukoharjo
5. Tari Caraka Sungsang dari Sanggar Seni Sekar Dahlia Kota Magelang
ADVERTISEMENT
6. Tari Jathilan dari Sanggar Lumbung Soyodo Kabupaten Magelang
Adapun tarian yang saya pilih yaitu Tari Caraka Sungsang yang dipentaskan di Taman Budaya Jawa Tengah pada tanggal 14 September 2024. Tarian ini menggambarkan tentang gunung tidar dipercaya sebagai panuning tanah jawa, menjadi tempat dimana ajaran kebaikan dari Sang Pencipta menjadi mutlak untuk dijadikan pedoman hidup masyarakat di sekitarnya. Ajaran yang terpahat rapi di puncak gunung tidar dipercaya mampu menjadi mantra dan falsafah hidup. Ajaran mengenai kosmologis kehidupan manusia. Ajaran dalam untaian doa dan pedoman bagi kehidupan manusia yang untuk menjadi lebih baik dan selalu ingat akan sang pencipta ajaran tentang caraka walik.
Tarian ini ditarikan oleh 6 penari raksasa dan 4 rakyat. Yang di koreografer oleh Nabhan Bagus Dzaki Setiawan dan komposer Satriyo Bagas Istyaji.
ADVERTISEMENT
Laila Nur Salsabila, mahasiswa prodi Tari Institut Seni Indonesia Surakarta.