news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Yogyakarta Darurat Sampah, Apa Efek Bagi Kesehatan?

Laila Wan Azizah
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Program Studi Diploma Tiga Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
9 Juni 2024 9:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laila Wan Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tumpukan sampah disepanjang jalan Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tumpukan sampah disepanjang jalan Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudahkah Anda tahu jika akhir-akhir ini Daerah Istimewa Yogyakarta sedang mengalami darurat sampah? Penyebab dari darurat sampah ini bermula dari keluarnya surat edaran DLHK DIY No.658/09735 yang menyatakan tentang Libur Pelayanan Sampah mulai tanggal 18 Maret hingga 20 Maret 2022 yang kemudian disusul dengan Surat Edaran tentang Penutupan Pelayanan TPA Regional Piyungan dari tanggal 23 Juli hingga 5 September 2023. Penutupan TPA Piyungan ini menyebabkan sampah-sampah menumpuk dan berceceran disepanjang Kota Yogyakarta dan Kabupaten sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari penutupan Pelayanan TPA Piyungan, ada beberapa faktor yang memengaruhi masalah sampah di Yogyakarta, yaitu pertumbuhan penduduk dan pariwisata, pengelolaan sampah yang kurang efisien, sampah plastik yang sulit terurai sehingga sampah mudah menumpuk dan menyebabkan pencemaran lingkungan, serta keterbatasan tempat pembuangan akhir yang akhirnya menyebabkan TPA mengalami overload sampah.
Penumpukan sampah tentu menimbulkan efek bau yang tidak sedap dan ketidaknyamanan bagi masyarakat sekitar. Tak hanya itu, sampah yang tidak dipilah dengan benar pastinya menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan. Tanpa kita sadari masalah kesehatan dapat muncul akibat penularan hewan-hewan yang senang berada di tumpukan sampah.
Salah satu penyakit akibat penumpukan sampah yaitu penyakit yang ditularkan tikus. Tikus membawa dan menyebarkan penyakit Leptospirosis yang tanpa disadari mungkin sudah menjangkit pemukiman warga. Leptospirosis sendiri disebabkan bakteri Leptospira Interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi yang masuk melalui kulit yang luka atau selaput lendir. Adapun gejala Leptospirosis diantaranya, demam mendadak, lemah, mata merah, kulit menguning, diare, mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri otot betis. Leptospirosis membutuhkan penanganan medis sehingga apabila mengalami gejala- gejala tersebut harus segera menemui dokter agar terhindar dari komplikasi.
ADVERTISEMENT
Selain tikus, Penumpukan sampah juga menyebabkan populasi nyamuk semakin meningkat. Tumpukan sampah tersebut biasanya akan menimbulkan genangan air, akan semakin parah jika sampah tersebut terkena air hujan. Nyamuk- nyamuk siap berkembang biak dan menghasilkan jentik- jentik. Akan semakin berbahaya jika nyamuk tersebut berjenis Aedes Aegypti yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Untuk membedakan nyamuk jenis Aedes Aegypti ini hanya perlu melihat pola hitam putih pada perut, dada, dan kaki nyamuk. Adapun gejala infeksi DBD yaitu, demam tinggi >40 derajat, pegal- pegal, menggigil, lemah dan lelah, nyeri perut, ruam kulit, mata merah, mual dan muntah. Jika terjadi gejala- gejala ini disertai demam tinggi lebih dari tiga hari maka harus segera periksa ke dokter.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, masih banyak ditemukan masyarakat Yogyakarta yang membuang sampah sembarangan ke sungai. Akibatnya, sungai menjadi kotor penuh dengan sampah dan menumpuk akibat terhalang bebatuan. Kondisi ini menyebabkan sungai tercemar dan pastinya menimbulkan banyak penyakit. Diperparah jika sungai tersebut digunakan masyarakat untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Air sungai tersebut dapat menimbulkan penyakit kulit yang jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kondisi kesehatan yang lebih serius. Penyakit kulit yang disebabkan oleh air yang tercemar adalah bintik-bintik, alergi, gatal-gatal, kemerahan, nyeri dan panas. Sehingga masyarakat perlu berhati-hati dalam menggunakan air sungai, pastikan untuk menggunakan air sungai yang tidak tercemar sampah atau limbah.
Ilustrasi pembakaran sampah oleh warga Yogyakarta. Foto: Laila Wan Azizah
Tidak hanya sungai yang menjadi sasaran pembuangan sampah, bahkan dijalan raya banyak tumpukan sampah tergeletak tidak terurus dan memakan sebagian jalan. Menanggapai hal tersebut, warga akhirnya memutuskan untuk melakukan pembakaran sampah begitu saja. Apakah ini suatu keputusan yang tepat? Tentu tidak. Justru pembakaran sampah ini bisa menimbulkan pencemaran udara yang dapat mengakibatkan penyakit pernapasan. Contohnya saja adalah penyakit ASMA dan ISPA . Orang yang memiliki riwayat ASMA dan ISPA ketika terpapar oleh asap secara terus-menerus akan memiliki kemungkinan untuk kambuh dan memperberat gejala yang sudah ada sehingga memerlukan pengobatan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut, kita harus memiliki kesadaran penuh untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mulai tertib untuk memilah sampah organik dan non-organik. Karena memilah sampah organik dan non-organik sangat penting dilakukan untuk mencegah penumpukan sampah yang menjadi sarang bakteri penyebab masalah kesehatan. Selain itu, pemilahan sampah non organik dapat diolah kembali menjadi berbagai macam kerajinan dan bisa dijadikan sebagai ladang usaha.