Konten dari Pengguna

Fisik Itu Ada Usianya, Sedangkan Cantik Tak Ada Usainya

Laili Kharisma Octavia
Mahasiswa matematika Universitas Sebelas Maret
11 April 2023 17:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laili Kharisma Octavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sering kali orang Indonesia memaknai bahwa perempuan yang cantik adalah wanita dengan kulit putih, bentuk tubuh yang bagus, serta kulit yang mulus. Bahkan ketika membuka sosial media, orang yang memiliki kulit putih dengan hidung mancung, rambut lebat, alis tebal, gigi rapi, serta bentuk tubuh yang ideal mendapatkan banyak pujian dari berbagai orang.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, orang yang berkulit gelap, memiliki banyak jerawat, berambut keriting, berhidung pesek, memiliki susunan gigi yang berantakan, serta memiliki bentuk tubuh yang kurus atau gemuk sering kali menuai berbagai hujatan.
Selain itu, terkadang beberapa orang juga membandingkan proporsi tubuh yang dimiliki oleh perempuan yang sudah memenuhi standar kecantikan dengan perempuan yang belum memenuhi standar kecantikan.

Bagaimana Standar Kecantikan di Indonesia?

Ilustrasi perempuan self love. Foto: Asier Romero/Shutterstock
Standar kecantikan di Indonesia telah berpacu dan terkunci pada warna kulit. Mereka yang memiliki kulit putih, dianggap lebih cantik daripada mereka yang berkulit hitam. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan ciri khas penduduk Indonesia yang sangat beragam.
Dari Sabang sampai Merauke, setiap perempuan memiliki warna kulit yang berbeda karena mereka memiliki ciri khas warna kulit dari daerah masing-masing. Seperti di Papua, perempuan di sana kerap dianggap tidak memenuhi standar cantik karena mayoritas dari mereka memiliki warna kulit yang gelap.
ADVERTISEMENT
Adanya standar kecantikan ini, menimbulkan dampak yang lebih dominan ke dampak negatif. Banyak perempuan yang merasa kurang percaya diri atau insecure karena mereka belum memenuhi standar kecantikan. Banyak juga dari mereka yang memaksakan untuk mengubah wajah mereka ketika ada suatu titik yang belum sesuai dengan standar kecantikan.
Hal itu tentu saja membuat mereka tidak dapat menjadi dirinya sendiri. Padahal, setiap wanita memiliki versi cantiknya masing-masing tanpa harus sesuai dengan standar mana pun, karena cantik itu relatif.
Pada era sekarang, banyak perempuan di Indonesia telah dihantui oleh standar kecantikan yang ada. Karena pada dasarnya, standar kecantikan sudah menjadi patokan dalam segala bidang, misalnya saja pada bidang pekerjaan yang mana dalam melamar sebuah pekerjaan terdapat salah satu syarat, yaitu berpenampilan menarik.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi perempuan potong rambut. Foto: Shutterstock
Bahkan, akhir-akhir ini sering ditemukan banyak perempuan yang tidak lagi dihargai dengan alasan karena mereka tidak cantik. Hal tersebut membuat banyak perempuan berlomba-lomba supaya dapat mencapai standar kecantikan yang ada dengan berbagai cara, seperti dengan perawatan wajah, konsultasi rutin ke dokter, serta dengan membeli alat kosmetik dan skincare yang terkadang mengeluarkan biaya mencapai puluhan juta.
Banyak perempuan di Indonesia yang setuju dengan slogan ”beauty is pain”, yang mana untuk menjadi wanita yang cantik, seseorang harus menderita terlebih dahulu. Untuk menjadi cantik, mereka rela menahan lapar supaya mencapai bentuk tubuh yang ideal.
Untuk menjadi cantik, mereka rela menghabiskan uangnya untuk perawatan wajah. Padah uang tersebut seharusnya bisa dipakai untuk kebutuhan-kebutuhan yang lain.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi cantik, mereka harus rajin memperbaharui koleksi baju yang dimiliki supaya dapat mengikuti tren yang terus berkembang. Serta masih banyak lagi pengorbanan yang dilakukan oleh perempuan agar dapat mencapai standar cantik.
Cantik seharusnya bukan tentang fisik, karena jika hanya sebatas fisik pasti ada usainya. Seiring berjalannya waktu, setiap orang pasti mengalami penuaan, sehingga pada saat itu fisik tidak lagi memiliki arti.
Ilustrasi perempuan karier. Foto: fizkes/Shutterstock
Seseorang seharusnya dianggap cantik ketika mereka memiliki potensi yang ada dalam dirinya dan berani menunjukkannya kepada siapa pun. Contohnya saja dengan memiliki segudang prestasi, menjadi seorang pemimpin, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain di sekitarnya, dan masih banyak lagi.
Hal tersebut biasanya disebut dengan inner beauty, yang mana perempuan menjadi lebih berharga dan bernilai tanpa sebatas fisik semata. Jadi, seharusnya wanita tidak berlomba-lomba untuk menjadi cantik secara fisik, tetapi mereka harusnya berlomba-lomba untuk menumbuhkan inner beauty yang ada dalam diri mereka.
ADVERTISEMENT
Jadi, untuk menjadi cantik tidak harus memiliki kulit putih, karena setiap perempuan memiliki ciri khas tersendiri yang ada pada diri mereka. Standar kecantikan seharusnya diciptakan sendiri sesuai dengan ciri khas yang ada dalam diri masing-masing, dan tidak berpatok pada standar kecantikan yang ada di lingkungan sosial.
Jangan terpengaruh pada kata-kata orang lain. Tetapi tunjukkan kepada mereka bahwa kamu memiliki kecantikan menurut versimu sendiri sehingga membuatmu lebih percaya diri.