Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mengubah Keresahan Menjadi Pergerakan
6 Maret 2025 9:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Laili Zailani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Laili Zailani*

Tema Hari Perempuan Internasional 2025 mengusung hak, kesetaraan, dan pemberdayaan bagi semua perempuan dan anak perempuan. Sebuah tema besar yang terus diulang, seperti diskon besar menjelang lebaran, tetapi hanya berlaku untuk segelintir orang.
ADVERTISEMENT
Siapa yang benar-benar mewujudkannya? Siapa yang memastikan perempuan akar rumput tidak sekadar angka dalam laporan kebijakan, tetapi memiliki suara dalam keputusan? Jika kita percaya kesetaraan tercapai hanya karena ada menteri atau anggota legislatif perempuan, itu seperti percaya dunia bebas kelaparan hanya karena restoran mewah terus buka.
Membangun Hak, Kesetaraan, dan Pemberdayaan dari Bawah
Di tengah banyaknya wacana tentang kesetaraan, ada tiga tindakan utama yang diserukan oleh UN Women dalam peringatan tahun ini: memastikan hak-hak perempuan dan anak perempuan, menentang segala bentuk kekerasan dan diskriminasi; mendorong kesetaraan gender dengan menghancurkan hambatan sistemik, meningkatkan representasi perempuan, serta memperjuangkan suara kelompok yang terpinggirkan; dan memperkuat pemberdayaan dengan membuka akses ke pendidikan, pekerjaan, kepemimpinan, serta ruang pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Seruan ini bukan sekadar wacana global. Di berbagai tempat, perempuan akar rumput telah lebih dulu mengambil tindakan nyata untuk mewujudkannya. Mereka tidak menunggu, mereka bergerak.
Di Sumatera Utara—sebagai contoh, komunitas perempuan akar rumput di HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) telah bergerak selama tiga dekade. Dulu mereka hanya menyediakan kopi untuk rapat desa, kini mereka telah ikut menentukan agenda. Bersama Komnas Perempuan, HAPSARI turut mengadvokasi pengesahan UU No.12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, perjuangan yang tidak hanya terjadi di konferensi elegan, tetapi juga di ladang-ladang dan aksi di jalanan. Tentu saja HAPSARI tidak sendirian, masih banyak komunitas perempuan akar rumput lainnya dengan kontribusi serupa.
Kesetaraan: Antara Slogan dan Kenyataan
ADVERTISEMENT
Kesetaraan tidak datang begitu saja. Ia tidak dikirim dalam paket ekspres gratis ongkir. Ia diperjuangkan oleh perempuan yang berani mengambil tempat dalam pengambilan keputusan—meskipun awalnya hanya diberi kursi di pojok belakang dengan syarat tidak terlalu banyak bicara.
Perempuan akar rumput tahu bahwa berdaya berarti bertahan, bergerak dan mengubah dengan kekuatan kolektif—dari halaman rumah hingga meja pengambilan keputusan. Termasuk di meja pengadilan ketika mereka ingin memutus mata rantai kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual. Seruan global dari UN Women hanya bermakna jika diterjemahkan dalam aksi nyata.
Hari Perempuan Internasional dan Gerakan Akar Rumput
Setiap tahun, peringatan Hari Perempuan Internasional dipenuhi dengan seruan keadilan dan kesetaraan, orasi, siaran pers, hingga aksi simbolik di jalanan. Tetapi tanpa gerakan dari perempuan akar rumput, semua itu hanya akan menjadi gema tanpa makna. Seperti perayaan ulang tahun tanpa kue—meriah, tetapi ada yang kurang.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, sangat penting mendorong gerakan perempuan akar rumput berada di pusat arus seruan untuk kesetaraan. Karena saat ini, perempuan tidak hanya menghadapi ketidakadilan berbasis gender, tetapi juga ancaman nyata dampak krisis iklim, krisis pangan, serta ketidakamanan yang semakin meningkat, kepercayaan terhadap demokrasi yang merosot serta berbagai upaya pembungkaman yang menunjukkan bagaimana rakyat semakin kehilangan ruang untuk menyuarakan hak-haknya.
Hari Perempuan Internasional bukan sekadar perayaan, tetapi panggilan untuk bertindak, sekaligus dukungan memperkuat mereka yang telah bergerak. Perubahan nyata tidak lahir dari pusat kekuasaan, tetapi juga dari desa-desa kecil, dari pinggiran pesisir dan perkebunan, dari komunitas-komunitas warga dan perempuan yang bekerja tanpa henti untuk memastikan hak, kesetaraan, dan pemberdayaan bukan sekadar jargon, tetapi kenyataan bagi semua perempuan. Mereka berkontribusi nyata menggerakkan perubahan—dari akar, ke atas.
ADVERTISEMENT
Dan saya memilih bersama mereka sejak lebih dari tiga dekade. Merubah keresahan menjadi pergerakan. Tidak hanya memperingati Hari Perempuan Internasional—kami menghidupinya dalam keseharian. Selamat Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2025!***
*Penulis adalah Spesialis Gender dan Inklusi Sosial (GESI) di HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) Sumatera Utara