Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Pahlawan Pendidikan
22 November 2021 18:17 WIB
Tulisan dari Lailiyatul Zakiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Syaiful Hermawan, terlahir dari pasangan Drs. Kumpul Supardi dengan Hartiningsih, S.Ag dan lahir di Sleman, Yogyakarta, pada tanggal 23 April 1986. Ia biasa dipanggil Ipul. Ipul merupakan alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ki Hadjar Dewantara Putra Keraton Pahlawan Bangsa merupakan buku biografi yang ditulis oleh Syaiful Hermawan. Buku ini berisi kisah tentang perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam menyetarakan pendidikan di Indonesia agar semua masyarakat baik golongan bangsawan maupun rakyat biasa mendapatkan pendidikan yang sama. Selain itu, Ia adalah seorang aktivis sekaligus menteri pendidikan pertama di Indonesia.
Ketika lahir, Ki Hadjar Dewantara diberi nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ia lahir dari pasangan G.P.H. Soerjaningrat dengan Raden Ayu Sandiah pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia juga mempunyai saudara kandung bernama Raden Mas Soerjopranoto. Ki Hadjar kecil sudah terlihat berbeda dengan teman sebayanya. Ia menunjukkan sikap kritis, cerdas, serta rasa ingin tahu yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Buku ini juga menceritakan tentang Ki Hadjar yang sempat melanjutkan pendidikan di lembaga STOVIA, tetapi ia tidak dapat menyelesaikannya. Kemudian, ia melanjutkan kariernya di bidang jurnalistik. Selain aktif sebagai wartawan, ia juga mengawali karier politiknya dengan aktif dalam organisasi sosial dan politik.
Diceritakan juga tentang perjalanan cinta Ki Hadjar dan R.A Soetartinah yang penuh rintangan dimulai dari jarak yang memisahkan mereka, sehingga membuat mereka menulis surat satu sama lain untuk mengobati kerinduan. Setelah itu, mereka diuji kembali dengan dikabarkannya Ki Hadjar mendapatkan hukuman dari Belanda. Mendengar kabar tersebut, cinta R.A Soetartinah kepada Ki Hadjar tidak pernah luntur sedikitpun.
Ki Hadjar menulis dua artikel berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda” yang sudah diterjemahkan dari judul aslinya dan “Een voor Allen, maar ook Allenvor Een” yakni berarti “Satu untuk semua dan Semua untuk Satu”. Tulisan ini membuat pemerintah Hindia Belanda marah, sehingga menjatuhkan hukuman pengasinga kepada Ki Hadjar. Sebelum menjalami hukuman ia meresmikan pernikahannya dengan R.A Soetartinah, beberapa waktu berselang setelah menikah, mereka diasingkan menggunakan kapal bullow menuju ke negeri Belanda.
ADVERTISEMENT
Buku ini juga menceritakan tentang R.A. Soetartinah, seorang perempuan ningrat yang cinta kepaada suaminya tidak pernah lekang oleh jarak maupun waktu. Selain itu, ia selalu mendukung perjuangan suaminya, bahkan menemaninya di tempat pengasingan. Ia pula yang selalu meneguhkan Ki Hadjar pada saat semangatnya mulai jatuh. Ia mendorong suaminya untuk bangkit melawan kolonial Belanda semampunya.
Tiga Serangkai adalah sebutan untuk Ernest Douwes Deker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara. Mereka berhasil membentuk perkumpulan yang diberi nama Indische Partij (Partai Hindia). Tidak bertahan lama Indische partij dibubarkan karena tulisan Douwes Deker kepada ratu Belanda yang dianggap dapat membahayakan pemerintah Belanda.
Pada masa sebelum kemerdekaan seorang wanita hanya berada didapur, dikamar, dan mengurus anak. Sehingga R.A. Soetartinah memiliki pemikiran bahwa seorang wanita juga membutuhkan pendidikan, hal ini didukung penuh oleh suaminya Ki Hadjar. Kemudian dibentuklah organisasi “Wanita Taman Siswa” sebagai gerakan wanita Indonesia yang dibina langsung oleh R.A. Soetartinah. Ia juga dibantu oleh R.A. Soekonto (istri dr. Soetomo) dan R.A Soejatin yang memiliki cita-cita sama, yaitu untuk menyatukan seluruh gerakan wanita di Indonesia ke dalam satu wadah aspirasi yang mengemban peran untuk menyuarakan suara dan pemikiran perempuan.
ADVERTISEMENT
Diceritakan juga tentang R.M. Soerjopranoto yang memberi pengaruh besar kepada Ki Hadjar dalam melawan Belanda. R.M. Soerjopranoto adalah kakak dari Ki Hadjar Dewantara yang sangat menetang Belanda. Sehingga ia terus-menerus mendapat tekanan represif dan ancaman dari pemerintahan kolonial Belanda, akan tetapi ia tidak pernah menyerah sedikitpun. Dari R.M Soerjopranoto, Ki Hadjar mandapatkan keberanian untuk terus berjuang melawan Belanda.
Sepulang dari pengasingan Belanda, Ki Hadjar menerapkan sistem pendidikan di Eropa yang cocok untuk bangsanya. Ki Hadjar dan istrinya berhasil mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Taman Siswa. Semboyan Taman Siswa yang sekaligus menjadi konsep sistem pendidikan nasional secara utuh berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
ADVERTISEMENT
Pengabdian Ki Hadjar untuk Indonesia dalam bidang pendidikan tidak perlu diragukan lagi, ia berjuang sangat keras agar bangsanya bisa mendapatkan pendidikan dan terlepas dari penjajahan kolonial Belanda. Namun, selain pengabdiannya untuk bangsa ini, ia tidak lupa untuk mengabdi kepada keluarganya. Ia memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami dan seoarang ayah dengan sangat baik. Atas pengabdian Ki Hadjar untuk bangsa ini, pemerintah Indonesia memberikannya penghargaan, yaitu didirikannya Museum Dewatara Kirti Griya. Nasihat Ki Hadjar untuk para generasi penerus bangsa diberi nama “Fatwa Sendi Hidup Merdeka” berisi 10 nasihat tentang konsep ajaran yang memberikan kebaikan dan keselamatan dalam hidup.
Buku ini sangat cocok untuk kalangan pelajar/mahasiswa, karena dapat memberikan semangat untuk terus belajar. Harganya pun juga sangat pas dikantong. Akan tetapi buku ini ada satu kelemahan, yaitu ada beberapa kata yang salah ketik (tipo). Meskipun buku ini ada kelemahan, tetapi masih bisa ditutupi dengan kelebihannya. Buku ini sangat layak untuk dibaca para pelajar/mahasiswa dan saya merekomendasikannya.
ADVERTISEMENT