Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Makna Gelar Guru Besar dalam Sudut Pandang Kode Etik ASN BerAKHLAK
12 Oktober 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Laily Nissa Atul Mualifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gelar Guru Besar atau Profesor adalah pencapaian tertinggi di dunia akademik, yang tidak hanya menunjukkan penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga membawa tanggung jawab besar. Seorang Guru Besar diharapkan berperan dalam pengembangan ilmu, pendidikan, dan berkontribusi pada masyarakat. Dalam kerangka kode etik ASN BerAKHLAK, gelar ini memiliki makna lebih mendalam, terutama bagi dosen yang juga berstatus sebagai ASN. Tidak hanya keahlian akademik yang diharapkan, tetapi juga integritas moral, pengabdian publik, serta kepemimpinan yang berorientasi pada kemajuan bangsa.
ADVERTISEMENT
Nilai-nilai BerAKHLAK—yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif—merupakan prinsip utama ASN dalam menjalankan tugasnya. Bagi seorang Guru Besar, nilai-nilai ini tidak hanya menjadi panduan profesional, tetapi juga fondasi etika yang harus dipegang teguh dalam menjalankan peran akademik maupun sebagai abdi negara.
1. Berorientasi Pelayanan: Pengabdian Melalui Ilmu
Gelar Guru Besar bukan sekadar pencapaian individual, tetapi sebuah komitmen untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Dosen yang menjadi Guru Besar diharapkan tidak hanya unggul dalam riset dan publikasi, tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Berorientasi pelayanan berarti seorang profesor harus senantiasa menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi. Ini tercermin dalam peran Guru Besar yang aktif memberikan masukan kebijakan, melatih generasi muda, dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan nasional.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ASN, pelayanan publik adalah inti dari tugas mereka. Seorang Guru Besar sebagai ASN, melalui karya ilmiah dan kebijakannya, harus mampu mendorong inovasi, menemukan solusi, dan memperbaiki sistem pelayanan yang ada. Kegagalan seorang Guru Besar dalam menjalankan perannya sebagai pelayan publik dapat dilihat sebagai kegagalan dalam memegang nilai BerAKHLAK.
2. Akuntabilitas: Kejujuran dan Integritas Akademik
Akuntabilitas adalah salah satu aspek terpenting dalam profesi akademik. Sebagai seorang yang telah meraih gelar tertinggi dalam bidang akademik, seorang Guru Besar dituntut untuk memiliki integritas yang kuat, baik dalam menjalankan tugas administrasi maupun dalam kegiatan akademik seperti penelitian dan pengajaran. Kasus plagiarisme, manipulasi data, atau penyalahgunaan jabatan merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip akuntabilitas.
ADVERTISEMENT
Dalam era di mana kompetisi akademik semakin ketat dan tekanan untuk terus menghasilkan publikasi semakin tinggi, seorang Guru Besar tetap harus memegang teguh nilai akuntabilitas. Mereka harus memastikan bahwa semua hasil penelitian yang dipublikasikan adalah hasil karya yang orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain, akuntabilitas juga berarti seorang Guru Besar harus bertanggung jawab dalam menggunakan dana penelitian, serta menjalankan amanah jabatan akademik dengan jujur dan transparan.
3. Kompeten: Terus Berkembang dan Berinovasi
Sebagai ASN yang juga seorang akademisi, Guru Besar harus terus berupaya untuk meningkatkan kompetensinya. Tantangan dunia akademik saat ini tidak hanya terbatas pada pengajaran dan penelitian, tetapi juga pada kemajuan teknologi, perubahan global, dan dinamika kebutuhan masyarakat. Prinsip Kompeten dalam BerAKHLAK mengharuskan seorang Guru Besar untuk tidak pernah berhenti belajar, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terbaru, dan terus berinovasi dalam metodologi penelitian dan pengajaran.
ADVERTISEMENT
Kemampuan untuk tetap kompeten ini juga berkaitan dengan tanggung jawab untuk membimbing dosen-dosen muda dan mahasiswa, memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan yang relevan dengan tantangan masa depan. Guru Besar yang kompeten tidak hanya dihormati karena pengetahuannya yang luas, tetapi juga karena kemampuannya dalam memberikan inspirasi dan membentuk karakter generasi penerus.
4. Harmonis: Hubungan yang Baik dengan Kolega dan Mahasiswa
Sebagai pemimpin akademik, seorang Guru Besar dituntut untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan kolega dan mahasiswa. Prinsip Harmonis dalam BerAKHLAK menekankan pentingnya kerjasama, komunikasi yang efektif, dan sikap saling menghargai di lingkungan akademik. Seorang Guru Besar yang baik tidak hanya dilihat dari prestasi akademiknya, tetapi juga dari kemampuannya dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan didukung dalam pengembangan kariernya.
ADVERTISEMENT
Hubungan harmonis juga tercermin dalam bimbingan terhadap mahasiswa. Seorang Guru Besar harus mampu menjadi mentor yang bijak, mendukung perkembangan intelektual mahasiswa, dan memberikan arahan yang tepat untuk keberhasilan mereka di masa depan. Dalam dunia pendidikan yang semakin kompleks, peran ini menjadi sangat penting untuk menciptakan generasi yang cerdas, berakhlak, dan memiliki etika profesional yang tinggi.
5. Loyalitas: Dedikasi pada Institusi dan Bangsa
Loyalitas seorang Guru Besar tidak hanya kepada institusi tempat ia bekerja, tetapi juga kepada negara. Sebagai ASN, seorang Guru Besar memiliki kewajiban untuk mendukung kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian di Indonesia. Loyalitas juga tercermin dalam dedikasi untuk terus memperjuangkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan di tingkat nasional dan internasional.
ADVERTISEMENT
Prinsip Loyalitas dalam BerAKHLAK juga mengingatkan bahwa seorang Guru Besar harus menjaga nama baik institusi dan negara di kancah global. Mereka adalah representasi Indonesia dalam komunitas akademik internasional, dan tindakan mereka, baik dalam bentuk publikasi maupun kolaborasi internasional, akan mempengaruhi citra pendidikan tinggi Indonesia di mata dunia.
6. Adaptif: Respons terhadap Perubahan Global
Perubahan global, termasuk revolusi digital dan dinamika ekonomi global, menuntut dunia akademik untuk beradaptasi dengan cepat. Seorang Guru Besar harus memiliki kemampuan adaptif untuk merespons perubahan ini. Dalam konteks BerAKHLAK, adaptabilitas berarti seorang Guru Besar tidak hanya mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan kurikulum, tetapi juga dengan tantangan global yang lebih besar seperti perubahan iklim, perkembangan AI, dan ekonomi digital.
ADVERTISEMENT
Adaptasi ini juga melibatkan kemampuan untuk mengintegrasikan pembelajaran berbasis teknologi, melakukan penelitian interdisipliner, dan menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul akibat globalisasi. Seorang Guru Besar yang adaptif mampu memimpin institusinya dalam menghadapi perubahan tersebut dan memastikan bahwa lulusan mereka siap bersaing di pasar global.
7. Kolaboratif: Kerjasama di Lingkungan Akademik
Kolaborasi adalah kunci dalam dunia akademik. Penelitian-penelitian besar yang berdampak global sering kali melibatkan kolaborasi antar disiplin ilmu dan antar negara. Prinsip Kolaboratif dalam BerAKHLAK menekankan pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Seorang Guru Besar harus mampu memfasilitasi dan terlibat dalam kolaborasi ini, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Di era ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan spesifik, seorang Guru Besar yang baik harus memahami pentingnya membangun jejaring kerja sama, tidak hanya untuk memperkaya pengetahuan tetapi juga untuk mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dibalik gelar Guru Besar, terdapat tanggung jawab moral yang besar, terutama dalam konteks ASN yang harus mematuhi kode etik BerAKHLAK. Seorang Guru Besar tidak hanya dihargai atas prestasi akademiknya, tetapi juga atas kemampuannya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, etika, dan pengabdian kepada bangsa. Dengan memegang teguh nilai-nilai BerAKHLAK, seorang Guru Besar dapat menjadi pemimpin akademik yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat dan negara.
Sebagai dosen, kita harus selalu ingat bahwa pencapaian akademik yang tinggi tidak berarti apa-apa tanpa disertai dengan integritas, pengabdian, dan komitmen untuk melayani. Guru Besar adalah simbol dari segala hal tersebut, dan menjadi teladan dalam membangun generasi yang berakhlak dan berilmu.
ADVERTISEMENT