Konten dari Pengguna

Relevansi Hermeneutika Schleiermacher Dalam Penafsiran Al-Qur’an

Lainuvar
Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid
18 Oktober 2024 18:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lainuvar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Schleiermacher (sumber: gettyimages.com)
zoom-in-whitePerbesar
Schleiermacher (sumber: gettyimages.com)

Sekilas tentang Schleiermacher

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher adalah seorang teolog, filsuf, dan penerjemah asal Jerman yang diakui sebagai salah satu pelopor teologi liberal Protestan. Ia lahir pada 21 November 1768 di Breslau, Prusia (sekarang Wrocław, Polandia), dan menjadi tokoh berpengaruh dalam teologi dan filsafat abad ke-19. Pemikiran dan karya-karyanya terus berdampak hingga saat ini, terutama dalam bidang teologi, hermeneutika, dan etika. Schleiermacher berasal dari keluarga pendeta Calvinis dan menerima pendidikan awal di sekolah Moravian, yang membentuk dasar spiritual dan intelektualnya. Namun, di usia muda, ia mulai meragukan beberapa ajaran yang diajarkan kepadanya. Tahun 1785, ia melanjutkan studi di Universitas Halle, mempelajari filsafat dan teologi, di mana ia terpengaruh oleh karya-karya Immanuel Kant dan mulai mengembangkan pemikiran kritis terhadap dogma agama yang ketat (Zakirman, 2020).
ADVERTISEMENT
Tahun 1799, ia menerbitkan karya terkenalnya, "Reden über die Religion" (Pidato-pidato tentang Agama), yang mengukuhkan statusnya sebagai pemikir inovatif. Dalam bukunya, Schleiermacher menyatakan bahwa agama bukan sekadar sekumpulan doktrin atau moralitas, melainkan merupakan pengalaman mendalam yang bersifat personal dan intuitif. Ia menekankan pentingnya perasaan dan pengalaman religius individu, yang disebutnya "das Gefühl" (perasaan). Pada tahun 1804, ia diangkat sebagai profesor di Universitas Halle, sebelum akhirnya pindah ke Universitas Berlin pada tahun 1810, di mana ia menjadi salah satu pendiri universitas tersebut. Selama di Berlin, Schleiermacher menulis banyak karya penting, termasuk "Der christliche Glaube" (Iman Kristen), yang diterbitkan antara tahun 1821 dan 1822 (Zakirman, 2020).

Hermeneutika Schleiermacher dalam Penafsiran Al-Qur’an

Al-Qur'an (sumber: pixabay.com)
Schleiermacher merupakan tokoh hermeneutika yang terkenal dengan hermeneutic genericnya yakni “hermeneutika” tidak hanya diterapkan pada bible saja tetapi juga pada bidang keilmuan lain. Mengingat sejarah awal hermeneutika yang hanya digunakan oleh kalangan agamawan tepatnya pada abad ke-17 hermeneutika diterapkan sebagai metode untuk mengungkap makna teks injil. Hermeneutika dalam pemikiran Schleiermacher adalah Seni memahami yang berdiri atas dua garis besar, yakni hermeneutika gramatika dan hermeneutika psikologis. Schleiermacher berpendapat bahwa pemikiran itu didalam otak dan otak tentu tidak bisa didalami maka yang diteliti adalah bahasa yang keluar dari hasil pemikiran di otak manusia atau dikenal dengan teori hermeneutika gramatika, tetapi bahasa pun tidak akan terpisah dari kondisi psikologi dari si pemilik bahasa atau orang yang berbicara karena kondisi psikologis mereka menjadi interpretasi dari pemikirannya, oleh karena itu Schleiermacher juga terkenal dengan hermeneutika psikologisnya. Singkatnya, seni memahami yang diusung Schleiermacher tidak lain adalah usaha menangkap makna teks (tulisan maupun tuturan) baik dari segi gramatikal maupun kondisi objektif si penutur (Susanto, 2016).
ADVERTISEMENT
Termasuk Hermeneutika psikologis yang diusung oleh Schleiermacher yakni difenatory atau menyelami kejiwaan orang lain dengan melepaskan kepentingan, misalnya kita hendak meneliti tentang Muhammadiyah sedangan kita secara pribadi mengikuti paham Nahdlatul Ulama (NU). Tentu kita harus melepaskan diri dari atribut NU dalam meneliti Muhammadiyah agar menghasilkan penelitian yang lebih objektif. Hermeneutika gramatika Schleiermacher terdiri atas tiga hal; pertama adalah kebersamaan teks yakni kalimat harus dipahami secara utuh dan menyeluruh, bagaimana kalimat sebelumnya dan kalimat setelahnya salaing berhubungan. Kedua adalah author language yakni bahasa pengarang dan audience. Artinya, harus dipahami pula bagaimana bahasa penutur atau pengarangnya dan bahasa audiencenya karena logika dari pengarang terkadang disesuikan dengan bahasa audiencenya.
Ketiga adalah the part and the whole yakni padanan kata (bahasa) dan sejarah era pengarang dipandang sebagai keseluruhan (whole) yang darinya teks-teksnya harus dipahami sebagai bagian (part), dan keseluruhan (whole) pada gilirannya dipahami dari bagian-bagiannya, identik dan berkelindan. Jadi, ketika hendak memahami sesuatu juga harus dipahami secara detail bagiannya dan juga keseluruhannya. The part and the whole jika dikaitkan dengan konteks keislaman utamanya dalam kajian tafsir berkaitan dengan tafsir ijmali dan tafsir tahlili. Tafsir ijmali lebih kepada penafsiran berdasarkan bagian-bagian tertentu, berbeda dengan tafsir tahlili yang penafsirannya diuraikan secara panjang lebar.
ADVERTISEMENT
Kajian hermeneutika psikologis yang digagas oleh Schleiermacher ini juga relevan diterapkan untuk konteks penafsiran. Sebenarnya memahami psikologis Tuhan bukan menjadi sebuah kemustahilan seperti yang dikemukakan Schleiermacher. Kemungkinan itu terbuka lebar jika kita sebagai hamba-Nya memahami bagaimana sifat-sifat-Nya, tetapi hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh para wali-Nya dalam artian orang-orang yang dekat kepada-Nya. Hal ini kemudian merujuk pada penggunaan tafsir isyari yang merujuk pada kajian psikologis dari pesan-pesan tuhan (Al-Qur’an). Oleh karena itu, tafsir isyari cenderung ditolak meskipun tidak secara keseluruhannya karena tafsir isyari dianggap tidak dapat megeneralisasikan pembahasan didalamnya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa memahami sifat-sifat Alah tidaklah dapat dilakukan oleh semua orang, sehingga tafsir isyari ditolak karena tidak dapat digunakan untuk kalangan umum. Selain teori hermeneutika psikologis dari Schleiermacher, teorinya tentang hermeneutika gramatikanya juga memiliki relevansi terhadap dunia penafsiran dalam Islam. Seperti tiga garis besar yang dituju dalam hermeneutika gramatika Schleiermacher, yakni kebersamaan teks yang sepadan dengan kajian Islam yakni siyaqul kalam yang merupakan suatu ilmu yang membahas tentang konteks pembicaraan, siyaq menjadikan berhubungan sejak awal surah hingga akhirnya. Memahami Al-Qur’an membutuhkan pemahaman secara menyeluruh mengenai kalam Tuhan atau dalam hal ini adalah Al-Qur’an. Siyaqul kalam dengan kebersamaan teks memiliki relevansi satu sama lain, kebersamaman teks yang dimaksud Schleiermacher yang juga membahas tentang pemahaman dengan melihat hubungan keseluruhan dari teks.
ADVERTISEMENT
Bahasa pengarang dan audience atau diistilahkan dengan author language yang merupakan aspek kedua dari hermeneutika gramatika Schleiermacher yang sepadan dengan fahmul lughoh dalam kajian penafsiran. Fahmul lughah dalam kajian tafsir bermakna memahami bahasa dari pengarangnya yang dalam kajian Islam berarti memahami struktur dan pemaknaan Bahasa Arab. Hal ini senada dengan author language yang juga merupakan seni memahami dengan memahami bahasa penutur atau pengarangnya serta bahasa audience nya karena logika dari pengarang terkdang dipengaruhi oleh bahasa audienvcenya atau sasarannya. Terakhir adalah the part and the whole yang sepadan dengan munasabah. Munasabah memiliki relevansi dengan teori the part and the whole karena keduanya juga membahas tentang korelasi atau hubungan antar teks atau kalimat untuk mendapatkan pemahaman atas sesuatu. Penafsiran munasabah memaknai korelasi antar satu ayat dengan ayat lain untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih terperinci dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT