Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ini Mengapa Sudirman Said Menjadi Sosok Yang Tepat Memimpin Jateng
2 Januari 2018 16:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Lala Nurlatifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah punya sejarah panjang yang dapat ditarik hingga zaman kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Di daerah ini lahir kerajaan-kerajaan besar yang membangun peradaban dan kejayaan di masanya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kemajuan peradaban di tersebut hanya ditempatkan di masa lalu dan tidak dijadikan semangat yang menjiwai pembangunan masyarakat Jawa Tengah. Kemiskinan, pencapaian pendidikan, pembangunan ekonomi, dan lain sebagainya masih tertinggal jauh, terutama jika memperhatikan sejuta potensi yang bisa dikembangkan di provinsi ini.
Pemerintah terlalu menyukai zona nyaman. Masyarakat pun dibiarkan seperti itu. Akhirnya, tidak ada langkah-langkah progressif dari pemerintah, sementara masyarakat kurang kritis merespon pemerintah. Akibatnya, Jateng tertinggal jauh dari tetangganya, seperti Jawa Timur, Bali, Jawa Barat, dan termasuk Jakarta.
Karena itu, perubahan harus dimulai dari sosok pemimpin yang memerintah dan mengelola Jawa Tengah. Pemimpin Jawa Tengah tidak boleh sosok yang terlalu suka berada di zona nyaman. Jika karakter pemimpinnya berada di zona nyaman, maka pembangunan dan pengembangan berbagai aspek akan lambat, karena pemimpinnya tidak memiliki kepekaan dan respon cepat terhadap persoalan-persoalan mendesak.
ADVERTISEMENT
Inilah yang oleh Sudirman Said dianggap sebagai persoalan mendasar di Jawa Tengah. Pemerintah terlalu nyaman dengan daerah-daerah penyangga yang berada di sekeliling Jawa Tengah, seperti Jogjakarta, Bandung, Surabaya, Bojonegoro, dan Sidoarjo. Padahal, tantangan Jawa Tengah sendiri masih segudang. Konektivitas antara Jaw Tengah bagian utara dan selatan belum tersambung dengan baik, pelabuhan-pelabuhan besar belum dibangun, industri pertanian masih konvensional meskipun mayoritas penghasilan masyarakat berasal dari pertanian.
Dengan kata lain, Jawa Tengah membutuhkan pemimpin yang tidak hanya mengetahui persolan, tapi juga progressif dalam mengentaskan persoalan tersebut. Pemimpinnya harus berani melakukan terobosan-terobosan, merubah budaya kerja birokrasi yang berada pada zona nyaman menjadi mesin yang bekerja untuk masyarakat, sementara itu, masyarakat harus didorong supaya berani memberikan kritikan bagi pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Sudirman Said percaya bahwa masih banyak perubahan yang bisa dilakukan di Jawa Tengah. Tantangan yang akan dihadapi masih bertumpuk-tumpuk, kreativitas dan terobosan masih harus terus dibangkitkan. Karena itu, sosok yang mampu mewujudkan hal tersebut harus didorong ke hadapan publik.