Konten dari Pengguna

Sudirman Said: Jateng Terus Terbelakang Jika Persoalan Ini Tidak Diperbaiki

22 Desember 2017 14:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Lala Nurlatifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sudirman Said: Jateng Terus Terbelakang Jika Persoalan Ini Tidak Diperbaiki
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BAHAYA... Jawa Tengah tidak akan maju-maju dan dapat bersaing dengan daerah-daerah lain jika persoalan mendasar ini tidak dapat diperbaiki oleh pemerintah. Persoalan tersebut adalah mengenai pembangunan bidang pendidikan yang masih sangat rendah. Padahal, semua orang paham bahwa syarat dasar bagi sebuah daerah atau negara untuk mengejar ketertinggalannya adalah hanya melalui pendidikan.
ADVERTISEMENT
Namun kenyataannya, hal ini justru menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah mampu diperbaiki oleh pemerintah Jateng. Mengapa persoalan ini harus mendapatkan perhatian semua pihak adalah karena Jateng memiliki sumber daya manusia yang besar, dan akan menjadi masalah untuk Jateng sendiri dan Indonesia jika penduduk Jateng ini tidak bisa bersaing secara kualitas.
Untuk mengingatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jateng masih lebih rendah dari indeks nasional. Pada 2010, IPM Jateng 66,08 dan pada 2016 menjadi 69,98, sedangkan IPM nasional pada 2010 sebesar 66,53 dan menjadi 70,18 pada priode 2016. Ini artinya, dalam rentang empat tahun, peningkatan IPM Jateng masih datar.
Tingkat IPM Jateng yang masih berada di bawah IPM nasional disebabkan oleh rendahnya partisipasi masyarakat Jateng dalam pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Tercatat hanya 20,57 persen masyarakat Jateng yang sampai mengenyam perguruan tinggi. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka partisipasi pendidikan tinggi di tingkat nasional dengan angka 22,95 persen.
ADVERTISEMENT
Bahkan, angka tersebut juga sama sekali bisa bermakna lebih buruk, sebab dari angka 20,57 persen tersebut belum dipilah masyarakat yang hanya mengenyam strata 1 (S1), strata 2 (S2), atau strata 3 (S3). Padahal, negara-negara maju hari ini sudah menaikkan standar pendidikan mereka lebih tinggi, yakni bukan lagi hanya S1, tapi S2 atau S3.
Wajar jika IPM Jateng rendah dan tingkat kemiskinan tinggi. Salah satu jalan yang paling besar pengaruhnya dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah melalui pendidikan tinggi. Dan ketika partisipasi masyarakat dalam mengenyam pendidikan tinggi ini rendah, maka akan berbanding lurus dengan rendahnya daya saing.
Karena itu, Sudirman Said menganggap bahwa persoalan ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Rendahnya partisipasi pendidikan masyarakat bukan karena mereka tidak mau masuk universitas, namun karena tingginya biaya pendidikan, rendahnya subsidi, dan masih belum jelasnya orientasi pendidikan di daerah.
ADVERTISEMENT
Maka, Sudirman Said menilai bahwa solusinya ada pada pemerintah yang berani mengeluarkan kebijakan untuk menekan biaya pendidikan, mendorong penduduk untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, memperbaiki infrastruktur pendidikan, dan memperbaiki arah pendidikan di daerah-daerah.