Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sudirman Said Mendorong Peran Maksimal Perempuan Jateng
29 Desember 2017 9:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Lala Nurlatifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Walau sudah terjadi banyak perubahan, namun kaum perempuan masih sering mendapatkan perlakuan yang tidak seimbang dan setara di ruang publik. Peran perempuan masih termarjinalkan, baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam kebijakan-kebijakan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Perempuan seharunya mendapatkan perhatian lebih oleh masyarakat dan terutama pengambil kebijakan. Pasalnya, perempuan itu multitasking atau memiliki tugas yang beragam seturut perannya di keluarga, masyarakat, dan atau di tempat kerja. Artinya, perempuan harus membagi energinya pada masing-masing peran tersebut, yang semuanya tidak mudah.
Sayangnya, karena multitasking seorang perempuan menyebabkan perannya dianggap rendah, terutama untuk posisi-posisi kunci di ruang publik atau dalam hirarki sosial dan organisasi. Ini pula yang menyebabkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan mereka akan pemberdayaan, pembelajaran, akomodasi peran, dan kesempatan-kesempatan baru seringkali terabaikan.
Di masyarakat, dikarenakan seringkali diasosiasikan dengan kehidupan-kehidupan domestik, perempuan dinomorduakan dalam mengejar cita-cita dan peran di ruang publik. Domestifikasi ini menyebabkan perempuan tidak diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki, misalnya dalam menempuh pendidikan atau pun karir.
ADVERTISEMENT
Padahal, semua orang menyadari bahwa perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Dengan kata lain, melalui ibu lah setiap anak mendapatkan pelajaran pertama. Dan peran sebagai guru ini akan terus melekat hingga mereka tutup usia. Jika perempuan tidak mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang baik, maka hal ini akan berpengaruh pada pola asuh dan pendidikan para generasi penerus bangsa ini.
Pada tanggal 22 Desember yang lalu, kita merayakan hari ibu. Sejarah penetapan 22 Desember sebagai hari ibu nasional memiliki makna yang mendalam. Sebab tanggal tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1956, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.
Artinya, tanggal 22 Desember tersebut memiliki arti yang sangat mendalam yakni sebagai momentum untuk menegaskan rasa bakti kepada ibu, serta untuk mengakui peran kaum perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Sudirman Said mendorong peran perempuan semakin maksimal dalam upaya meraih cita-cita bangsa dan negara, khususnya untuk Jawa Tengah. Sebagai sosok yang akan ikut berkompetisi di Pilgub Jateng pada 2018 mendatang, Sudirman Said mengharapkan bahwa pemimpin yang baru dapat memberikan perhatian dan perlindungan kepada perempuan.
Bagi Sudirman Said, peran-peran perempuan harus semakin besar dalam setiap aktivitas di ruang publik. Sebab, sebuah banga tidak mungkin dapat meraih kemajuan tanpa keberdayaan dari kaum perempuannya.