Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
1 Ramadhan 1446 HSabtu, 01 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Provinsi NTB Menjadi Lumbung Pangan Nasional
26 Februari 2025 13:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Lalu Sulthonul Azmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Arti Bumi Gora
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal dengan julukan "Bumi Gora". Julukan ini berasal dari keberhasilan provinsi tersebut dalam mengimplementasikan sistem pertanian "Gogo Rancah" (disingkat menjadi "Gora") pada awal tahun 1980-an. Dikutip dari Jurnal Respon Petani Terhadap Inovasi Penanaman Padi Sistem Gogo Rancah Lahan Sawah di Kecamatan Metro Timur Kota Metro karya Arsendi Rifki Adipaty dkk, sistem Gogo Rancah adalah metode penanaman padi di mana tanaman padi tidak memerlukan kondisi tergenang air untuk tumbuh.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Cybex Kementerian Pertanian, Sabtu (3/6/2023), budidaya padi gogo rancah adalah cara bertanam padi di lahan sawah tadah hujan yang mengandalkan air hujan dan lahan irigasi yang memperoleh pengairan terlambat. Berbeda dengan padi sawah pada umumnya yang memerlukan air sejak masa pengolahan tanah dan tanam, padi gogo rancah ini tidak memerlukan air banyak saat masa pengolahan tanah dan penanaman. Akan tetapi, pada padi gogo rancah memerlukan air saat memasuki fase pemupukan dan perawatan tanaman. Sistem budidaya ini memiliki beberapa keunggulan seperti hemat air, tenaga kerja menjadi lebih efisien, dan hemat waktu. Tidak hanya itu, penerapan budidaya padi gogo rancah juga bisa mempercepat massa tanah, sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dari 1 kali/tahun menjadi 2 kali/tahun.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan NTB menjadi lumbung pangan nasional
Penerapan inovasi sistem Gora ini menjadi berhasil. Produksi padi di Provinsi NTB melonjak drastis. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan petani NTB menjadi salah satu penyumbang terbanyak swasembada beras bagi Indonesia pada tahun 1984. Pada periode 1984-1996 total produksi padi selalu melebihi kebutuhan domestik. Puncaknya, Indonesia mampu menyumbang 100.000 ton beras ke Vietnam dan Afrika.
Lantaran keberhasilan swasembada pangan di NTB, Gubernur Provinsi NTB pada saat itu (Gatot Soeherman) ikut mendampingi Presiden RI kedua Presiden Soeharto, untuk menghadiri undangan dari organisasi internasional Food Agriculture Organization (FAO) pada upacara peringatan 40 tahun badan pangan PBB di Roma, Italia, 14 November 1985.
Brigadir Jenderal TNI Gatot Soeherman adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat periode 1978–1988 dan Rektor Universitas Mataram periode 1974. Ia diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara Barat menggantikan H.R. Wasita Kusumah. Dia pernah menjadi komandan Korem di NTB, perwira TNI-AD berpangkat brigadir jenderal.
ADVERTISEMENT
Di bawah kepemimpinannya ini Provinsi NTB Berubah, yang dahulu rawan pangan menjadi surplus pangan. Ketika pemerintahannya ia mendapat ujian curah hujan yang tidak menentu yang berakibat pada sekitar 35.000 hektar sawah tidak bisa ditanami, dan 8.000 hektar tanaman padi dilanda kekeringan terburuk. Setelah inovasi sistem pola tanam gogo rancah diterapkan melalui Operasi Tekad Makmur (OTM) 1980, NTB mampu menjadi lumbung pangan nasional.
Cerita NTB sebagai "Bumi Gora" diabadikan dalam sebuah monumen berbentuk batu, yang menjadi saksi bisu keberhasilan masyarakat NTB dalam mencapai swasembada pangan saat itu.
Julukan "Bumi Gora" pun disematkan pada NTB sebagai pengingat kejayaan inovasi sistem Gora dan semangat para petani NTB dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Keberhasilan ini menjadi cerminan semangat masyarakat NTB yang gigih dan kreatif dalam menghadapi tantangan alam pada masa itu. Mereka tidak hanya mengandalkan sumber daya alam, tetapi juga mengembangkan teknologi dan metode pertanian yang sesuai dengan kondisi lokal. Dengan demikian, NTB berhasil menjadi contoh keberhasilan dalam pengelolaan pertanian di daerah kering.
Semoga Provinsi NTB kembali lagi mendapatkan julukan tersebut dan bisa membawa Indonesia menjadi swasembada pangan yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto.