Konten dari Pengguna

Cita-cita di Balik Heksagonal Masjid Saka Tunggal Darussalam Pekuncen

Laluna Hilwa Imtitsal
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mengambil konsentrasi konseling di program studinya, aktif dalam organisasi, kegiatan di dalam maupun diluar kampus, dan senang mencoba hal baru.
30 November 2024 13:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laluna Hilwa Imtitsal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nampak depan Masjid Darussalam Pekuncen. Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Nampak depan Masjid Darussalam Pekuncen. Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Kabupaten Banyumas memiliki 27 kecamatan dan ada dua masjid tua bersejarah serta memiliki arsitektur yang sama yaitu saka tunggal. Yang pertama adalah Masjid Saka Tunggal Baitussalam yang berada di Desa Wisata Cikakak, Kecamatan Wangon. Kedua adalah Masjid Saka Tunggal Darussalam yang tepatnya di Desa Pekuncen, Kecamatan Pekuncen. Namun sayangnya, banyak orang belum mengetahui dan keliru bahwa kedua masjid ini adalah masjid yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan Masjid Saka Tunggal Baitussalam di Desa Wisata Cikakak yang berdiri pada tahun 1288 M, Masjid Darussalam terbilang lebih muda yaitu berdiri pada tahun 1913 M. Seperti yang sudah disebutkan tadi, kedua masjid ini memiliki arsitektur yang sama yakni saka tunggal mengacu pada sebuah bangunan yang memiliki satu tiang paling besar dibandingkan tiang-tiang lainnya. Saka tunggal ini bermakna keesaan Allah SWT.
Selanjutnya membahas mengenai arsitektur Masjid Darussalam Pekuncen, masjid ini memiliki bentuk bangunan yang unik yaitu segi enam atau heksagonal. Filosofi dari heksagonal ini adalah agar syiar masjid dapat menyebar ke seluruh penjuru. Kemudian masjid ini memiliki bentuk atap tumpang dua yang menjadi tren bangunan pada masa itu namun ada pula yang memberikan filosofi tingkatan kehidupan. Tingkat yang pertama adalah kehidupan dunia dan tingkat yang kedua adalah kehidupan akhirat.
Atap masjid tumpang dua bermakna tingkatan kehidupan. Sumber: Dokumen Pribadi
Kemudian saat kita melihat lantai masjid ini, kita akan menyadari bahwa lantai masjid berwarna merah. Warna merah berasal dari bahan untuk membuat lantai ini yaitu tanah yang dibakar, dihancurkan, kemudian dicampur dengan semen. Sementara bahan dindingnya terbuat dari campuran semen dan kapur agar lebih kokoh. Terakhir, hal yang paling menarik yang menjadi nilai sejarah masjid ini adalah adanya prasasti bertuliskan arab namun berbahasa jawa yang terpajang diatas pintu menuju ruang utama masjid berbunyi “Wasurya 1846 Pangadege Masjid 16-11-1913 Legog. Kranggan, Ajibarang Hijrah 1334 Yasa Dalem Kanjeng Bandara Hadi Mas Tumenggung Hadipati Cokronegoro ingkang Jumeneng Adipati ing Nagari Purwokerto Banyumas, Penghulu Hakim Mohammad Hadirejo Purwokerto”.
ADVERTISEMENT
Profil Masjid Darussalam Pekuncen. Sumber: Dokumen Pribadi
Dengan keunikan dan usia yang sudah melebihi satu abad, Masjid Darussalam Pekuncen terdaftar sebagai cagar budaya yang perlu dijaga kelestariannya. Masjid ini dibangun oleh bupati Banyumas yang menjabat pada saat itu. Dibangun di posisi yang strategis yaitu jalur perdagangan dengan adanya Pasar Legok dan juga Stasiun Legok sebagai jalur lalu lintas. Pada saat itu, dirasa perlu adanya masjid sebagai pusat ibadah masyarakat dan pada awalnya masyarakat membutuhkan tempat untuk melaksanakan sholat jumat. Sehingga lahirlah Masjid Darussalam yang menjadi masjid pertama di Kecamatan Pekuncen.
Masa-masa awal berdirinya masjid ini didirikan pula bangunan sebagai tambahan ruang kelas dari Sekolah Rakyat sebelumnya yang berjarak kurang lebih 300 meter dari masjid. Seiring berjalannya waktu, Sekolah Rakyat ini semakin maju dan memadai untuk menampung seluruh siswa, maka gedung yang semula di depan masjid akhirnya dialihfungsikan sebagai tempat mengaji anak-anak setiap ba’da magrib.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2000an gedung sederhana tersebut akhirnya dirobohkan karena dirasa menghalangi pemandangan dari depan masjid. Kemudian dibangunlah kembali gedung yang baru di sisi selatan masjid yang kemudian berfungsi sebagai TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) yang awalnya menyatu dengan TK Aisyiyah Bustanul Athfal. Hingga saat ini Masjid Darussalam Pekuncen semakin berkembang. Baik di sisi kanan maupun kirinya telah berdiri TPQ Darussalam Pekuncen yang produktif menampung banyak santri untuk belajar Al-Quran dan islam.
Masjid yang pada mulanya didirikan dengan tujuan sederhana untuk memfasilitasi masyarakat melaksanakan shalat jumat sekarang semakin makmur dengan adanya jamaah shalat lima waktu dan kegiatan-kegiatan lainnya. Seperti pengajian rutin, buka bersama hari senin dan kamis, program donasi yang dikoordinir oleh Lazismu Pekuncen. Ditambah dengan berdirinya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pekuncen semakin menjadikan masjid multifungsi untuk urusan akad pernikahan. Semua ini mengingatkan kembali bahwa sisi heksagonal masjid sebagai cita-cita agar syiar masjid tersebar ke seluruh penjuru perlahan telah terwujud dan akan senantiasa diupayakan agar menjadi masjid yang sejahtera dan menyejahterakan.
ADVERTISEMENT
Oleh: Laluna Hilwa Imtitsal