Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
4 Fakta Menarik Racun Kalajengking yang Mematikan
17 Juni 2019 16:00 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alat Pemerah Racun Kalajengking
Alat pemerah sapi mungkin hal yang umum di dalam masyarakat pada umumnya, namun siapa sangka racun kalajengking juga menjadi salah satu zat yang bisa diperah lebih banyak. Beberapa tahun lalu, sekelompok peneliti dari Maroko mencoba mengembangkan alat yang cukup menarik, yaitu alat pemerah racun untuk kalajengking. Bahkan alat ini dapat dikontrol dengan remote dari jarak jauh.
Alat ini diciptakan menempel pada buntut kalajengking di mana tempat racun mematikan itu keluar. Jika dilakukan secara manual, mengambil racun kalajengking tidaklah mudah dan tentu sangat berisiko.
ADVERTISEMENT
Menurut Mouad Mkamel, seorang peneliti di Ben M’sik Hassan II University, Casablanca, dulu, para peneliti hanya bisa mengambil racun dari 10 kalajengking setiap harinya secara manual. Namun dengan adanya alat ini, racun yang diambil dapat meningkat 15 kali lipat jumlahnya.
Racun kalajengking kini menjadi salah satu primadona pengembangan penelitian yang mengubah racun (bisa) dari binatang mematikan menjadi suatu hal yang sangat berguna bagi manusia.
Racun Kalajengking dan Kandungan Mematikan yang Alami
Banyak orang hanya mengetahui hal mematikan dari racun ini. Namun, apa kandungan lebih yang membuatnya berharga? Reaksi lokal karena racun kalajengking biasanya akan berlangsung 7 hingga 10 hari. Dalam beberapa kasus, sengatan yang lebih parah mungkin dapat menyebabkan rasa sakit, demam, dan nyeri otot dan cedera yang lebih serius pada kulit.
ADVERTISEMENT
Menurut Donald R. Hoffman, dalam tulisannya pada Encyclopedia of Immunology (Second Edition), Racun kalajengking mengandung neurotoksin, yakni racun kardiovaskular dan racun yang menyebabkan peradangan nekrotik. Neurotoksin sendiri telah dipelajari secara luas dan umumnya racun kalajengking terdiri dari 60-65 asam amino dari polipeptida dasar dengan empat ikatan disulfida.
Racun kalajengking mengandung rantai protein yang sangat kecil. Protein kecil ini biasanya memiliki efek yang sangat kuat pada mamalia. Racun ini dapat memblokir saluran klorida dan menghentikan ion klorida dengan memasuki sel otot.
Otot-otot manusia sendiri dikendalikan oleh gerakan molekul khusus yang disebut ion dan ion klorida sendiri berfungsi membantu sel-sel otot untuk rileks. Kelumpuhan yang terjadi ketika tersengat biasanya terjadi karena ion-ion ini ikut lumpuh juga sehingga menyebabkan orang yang tersengat menjadi lemas dan bahkan tidak bisa bergerak.
ADVERTISEMENT
Beberapa penangkal racun pun banyak dikembangkan untuk mencegah sengatan dari binatang ini menjadi suatu hal yang mematikan manusia.
Peternakan Kalajengking dan Populasinya
Populasi kalajengking tersebar di seluruh dunia, namun fokus untuk menghidupkan peternakan binatang ini tidak banyak di dunia. Sebagian besar kalajengking pada umumnya hanya akan memberikan efek buruk pada korbannya yang tersengat.
Setidaknya, terdapat sekitar 2.000 spesies kalajengking yang ada di dunia. Tetapi hanya 30-40 spesies yang memiliki racun yang cukup kuat untuk membunuh seseorang.
Binatang ini umumnya dianggap sebagai penduduk gurun, tetapi sebenarnya mereka juga tinggal di hutan Brasil, British Columbia, North Carolina, Asia, dan bahkan Himalaya. Kalajengking merupakan binatang endemik di Amerika Serikat yang sebagian besar hidup di atas tanah, tumpukan kayu dan celah-celah yang memungkinkan mereka bersembunyi seperti di dalam sepatu, bawah lemari dan karpet.
Sebagian besar spesies kalajengking yang hidup di AS umumnya tidak terlalu berbisa, kecuali kalajengking jenis Centruroides Sculpteratus, yang terkenal mematikan dan banyak hidup di Arizona. Di beberapa negara yang mengembangkan penelitian tentang binatang ini bahkan menghidupkan peternakan untuk memanen racun dari binatang ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara Afrika seperti Sudan bahkan sudah melakukan ekspor binatang satu ini. Begitupun dengan India yang mengembangkan peternakan serupa.
Peternakan bintang satu ini umumnya memang banyak dalam skala lab, di mana kepentingannya dilakukan untuk penelitian. India sendiri telah mempunyai pusat pemeliharaan dalam penangkaran, ekstraksi racun dan studi toksisitas kalajengking yang terdapat di Karnataka di mana pengembangannya banyak berfokus pada dunia medis.
Apa yang Membuat Racun Kalajengking Sangat Mahal?
Selama ribuan tahun lamanya, kalajengking dan racunnya telah banyak diterapkan dalam pengobatan tradisional, terutama di Asia dan Afrika. Dengan pertumbuhan luar biasa dalam jumlah kandungan racun kalajengking yang pernah diteliti, beberapa obat telah ditemukan sebagai solusi dalam mengatasi banyak ancaman medis global yang muncul.
ADVERTISEMENT
Karena kelangkaan, keterbatasan pasokan dan fungsi medis yang sangat tinggi akan racun ini, akibatnya harga racun kalajengking di pasaran sangat tinggi.
Angka penjualan racun ini per gram nya cukup mengejutkan. Racun dari kalajengking biasa saja bisa berkisar di angka Rp 110.000.000 per gram, sedangkan racun dari kalajengking langka diperkirakan bisa di atas Rp 167.000.000 per gram. Angka yang sangat cukup untuk membeli satu buah mobil.
Jika dibandingkan dengan racun ular, mungkin angka ini sangat jauh di mana beberapa spesies racun ular umumnya dijual di angka 20-30 juta per gram.
Lalu apa yang menyebabkan racun kalajengking sangat mahal? Kalajengking telah menjadi sumber berharga dari molekul aktif biologis, mulai dari antibiotik baru hingga terapi antikanker yang cukup potensial. Komponen racun yang ada di dalamnya sangat bermanfaat untuk pengembangan obat-obatan bagi manusia. Racun kalajengking ini sendiri bisa digunakan untuk insektisida, vaksin, dan rekayasa protein.
ADVERTISEMENT
Racun kalajengking sekarang banyak digunakan untuk mengobati pasien kanker dengan menyuntikkan racun yang telah di ubah menjadi bentuk lain ke dalam jaringan kanker untuk menunjukkan batasan-batasan pada kanker tersebut.