news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

5 Letusan Gunung Berapi yang Paling Mematikan di Indonesia (2)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
13 April 2020 13:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selain Supervulkan Toba Purba, Gunung Samalas, dan Gunung Tambora, Indonesia memiliki beberapa gunung vulkanik lainnya yang pernah mengalami letusan sangat besar. Simak penjelasan lanjutannya.
Bongkahan koral terdampar di Anyer akibat gelombang Tsunami Krakatau 1883. Sumber: Wikimedia Commons.

4. Gunung Krakatau (1883)

ADVERTISEMENT
Erupsi Gunung Krakatau 1883 adalah sebuah erupsi besar yang terjadi 68 tahun setelah meletusnya Gunung Tambora. Erupsi ini terjadi di Pulau Krakatau yang terletak di Selat Sunda. Pulau Krakatau merupakan sebuah pulau kecil berukuran 9x5 km persegi yang terdiri dari 3 kerucut bukit yaitu Perbuwatan, Danan, dan Rakata.
Gemuruh dan letusan telah terdengar dari Perbuwatan sejak Mei 1883, kemudian erupsi massif mulai terjadi pada 26 Agustus 1883 dini hari. Awan hitam mulai terlihat hingga setinggi 27 km. Pada 27 Agustus 1883 pagi hari, empat erupsi besar terjadi. Erupsi pertama menyebabkan tsunami yang mengarah langsung ke Teluk Betung, Teluk Lampung, dan Anyer. Kemudian tsunami selanjutnya setinggi 30 meter datang menyusul setelah terjadi erupsi kedua. Erupsi ketiga sebagai erupsi terbesarnya, membelah kerucut Rakata. Suara letusan erupsi ketiga terdengar hingga Perth, Australia. Erupsi Krakatau 1883 berkekuatan VEI 6, dengan volume deposit diperkirakan 18-21 km kubik. Akibat erupsi Krakatau dan tsunami yang ditimbulkannya, setidaknya 36000 jiwa meninggal dunia. Bumi mengalami anomali iklim, dengan penurunan suhu rata-rata sekitar 1.2 derajat celcius.
ADVERTISEMENT
Kisah mencekam peristiwa meletusnya Krakatau tergambarkan dalam teks sastra Syair Lampung Karam oleh Muhammad Saleh:
“Di atas langit nyata kelihatan,
Seperti bunga api yang kelihatan,
Hati di dalam takutlah, Tuan,
Bahala banyak diturunkan Tuhan.”
Erupsi Krakatau 1883 menyebabkan Pulau Perbuwatan dan Pulau Danan tenggelam, sedangkan dua per tiga bagian Pulau Rakata menghilang. Selama bertahun-tahun, di antara Perbuwatan dan Danan timbul dataran vulkanik aktif yang hingga saat ini tumbuh membentuk Gunung Anak Krakatau.
Anak Krakatau yang sedang tumbuh. Sumber: Wikimedia Commons.

5. Gunung Kelud

Gunung Kelud telah berkali-kali mengalami erupsi besar. Setidaknya 30 erupsi besar telah terjadi di satu millenium terakhir, menyebabkan total belasan ribu jiwa meninggal dunia. Erupsi terbesar Kelud berkekuatan hingga VEI 5.
Pada tahun 1586, letusan besar dengan kekuatan VEI 5 terjadi sehingga mengakibatkan meluapnya danau kawah Kelud. Akibat erupsi dan banjir lahar tersebut, diperkirakan 10000 jiwa meninggal dunia. Letusan besar lainnya terjadi pada tahun 1919. Sekitar 38 juta meter kubik air dan uap mendidih meledak dari kawah Kelud, menyebabkan banjir lahar yang besar. Sungai tidak mampu menampung debit dari kawah Kelud, menghancurkan ratusan desa, diperkirakan 5100 orang meninggal, serta belasan ribu hektar sawah terendam banjir lahar.
Kawah Kelud setelah letusan tahun 1901. Sumber: Wikimedia Commons.
Pada 31 Agustus 1951 ledakan terjadi kembali dengan kekuatan VEI 4. Letusan menyebabkan 7 orang tewas dan ratusan orang terluka. Hujan batu dan batu yang terjadi selama beberapa jam bahkan mencapai Bandung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1966 letusan kembali terjadi dengan volume kawah saat itu mencapai 50 juta meter kubik. Akibatnya 200 orang meninggal akibat banjir lahar dan lumpur. Sejak saat itu, dibangun sebuah kanal air untuk menjaga volume kawah Kelud agar tidak lebih dari 2,5 juta meter kubik.
Pada 10 Februari 1990 terjadi letusan yang cukup besar, yang disertai dengan awan panas yang turun ke lereng sejauh 5 km. Ratusan rumah rusak dan dilaporkan 32 orang meninggal dunia.
Kawah Kelud pada Juni 2007. Sumber: Wikimedia Commons
Pada akhir Oktober 2007 aktivitas Kelud meningkat. Pada 3 November 2007 temperatur air di kawah Kelud meningkat hingga lebih dari 74 derajat celsius. Status Kelud telah dinaikkan menjadi Awas, namun erupsi tidak terjadi. Namun keesokan harinya gempa tremor tetap terjadi, dan muncul awan putih dari tengah danau kawah Kelud, diikuti dengan kemunculan kubah lava berukuran 100 meter dari tengah kawah.
ADVERTISEMENT
Pada 13 Februari 2014, Kelud bererupsi kembali. Erupsi kali ini dianggap lebih besar dibandingkan dengan erupsi Kelud pada tahun 1990. Para ahli mengungkapkan, kubah lava yang terbentuk tahun 2007 kemungkinan menahan energy dari lava yang seharusnya dikeluarkan secara “berkala”. Maka saat erupsi 2014 terjadi, energy yang tertahan akhirnya dikeluarkan dengan kekuatan yang lebih besar dari erupsi sebelumnya. Lontaran material vulkanik Kelud 2014 mencapai radius hingga 17 km. Abu vulkanik tebal juga menutupi hampir seluruh wilayah DIY, dan terbang hingga ke Jawa Barat. Akibat tingginya konsentrasi debu vulkanik, beberapa penerbangan di Pulau Jawa terpaksa berhenti beroperasi.
Kubah lava yang terbentuk sejak akhir 2007. Sumber: Wikimedia Commons.
Sumber
https://www.researchgate.net/publication/305319859
https://doi.org/10.1038/294699a0