Ada Buddha Kurus dan Budha Gendut. Yang Manakah Budha yang Sebenarnya?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
12 November 2020 19:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamu pernah jalan-jalan ke Thailand, China, atau Vietnam, dan melihat patung Buddha? Pernahkah kamu memperhatikan bahwa ada Buddha yang bertubuh kurus dan ada Buddha yang berbadan tambun? Dan pernahkah kamu berpikir seperti apa sih tubuh Buddha sebenarnya? Apakah ia kurus atau gendut?
Patung Budai atau Buddha gendut. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Buddha gendut yang sering orang-orang lihat biasanya berwajah ceria. Selain Buddha gendut atau Fat Buddha, sosok tersebut sering juga disebut dengan Laughing Buddha, Smiling Buddha, Happy Buddha, Jolly Buddha, Lucky Buddha, dan Chubby Buddha. Tapi tahukah kamu bahwa sosok ini sebenarnya bukanlah Buddha yang selama ini kita kenal. Bingung? Mari Lampu Edison jelaskan.
ADVERTISEMENT
Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang Buddha gendut, ayo kita bahas terlebih dahulu Buddha kurus. Buddha yang berbadan ramping ini merupakan gambaran Siddharta Gautama. Ia hidup sekitar tahun 600 sebelum masehi di sebuah daerah yang sekarang menjadi bagian dari Nepal. Di sana ia mendapatkan pencerahan dan menjadi Buddha. Ia kemudian menjadi pemimpin spiritual bagi mereka yang mengikuti ajaran Buddha.
Siddharta Gautama tidaklah gendut. Ia pergi meninggalkan rumahnya menuju alam bebas untuk bertapa, berpuasa, dan bermeditasi selama enam tahun. Melalui proses tersebut, ia berharap dapat menemukan cara untuk melawan enam kesulitan hidup, yaitu rasa sakit, kesedihan, penderitaan, penyakit, kematian, dan kefanaan.
Namun tidak seperti kepercayaan lain yang hanya memiliki satu sosok yang diikuti, misalnya hanya satu Yesus atau satu Muhammad, ada banyak Buddha dalam kepercayaan Buddha. Nyatanya setiap orang memiliki sifat-sifat kebudhaan dan dapat menjadi Buddha jika berhasil mendapatkan pencerahan dan melalui prosesnya.
ADVERTISEMENT
Lalu siapakah Buddha gendut? Buddha gendut bukanlah gambaran Siddharta Gautama yang menjadi pelopor kepercayaan Buddha. Buddha gendut adalah gambaran seorang biksu Zen yang bernama Budai yang hidup di China pada abad ke-10 atau sekitar 1600 tahun setelah era Siddharta Gautama. Budai memiliki kepala gundul, bertubuh gendut, memiliki senyuman yang lebar, dan bertelinga besar. Ia menggunakan jubah yang sederhana, membawa tasbih untuk berdoa, dan kantong besar.
Budai dikenal sebagai biksu yang berhati baik, senang, humoris, dan memiliki gaya hidup yang eksentrik. Seperti yang sudah bisa diduga, nama Fat Buddha dan Smiling Buddha didapatkan karena karakter Budai yang memang seperti itu. Budai kemudian menjadi karakter yang terkenal dalam cerita rakyat bangsa China.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang dilakukan oleh Budai? Ia berkelana dari satu kota ke kota yang lain. Karena wajahnya yang ceria dan lucu, orang-orang banyak yang berkumpul di sekitarnya. Ia sangat suka anak-anak, begitu juga sebaliknya. Dalam kepercayaan Buddha, anak-anak dipercaya sebagai sosok yang memiliki sifat-sifat ketuhanan karena mereka hidup dalam masa kini, senang tersenyum dan tertawa, tidak egois, dan tidak memiliki pikiran yang menghakimi. Ia suka memberikan permen kepada anak-anak dan mengajarkan beberapa filosofi di antaranya “memberi dengan rasa senang“ dan “semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak kita mendapatkan.”
Budai mengajarkan rasa senang sampai akhir hidupnya. Ketika ia mati, ia meminta pengikutnya untuk mengkremasikan tubuhnya yang saat itu belum menjadi tradisi di China. Namun sebelum ia mati dan dibakar, ia terlebih dahulu menyimpan kembang api dan petasan di dalam kantongnya. Ketika api dinyalakan kembang api pun menyala dan membuat orang-orang tertawa.
ADVERTISEMENT
Budai dipercaya telah berhasil menjadi Buddha. Para pengikutnya meyakini bahwa ia akan bereinkarnasi menjadi Matreiya Buddha, yaitu Buddha di masa yang akan datang.