news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ancaman Balloon Syndrome Pada Landak

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Februari 2019 8:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Landak mini pergi berlibur.  Foto: Instagram/@hedgehog_azuki
zoom-in-whitePerbesar
Landak mini pergi berlibur. Foto: Instagram/@hedgehog_azuki
ADVERTISEMENT
Seekor landak jantan ditemukan berkeliaran oleh masyarakat sekitar tengah berputar-putar di sekitar desa Toll Bar, Doncaster, wilayah selatan Yorkshire, Inggris. Pada saat ditemukan kondisi landak tersebut berukuran 2 kali dari ukuran aslinya. Hewan berduri itu akhirnya dibawa ke pusat pemeliharaan dan pencegahan kekerasan pada hewan atau yang dikenal sebagai The Royal Society for Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA Center) di kota Cheshire.
ADVERTISEMENT
Diketahui kemudian bahwa ia didiagnosis mengalami kondisi yang cukup langka, yakni balloon syndrome. Hal ini dapat terjadi ketika landak mengalami infeksi atau cedera yang menyebabkan gas dalam jumlah besar terjebak di bawah kulit, sehingga terjadi pengembangan pada tubuh landak. Jika pada umumnya tubuh landak berukuran sebesar bola softball, maka ketika mengalami balloon syndrome, tidak menutup kemungkinan ukurannya mengembang menjadi seukuran bola basket.
Terkadang kondisi ini agak sedikit sulit dikenali karena hanya terjadi pembengkakan di atas tulang belakang yang tidak terlalu signifikan, meski terkadang dampaknya menjadi sangat besar seperti yang terjadi pada landak tersebut. Pihak Pusat RSPCA yang tidak tinggal diam dengan kondisi tersebut kemudian mengambil tindakan dengan memasukkan jarum untuk melepaskan udara yang terperangkap di dalamnya. Karena walaupun tampak menggemaskan dengan tubuh yang bulat, sesungguhnya landak mengalami kesakitan akibat sindrom ini.
ADVERTISEMENT
Tindakan ini mirip dengan bedah emfisema yang dilakukan pada manusia, walaupun pada landak dilakukan lebih mendalam karena kondisi struktur jaringan yang dimilikinya. Emfisima subkutis atau disebut juga emfisema jaringan sendiri merupakan kondisi adanya gas atau udara pada lapisan di bawah kulit.
Jika diterjemahkan masing-masing, subkutis atau subkutan mengacu pada jaringan di bawah kulit, sedangkan emfisema berarti udara bebas yang terperangkap. Karena udara umumnya berasal dari rongga dada, maka emfisema subkutus biasanya terjadi di dada, leher, dan wajah, di mana udara dapat bersirkulasi dari rongga dada ke sepanjang fasia (lembaran jaringan ikat di bawah kulit yang menempel, menstabilkan, membungkus, dan memisahkan otot, dan organ internal lainnya).
Emfisema subkutis memiliki karakteristik pada saat dipegang terasa ada suatu yang berderak, sensasi yang serupa saat kita menekan bubble wrap atau plastik. Sensasi udara di bawah kulit ini dikenal sebagai krepitasi subkutis. Penyebab emfisema subkutis diketahui sangat beragam, meski pada umumnya diakibatkan oleh infeksi dan cedera. Secara lebih terinci, penyebab emfisima subkutis di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Tusukan pada bagian-bagian sistem pernapasan atau pencernaan.
Khususnya di dada dan leher, udara bebas yang terperangkap bisa jadi merupakan hasil dari trauma benda tajam (misalnya akibat luka tembak atau luka tusuk) maupun trauma dari benda tumpul.
2. Infeksi atau luka.
Kondisi ini akan enyebabkan nekrosis (kematian jaringan tubuh) karena terganggunya sirkulasi darah.
3. Kondisi dan prosedur medis.
Kondisi ini yang menyebabkan tekanan pada alveoli paru-paru menjadi lebih tinggi dibanding jaringan di luarnya.
4. Pecahnya alveoli secara mendadak dalam bentuk yang dramatis.
5. Pneumothorax dan penyumbatan rongga dada.
Kondisi ini diakibatkan oleh bekuan darah atau bahan fibrin menjadi penyebab paling umum terjadinya emfisema subkutis.
6. Cedera atau infeksi sebagai hasil dari pembedahan, sehingga disebut juga emfisema pembedahan.
ADVERTISEMENT
7. Emfisema yang penyebabnya belum jelas dikatakan sebagai emfisema subkutis spontan.
Subkutis emfisema umumnya tidak membahayakan di dalam maupun dari dirinya sendiri, namun keadaan ini dapat menjadi gejala dari kondisi-kondisi yang sangat berbahaya, seperti pneumothorax. Emfisema subkutis biasanya juga tidak memerlukan perawatan tertentu, walaupun kondisi yang mendasari memerlukan penanganan tertentu.
Akan tetapi emfisema subkutis dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu pernapasan, sehingga sering dilakukan penanggulangan dengan membuang udara dari jaringannya, contohnya dengan menggunakan jarum bor, sayatan kulit, atau kateterisasi subkutis.
Lalu bagaimana landak yang mengalami cedera atau infeksi dapat mengalami penggembungan tubuh?
Udara yang dihirup landak biasanya akan keluar dari paru-paru, melewati glottis (katup bagian atas tenggorokan) dan keluar melalui hidung dan mulut. Dikarenakan tidak berfungsi glottis akibat cedera yang terjadi, udara dipaksa keluar dari paru-paru melalui robekan kecil di paru-paru dan otot tulang rusuk. Saat landak yang terluka bernapas, secara langsung akan lebih banyak udara yang masuk ke dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan jaring ikat pada landak yang berfungsi menempelkan kulit mereka ke otot, membuat inflasi terus berlanjut yang berujung pada penggembungan ukuran tubuh landak menjadi 2 kali lebih besar dari ukuran normal. Untuk dapat mengempiskan landak tersebut, pada kasus yang berbeda di lokasi berbeda, ahli bedah membuat empat sayatan di kulitnya untuk perlahan melepaskan udara dan mengembalikannya ke ukuran semula.
Tanpa adanya intervensi medis, landak sangat mungkin akan mengalami kematian di alam liar karena tidak mampu melindungi diri dari predator. Setelah mengempis, landak kembali memiliki kemampuan untuk menggulung sebagai bentuk pertahanan diri.
commons.wikimedia.org