Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa yang Membuat Racun Kalajengking Sangat Mahal?
1 Mei 2018 21:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harga satu gram racun ini cukup untuk membeli satu mobil
ADVERTISEMENT
Selama ribuan tahun lamanya, kalajengking dan racunnya telah banyak diterapkan dalam pengobatan tradisional, terutama di Asia dan Afrika. Dengan pertumbuhan luar biasa dalam jumlah kandungan racun kalajengking yang pernah diteliti, beberapa obat telah ditemukan sebagai solusi dalam mengatasi banyak ancaman medis global yang muncul. Karena kelangkaan, keterbatasan pasokan dan fungsi medis yang sangat tinggi akan racun ini, akibatnya harga racun kalajengking di pasaran sangat tinggi. Angka penjualan racun ini per gram nya cukup mengejutkan. Racun dari kalajengking biasa saja bisa berkisar di angka Rp 110.000.000 per gram, sedangkan racun dari kalajengking langka diperkirakan bisa diatas Rp. 167.000.000 per gram. Angka yang sangat cukup untuk membeli satu buah mobil. Jika dibandingkan dengan racun ular mungkin angka ini sangat jauh dimana beberapa spesies racun ular umumnya dijual di angka 20-30 juta per gram.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang menyebabkan racun kalajengking sangat mahal? Kalajengking telah menjadi sumber berharga dari molekul aktif biologis, mulai dari antibiotik baru hingga terapi antikanker yang cukup potensial. Komponen racun yang ada didalamnya sangat bermanfaat untuk pengembangan obat-obatan bagi manusia. Racun kalajengking ini sendiri bisa digunakan untuk insektisida, vaksin, dan rekayasa protein. Racun kelajengking sekarang banyak digunakan untuk mengobati pasien kanker dengan menyuntikkan racun yang telah di ubah menjadi bentuk lain ke dalam jaringan kanker untuk menunjukkan batasan-batasan pada kanker tersebut.
Sumber gambar : Wikimedia